[2.2] Formasi Lengkap

50 9 0
                                    

Soobin mengucek matanya untuk memastikan bahwa ia tidak salah lihat.

Kelompok 1:
Haechan
Lia
Soobin
Yeji (ketua)
Yiren

Apa-apaan ini? Bisa-bisanya dia sekelompok lagi dengan 4 cecunguk tidak berguna yang kerjanya hanya numpang nama. Oke. Soobin mulai berlebihan. Mereka tidak se-tidak berguna itu, kok. Terutama Lia. Tapi kenapa. Harus. Mereka. Lagi?!

Kenapa sih gurunya males banget bikin kelompok baru.

"Khaaan, kita emang soulmate."

"Ew." Soobin mendorong tubuh Haechan yang tengah gelendotan di tangannya. "Gue gak habis pikir, kenapa sih gue harus sekelompok sama kalian lagi?"

Tapi gue suka kok sekelompok sama Lia, katanya dalam hati.

Enggak, enggak. Soobin enggak naksir anak kelasnya yang satu itu. Walau Lia sangat cantik, pandai, dan rajin. Eung, dia hanya kagum. Iya, kagum.

Kagum doang kok.

Soobin memperhatikan Lia berdiri dan berjalan ke mejanya sambil memeluk barang-barang yang diperlukan. Cewek itu menarik kursi yang tidak dipakai dan duduk di samping Yeji.

Tugas mereka sangat sederhana, mengerjakan soal-soal secara berkelompok. Tidak perlu penelitian, tidak perlu kerja kelompok sepulang sekolah, hanya perlu dikerjakan sekarang karena sudah harus dikumpulkan ketika bel pulang berbunyi.

Ada 5 soal--yang sudah jelas bercabang--, jadi mereka membagi tugasnya lebih mudah, kan jumlah mereka hanya 5.

Soobin mengambil alih soal nomer 1, berpegang teguh pada pepatah 'lebih cepat, lebih baik'. Kertas dioper sesuai urutan duduk. Jadi, lembar kerja mereka berlanjut ke Haechan, Lia, Yeji, dan terakhir, Yiren.

"Baru kali ini rasanya kita bisa kerja dengan formasi lengkap. Biasanya kan cuma tampilnya yang lengkap," celetuk Yeji sambil menumpu dagunya dengan tangan kanan, menatap kertas yang masih dipegang Haechan.

Soobin membalas dengan malas. "Lha bukannya kalian yang selalu banyak alasan."

"Aku kesindir, Bin," timpal Yiren sebelum mengeplak tangan Soobin dengan bolpoin.

Yeji tertawa, kemudian beranjak pergi bersama temannya.

Kertas dioper ke Lia dan perempuan itu langsung meraih bolpoinnya.

Soobin tidak tahu kenapa, tapi ia jadi memperhatikan detail-detail kecil yang cewek itu lakukan saat mengerjakan soal. Ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga sebelum memulai, kertasnya tidak lurus dan agak menyerong, ia biasanya akan mengetuk-ngetukkan bolpoinnya saat sedang berpikir, dan dia menghitung dalam hati, tidak ditulis di kertas.

Oh my!

Apakah dia jatuh cinta.

Soobin menyenderkan bahu kanannya ke tembok, membuka ponselnya, menurunkan kecerahan dan mengeklik aplikasi pencari yang paling diandalkan oleh umat manusia di seluruh dunia. Iya, benar sekali. Google.

Memanfaatkan situasi kelas yang ramai, Haechan yang tidur, Yeji yang ngacir entah ke mana, dan Yiren yang sibuk mendengarkan musik dengan AirPods, Soobin dengan hati-hati bertanya:

"Tanda-tanda jatuh cinta," tanyanya ke Google dengan suara yang sangat lirih.

"Menurut romansaklise, berikut adalah 9 tanda-tanda jatuh cinta--"

WUANJIENGGGGG. SOOBIN LUPA KALAU VOLUME PONSELNYA PENUH.

Nahasnya lagi, Haechan langsung bangun, Yiren langsung mengambil AirPods-nya yang sedari tadi menyumpal telinganya, dan Lia spontan mendongak ke arahnya.

ALAT KELAMIN LAKI-LAKI.

"AHAHAHAHAHAHAHAHA!"

Suara tertawa Haechan terkesan mengejek sekali, belum lagi Yiren ikut tergelak di seberangnya.

Dan Lia, cewek itu terkekeh sebelum kembali mengerjakan soal.

Manis juga.

Eh?

Soobin kembali sadar ketika Haechan menepuk bahunya keras-keras. "Lo jatuh cinta sama siapa, Bin?"

Soobin gelagapan. "Sama Anya Taylor-Joy. He'em. Doi cantik banget di The Queen's Gambit, gue terpesona."

"Alasan," balas Yiren, masih dengan tertawa.

Soobin menunduk dengan muka memerah. Ia pasti akan diolok-olok teman-temannya mulai saat ini. Padahal dia itu Ketua Kelas loh, tapi sering banget jadi korban ejekan anak kelasnya. Soobin jadi ingat Mingyu SEVENTEEN, badannya paling gedhe tapi paling sering di-bully.

Ternyata mereka sama.

Ia pamit untuk keluar sebentar dengan alasan Heeseung membutuhkannya di ruang OSIS. Tidak bohong kok, Heeseung memang baru saja mengirim pesan teks kepadanya, tapi hanya untuk membantu Ketua OSIS baru itu mencari proposal periode sebelumnya untuk dijadikan contoh, alias tidak penting-penting amat.

"Halah alesan! Lo paling juga mau lanjut browsing," ledek Haechan ketika ia izin pergi ke ruang OSIS sebentar.

Soobin tidak membalas dan buru-buru pergi ke ruang OSIS.

Usai membantu Heeseung mencari barang yang diperlukan, Soobin bilang ke cowok itu ia ingin singgah di mantan markasnya sebentar.

Heeseung mengiyakan.

Soobin kembali membuka ponselnya. Namun sebelum ia sempat kembali ke Google, ponselnya berdering.

Nama 'Lia' tertera di sana dan Soobin nyaris melempar ponselnya. Untung tidak jadi, kalau jadi ia pasti dimarahi habis-habisan oleh orang tuanya, terutama ibunya.

Soobin berusaha menenangkan dirinya sampai setenang mungkin sebelum menarik tombol hijau ke atas.

"Halo, Li. Gimana?"

"Lo di mana, Bin? Dicariin Pak Andre soalnya."

"Di kelas?"

"Iya."

"Oke, gue ke sana."

"Hm."

Pembicaraan singkat itu mampu membuat kaki Soobin lemas seketika. Ia bahkan perlu tenaga ekstra untuk kembali ke kelasnya.

Apakah ini efek keseringan ngebucinin cewek fiksi yang enggak bisa digapai, jadi sekalinya ia tertarik ke cewek nyata, rasanya ada seribu kupu-kupu yang terbang di perutnya.

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang