Yuna berdecak sebal sepanjang jalan karena orang rumah tidak ada yang bisa dihubungi, membuatnya terpaksa pulang dengan berjalan kaki. Hari ini Yuna diantar karena ia membawa tugas prakarya yang cukup besar, bakal repot kalau bawa sepeda sendiri. Eh, ternyata saat sudah pulang sekolah satu rumah tidak ada yang bisa dihubungi semua. Dan Jiheon mengikuti olimpiade di kecamatan sebelah, jadi ia tidak bisa nebeng sahabatnya.
Tidak cukup di situ, hujan turun saat Yuna sudah dapat setengah jalan. Bukan hujan yang masih permulaan alias gerimis tipis-tipis tapi yang langsung byur mengguyur bumi. Yuna jelas buru-buru mencari tempat berteduh di dekatnya. Beruntung, kedai Mbok Pur masih buka, jadi ia langsung lari ke sana.
Ternyata di tempat itu sudah ada seseorang, cowok blasteran yang amat sangat Yuna kenali.
"Kok yo bisa kehujanan to, Yun?" tanya Mbok Pur ketika ia sampai.
"Ya mana aku tau bakal hujan, Mbok."
Kai diam saja, sibuk memakan gorengan sambil bermain ponsel. Tapi setelah ia duduk, cowok itu menyodorkan jaket berwarna biru langit ke arahnya.
"Pakai aja nggak papa. Baju lo kan putih, takutnya nanti ngecap."
Oke, perkataan cowok itu ada benarnya tapi TERLALU to the point. Yuna otomatis langsung melihat seragam putih-birunya yang basah, alhamdulillah tidak njiplak, soalnya ia juga memakai kaos tipis sebagai bentuk antisipasi.
Tapi karena Kai sudah repot-repot memberikan jaketnya, Yuna pun memakainya. Hangat. Aroma parfum cowok itu yang masih menempel di jaket memenuhi indra penciumannya.
"Kita ketemu lagi di sini," kata Kai.
Yuna tersenyum sambil mengangguk. Kedai Mbok Pur adalah saksi atas kedekatannya dengan Kai. AVV.
"Kenapa jalan kaki, Yun?"
"Gak ada yang jemput, Kak. Orang rumah gue juga deket kok dari sini."
Kai manggut-manggut.
"Gue denger-denger SMA habis kemah, ya? Seru, nggak?"
"Seru! Itu pengalaman kemah pertama gue soalnya. Dulu pas SMP gue nggak ikut karena sakit."
"Lo dulu SMP di mana, Kak?"
"Kelas 7, gue masih di China, terus pas kelas 8 baru pindah ke Indonesia, gue lanjut sekolah di Jakarta bareng kakak gue. Habis lulus, kita sekeluarga pindah ke sini karena Oma udah gak ada. Jadilah gue SMA di SMASARI."
"Oh, lo punya kakak, Kak?"
"Iya, namanya Lea," jawab Kai.
Yuna manggut-manggut, lalu bertanya lagi. Emang dasarannya manusia kepo, jadi ya begini. "Kalau Hiyyih itu seinget gue emang di SPESARI dari awal, berarti dia langsung ke Surabaya habis dari China?"
Kai mengangguk. "Hiyyih tinggal bareng Oma sama Tante di sini sebelumnya."
"Kalau kakak lo, Kak? Sekarang masih kelas 12 berarti?"
Kai menggeleng. "Kakak gue ikut program akselarasi jadi cuma 2 tahun. Sekarang dia kuliah di NYU."
"En-wai-yu?"
"New York University."
"OHHH!"
Yuna malu karena salah, tapi kagum mendengar pencapaian kakaknya Kai. Dilihat dari penampilan Kai yang bersih dan rapi, cowok itu tampak sekali kalau anak orang berduit, blasteran lagi.
Mereka mengobrol lebih lama lagi sampai tidak sadar bila hujan telah reda, menyisakan aroma bumi sehabis duguyur air hujan.
Yuna melanjutkan perjalanan pulang dengan jaket Kai yang masih melekat di tubuhnya. Cowok itu sebenarnya memberi tawaran untuk mengantarnya sampai ke rumah, tapi Yuna menolak lantaran merasa merepotkan. Dan setelah tiga kali mengulang tawarannya, Kai akhirnya pamit untuk pulang duluan.
Sesampainya ia di rumah, ia bersyukur rumahnya kosong karena tidak akan ada yang bertanya soal jaket yang tengah ia kenakan. Ia lanjut mandi, makan, membereskan rumah dan bermain ponsel.
Sebagai seorang remaja, media sosial adalah makanannya sehari-hari. Berjam-jam bisa ia habiskan di TikTok, Instagram, dan Twitter.
Hari ini ia langsung membuka Instagram, pergi ke kolom pencarian dan mengetik nama pengguna Kai. Setelah ketemu, ia berniat untuk mencari akun kakaknya di daftar orang yang Kai ikuti, tapi terinterupsi oleh lingkaran kuning-magenta-ungu yang melingkari foto profilnya. Kai membuat status apa? Ia telah mutualan dengan Kai sejak beberapa hari yang lalu dan cowok itu sangat jarang membuat status. Tanpa pikir panjang, Yuna mengklik-nya.
Dia me-repost status adiknya dan ditambahi deskripsi 'thx for the simpler recipe @nlea.huening'.
Tunggu!
Yuna mengklik akun yang di-tag oleh Kai karena yakin kalau itu adalah akun kakaknya. Tadi Kai bilang namanya Lea, kan?
Postingannya hanya 15, tapi pengikutnya 150 ribu. Ekhem. Dia ini public figure atau bagaimana? Sepertinya relasinya memang seluas itu. Apalah daya Yuna yang cuma diikuti 342 orang.
Dilihat dari feed Instagram-nya, Lea jarang menunjukkan foto dirinya, seringnya pemandangan di New York, foto-foto makanan, perpustakaan penuh buku atau daun-daun yang berjatuhan ketika memasuki musim gugur.
Yuna tersenyum getir. Beda kasta sekali, bro. Kai sudah mengelilingi dunia sejak kecil, lahir di mana, tumbuhnya di mana. Sedangkan Yuna, ke luar Jawa cuma ke Bali doang.
Tapi tidak apa-apa, perbedaan membuat mereka jadi saling melengkapi. Iya, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Senin Malam
FanfictionTXT ft. ITZY [Melatisari, #1] 5 kisah-kasih remaja yang terbit dari kejadian-kejadian Senin malam tempo hari.