[5.1] Mbok Pur

63 8 0
                                    

Melatisari (17:58)

Yuna duduk sembari mengayunkan kakinya bak anak kecil. Ia memperhatikan Mbok Pur yang sibuk menggoreng bakwan dan tahu isi pesanannya.

Ayahnya bilang beliau tiba-tiba ingin gorengan, dan karena Yuna adalah anak yang penurut, jelas ia mewujudkan keinginan ayahnya. Tentunya memakai uang ayahnya dan bukan uangnya. Yuna hanyalah siswi SMP yang belum punya penghasilan, omong-omong.

Gorengan Mbok Pur ini salah satu kedai gorengan paling oke di Melatisari. Selain karena gorengan yang dijual bervariasi dan harga yang murah meriah, kedai ini juga buka dari subuh hingga nyaris tengah malam.

Lucunya, Yuna selalu benci tempat ini, karena babi kutil alias mantan pacarnya sering mengajaknya ke sini. Mereka putus tiga minggu yang lalu gara-gara pacarnya berselingkuh dengan adik kelas. Kasihan, cantik-cantik kok mau dipacarin babi. Yuna turut prihatin pada adik kelasnya--dan dirinya sendiri.

Dia berhenti mendatangi kedai gorengan Mbok Pur sejak putus dari pacarnya, tapi ayahnya malah memintanya untuk ke sini.

"Kok bisa putus sama Kiko?"

"Qodarullah," jawab Yuna ketika Mbok Pur bertanya alasan ia dan Kiko putus.

For your information, Kiko itu panggilan mantan pacarnya. Kenapa dipanggil Kiko? Yuna pun tak tahu.

"Buk, pesen gorengan 20 ribu."

Yuna menoleh ke cowok ganteng yang mengambil duduk di sampingnya.

BENING.

BANGET.

EDAN.

Mbok Pur mengangguk. "Ditunggu ya, Le."

Ganti cowok itu yang mengangguk.

Yuna memandang profil sisi kirinya. Cowok itu punya rahang yang tegas, fitur wajah Timur Tengah, kulit putih bersih dan alis serta rambut yang tebal.

Cowok itu agaknya sadar kalau ia telah diperhatikan dengan intens. Jadi, ia menoleh ke Yuna sambil menaikkan satu alisnya. Yuna gelagapan, langsung menggeleng dan menunduk, menatap nampan berisi jemblem yang tinggal sisa setengah.

"Anak SPESARI?"

Yuna mengangguk lambat. Ia baru sadar ia mengenakan kaos sekolahnya. Kaos putih-biru lengkap dengan kata motivasi serta logo sekolah yang ia dapatkan secara gratis dari sekolahnya untuk memeriahkan Festival Olahraga tahun lalu. Sayang bila hanya dipakai sekali, akhirnya ia pakai sehari-hari. Orang nyaman juga kok.

"Adik gue juga sekolah di situ," celetuk cowok tersebut.

Yuna menaikkan alisnya terkejut. "Wah, serius? Siapa namanya?"

"Bahiyyih, biasanya sih dipanggil Hiyyih sama temen-temennya. Dia masih kelas VIII. Lo kenal?"

Bahiyyih, ya? Hm, sebentar. Yuna kok lupa-lupa ingat. Oh, Bahiyyih! Dia salah satu anak Klub Bahasa Inggris yang sering jadi langganan juara debat. Yuna pernah melihatnya berdebat tentang kesetaraan gender ketika mereka sama-sama ikut Festival Pancasila di SMP Mawarindah. Parah sih keren banget. Ngomongnya lancar meski dalam Bahasa Inggris, ya karena dia memang blasteran Arab, dan pemikirannya di luar nalar (dalam artian positif).

OALAH, PANTES COWOK INI MUKANYA ETHEREAL BANGET, SOALNYA DIA JUGA BLASTERAN.

"Iya, dia anak debat kan, Kak?"

Cowok itu mengangguk. Kemudian, secara tiba-tiba, ia mengulurkan tangan. "Nama gue Kai omong-omong. Lengkapnya Huening Kai."

Huening Kai. Yuna diam-diam mengulum senyum. Namanya asing, unik, dan menarik. Cocok dengan perawakannya yang menawan.

"Gue Yuna, Kak."

Kai tersenyum manis. "Salam kenal ya, Yuna."

Yuna balas tersenyum manis.

Kukira kita asam dan garam
Dan kita bertemu di kedai gorengan

Yuna tuh berekspektasi akan bertemu the love of her life di tempat yang romantis, seperti menara Pisa di Italia atau menara Eiffel di Perancis, eh malah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada cowok yang ia temui di kedai gorengan dekat rumahnya. Apalah.

Tapi enggak apa-apa kok, soalnya si Kai ganteng buanget gilak.

"Kalau lo sekolah di mana, Kak?"

"SMASARI."

Yuna terkejut. Bagaimanapun juga, SMP dan SMA Melatisari berada dalam satu lingkup yang sama. Yuna loncat dari pagar juga langsung masuk ke wilayah SMA Melatisati, bahkan ada gerbang yang menghubungkan kedua sekolah tersebut, namun hanya dibuka saat jam istirahat. Nah, sekarang. Kok bisa-bisanya dia tidak sadar ada cowok seganteng ini di sekolahnya? Tapi malah pacaran sama Kiko yang mukanya kayak tai sapi.

Hidup emang kadang kidding.

"Kenapa? Kok kayak kaget gitu."

"Eng-enggak papa, cuma kaget aja ternyata kita sekolah di satu wilayah."

"Gue jarang keluar kelas kalau istirahat, seringnya dibekalin soalnya," balas Kai seraya terkekeh.

Yuna mengangguk. Sudah ganteng, manis, rapi, bersih, wangi, anak teladan lagi. Kalau adiknya saja sepandai itu, harusnya si Kai ini juga sama. Tapi ya tidak tau lagi deh, Chaeryoung pernah bilang kepadanya saat mereka jalan bareng, kalau putih tak akan ada tanpa hitam, yang berarti mau sebaik-baiknya seseorang, ia pasti punya sisi gelap. Hm, semoga saja Kai aslinya seperti apa yang ia bayangkan.

- — -

Karumi Ayuna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karumi Ayuna. Si cantik yang hatinya habis dipotekin Kiko, menaruh harapan di cowok blasteran Indo-Amerika-Arab.

 Si cantik yang hatinya habis dipotekin Kiko, menaruh harapan di cowok blasteran Indo-Amerika-Arab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Huening Kai Kamalarama. Blasteran Indo-Amerika-Arab yang punya sisi gelap berupa: hobi ngoleksi boneka.

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang