[3.2] Akhir Pekan

55 10 0
                                    

Mami
Gyu, mami udh ngomong sm tante rose, km kalo butuh apa2 bilang ke tante ya. Jangan sungkan2
Mami keknya sabtu udah pulang

Anda
Yoii
Have fun ya mi
Janlup oleh olehnya

"RYUJIN!"

Dengan tubuh yang dibungkus sarung, Beomgyu berteriak lantang di depan kediaman Ryujin pagi-pagi buta sekali. Om Jaehyun yang sibuk mengurus burung kesayangannya membukakan gerbang sembari geleng-geleng kepala.

"Morning, Om!"

"Heemm."

Ia masuk ke rumah Ryujin seolah rumah tersebut adalah rumahnya sendiri. Beomgyu sudah menganggap rumah ini sebagai rumah keduanya, karena sejak bayi dia sudah sering kemari. Orang tinggal ngesot doang juga nyampe.

Ia mencium bau nasi goreng rempah yang sangat menggugah selera. Beomgyu pun langsung meluncur ke dapur. Dan benar saja, Tante Rose tengah memasak nasi goreng, di sampingnya ada Jake yang sedang menggoreng nugget, lalu di ujung, ada Jeno yang sibuk mencuci piring. Tidak usah bertanya Ryujin di mana, cewek itu pasti masih molor jam segini.

"Ehh, ada Beomgyu. Duduk sana, Gyu."

Ia baru mau menarik kursi untuk diduduki sebelum Jeno menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan horor. "Daripada duduk gak ada kerjaan, mending bantuin gue aja gak sih, Gyu?" katanya seraya tersenyum lebar.

Beomgyu menelan salivanya dengan susah payah, pasalnya Jeno itu jarang tersenyum. Dia hanya tersenyum ketika benar-benar bahagia dan ... ketika punya rencana jahat. Mana matanya sampai tidak terlihat lagi.

"Aduh, Beomgyu itu tamu kok malah disuruh-suruh sih, No."

TANTE ROSE, BEOMGYU MENYAYANGIMU.

"Ya kan aku cuma menyarankan, Ma."

Tante Rose geleng-geleng kepala heran dengan tingkah anak-anaknya.

Beomgyu menahan diri untuk duduk di kursi sampai Jeno kembali fokus ke aktifitas utamanya, barulah ia bisa mendudukkan tubuhnya.

"PAGI SEMUANYA!"

Here we go.

"Tumben bangun pagi?"

"Bukannya gue biasanya bangun jam segini?" tanya Ryujin usai mencopet satu nugget hasil goreng adiknya.

Jake mematikan kompor dan beralih ke arahnya. "Tadi malem Mbak Ryujin habis isya' udah tepar, Mas. Jadi jangan heran kalau ia jam setengah 6 udah bangun dan berseri."

"Orang tidurnya aja 10 jam," imbuh Jeno.

Beomgyu baru ingat kalau sahabatnya kemarin ikut kejuaraan basket, pantas saja jam 7 sudah tidur, sekelas Ryujin mah biasanya jam 3 baru berangkat tidur, mana akhir pekan lagi.

Ia dan ketiga bersaudara itu lanjut mengobrol sampai makanan telah siap. Mereka berlima + Beomgyu berkumpul mengitari meja makan. Momen biasa yang jarang Beomgyu rasakan, mungkin hanya di hari-hari tertentu.

Ia sudah sering makan bersama keluarga ini, jadi tak ada rasa jaim sama sekali. Lucunya, Beomgyu malah lebih canggung makan bersama kedua orangtuanya, apalagi bersama keluarga besarnya. Beuh, Beomgyu akan membayar apapun agar bisa segera kabur dari acara kumpul keluarga.

Hari ini orang tuanya berangkat liburan 5 hari di Banda Neira dalam rangka merayakan anniversary ke-20 mereka. Tadi malam Jennie dan Taeyong juga mengajaknya dinner bersama di restoran Padang yang cukup populer.

"Gyu, habis sarapan basket, yuk!" ajak Ryujin setelah menyelesaikan sarapannya.

"Heh, dodol! Itu piring lo cuci dulu, habis tu nyapu sama ngepel. Baru basketan sono!" timpal Jeno.

Ryujin mengecurutkan bibirnya sebagai balasan.

Beomgyu pamit pulang sehabis numpang sarapan di rumah tetangganya. Ia membuka jendela, menyapu rumah dari lantai atas ke bawah, dan membereskan kotak martabak yang tergeletak di meja berhubung tadi malam ia menonton film bersama orang tuanya sepulang dari dinner.

Beomgyu jarang mengeluh meski kedua orang tuanya tak selalu berada di rumah, toh mereka juga mencari uang untuknya. Lagipula baik papa dan mamanya juga sama-sama berusaha meluangkan waktu untuknya. Saat SD, mamanya pernah ikut lomba agustusan memakai midi dress lengkap dengan blazer karena baru datang dari Singapura, Jennie bahkan belum sempat pulang ke rumah saat itu.

Sesudah membersihkan rumahnya dan memastikan rumahnya dipenuhi penerangan alami, Beomgyu rebahan nyantai di kamar orang tuanya berhubung kamar itu dua kali lipat lebih besar dari kamarnya.

Satu jam ia habiskan hanya untuk menggulir linimasa Twitter. Ngepoin hidup orang dan melihat update kasus-kasus terbaru. Setidaknya sampai pop-up notifikasi dari Ryujin muncul.

Sianying
Jadi gak?
Gue udh di depan gerbang

Anda
Sabar mbak e

Beomgyu langsung turun dan membukakan gerbang untuk Ryujin. Mereka biasa basketan di halaman rumahnya, karena mobil orang tuanya sering absen, otomatis membuat pelataran rumahnya lebih luas. Babanya Ryujin bahkan ikut menyumbang keranjang basket.

Ryujin dan Beomgyu sama-sama suka basket. Tapi Beomgyu memang tidak berniat untuk serius dengan hobinya yang satu itu. Ia lebih suka berdiam diri di kamar sambil bermain gitar.

"Lo belum mandi ya?"

Ryujin yang baru masuk ke area rumahnya nyengir. "Emang lo udah?"

Ey, malah nanya balik.

"Ya belum."

"Nah tuh. Minimal ngaca dulu, Mas!"

Beomgyu tertawa, ia mengambil bola basket yang telah dijatuhkan oleh Ryujin dan menggelinding sampai menyentuh ujung sandalnya. "Tapi lo tuh mau mandi atau enggak mandi juga tetep cantik kok, Ryu."

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang