Please. Soobin jadi suka baca buku sekarang. Dia yang biasanya nyanding ponsel, laptop, dan gawai lainnya jadi lebih sering memegang buku. Entah itu novel, buku non-fiksi, atau buku pelajaran. Dia akhirnya menemukan keasyikan dalam membaca.
Ibu, Bapak, Sanha, dan Hyojung semuanya heran. Karena walaupun Soobin ini pintar, dia tidak suka membaca. Jadi, Bapak tampak senang ketika mendapati anak tengahnya—sekaligus anaknya yang paling malas membaca—jadi suka menenggelamkan diri di balik halaman-halaman buku.
Di hari yang cerah ini, Soobin meminta Lia menemaninya pergi ke toko buku. Dia ingin membeli buku sendiri, selama ini dia selalu meminjam buku dari perpustakaan sekolah.
"Gue masih gak terbiasa ngeliat lo jadi rajin baca kayak gini," celetuk Hyojung ketika Soobin tengah memakai sepatu di teras.
Ibu yang fokus menyiram tanaman menyahut. "Ya gak apa-apa, Jung. Malah bagus kalau masmu jadi suka baca."
Hyojung tidak membalas, kembali sibuk merawat tanaman-tanamannya. Soobin sendiri langsung saja meluncur ke rumah Lia setelah menyalimi ibunya.
Jisoo menyambut Soobin dengan sedikit lebih lembut ketimbang sejak pertama kali ia ke sini. Wanita itu memintanya duduk di teras untuk menunggu putrinya yang masih siap-siap.
Bukan Lia namanya kalau tidak tepat waktu. Baru saja bokongnya menempel di kursi rotan yang ada di beranda rumah cewek itu, si empunya langsung keluar. Rok a-line bermotif batik sparkling dengan atasan kaos putih lengan pendek menjadi pilihan cewek itu. As always, style-nya tidak pernah jauh dari batik.
"Hati-hati, ya, Bin. Nanti pokoknya gak boleh sampe maghrib dan jangan lupa sholat dzuhur." Sedikit petuah dari Jisoo sebelum dia membawa anak gadis semata wayang wanita tersebut.
Soobin mengangguk sambil mengacungkan jempol. Dia tidak berani macam-macam ke perempuan, karena dirinya juga punya adik perempuan.
"Lo pilih toko buku mana?"
"Dekat taman kota aja. Tapi kalau lo ada saran yang lebih bagus ya gak apa-apa."
"Gue biasanya kalau beli buku juga di deketnya taman, kok. Tokonya bagus dan bukunya juga lengkap soalnya."
"Nah, nice, di situ aja kalau gitu."
Taman kota sangat ramai di hari Minggu, diisi oleh masyarakat yang menjalankan aktivitasnya masing-masing. Ada yang jogging, ada yang leha-leha gak jelas, ada yang asyik pacaran, ada juga yang hanya jalan-jalan sembari memilih jajan.
Sanha biasanya mengajaknya jogging dari lapangan komplek sampai ke taman kota karena jaraknya tidak terlalu jauh. Hanya saja hari ini dia punya acara lain. It's a win-win decision karena Soobin bisa menikmati hari yang cerah ini dengan Lia dan Sanha bisa beristirahat dari aktivitasnya yang lebih padat dari selebritas.
Soobin membelokkan motornya ke kiri dan berhenti di depan toko buku bercat putih tulang dengan hiasan pot bunga di bawah kaca besar yang menunjukkan koleksi buku-bukunya. Toko ini memiliki dua lantai, lantai bawah diperuntukkan untuk alat tulis dan keperluan sekolah, sedangkan lantai atas berisi novel dan buku non-fiksi.
"Mau nyari apa?" tanya Lia ketika mereka menaiki tangga menuju lantai atas.
"Laut Bercerita, Hyojung bilang ceritanya bagus."
"Oh. Hyojung baca Laut Bercerita juga."
"Iya."
Soobin kira Lia akan pergi ke section yang dituju. Tapi ternyata perempuan itu ikut berjalan di sampingnya, menemaninya mencari buku yang ia inginkan. Dan Soobin pun melakukan hal yang sama setelahnya.
Usai membayar, mereka pergi ke taman kota untuk baca-baca santai di sana.
Soobin duduk bersebelahan dengan Lia di kursi taman. Fokus pada dunia yang mereka selami masing-masing. Mereka menghabiskan cukup banyak waktu untuk membaca buku, baru berhenti untuk beribadah.
"Lo gak mau jajan dulu gitu, Li?"
Lia menutup bukunya. "Boleh."
"Mau beli apa?"
Soobin sangat takut kalau Lia adalah kaum 'terserah' KARENA nyaris semua perempuan di bumi ini seperti itu.
"Batagor boleh, tuh."
ALHAMDULILLAH.
"Oke, gas!"
Sejujurnya, Soobin tidak terlalu suka batagor. Tapi demi Lia, apapun akan ia lakukan asal perempuan itu senang.
Lia makan dengan diam, tatapannya jatuh ke bunga mawar putih dan berhenti di sana. Sepertinya Lia tidak sadar kalau sedari tadi Soobin memperhatikannya.
Soobin benar-benar jatuh cinta ke perempuan ini. Dan apakah ini saatnya untuk menyatakan perasaannya? Tapi tidakkah ini terlalu cepat?
"Li."
"Hm?"
Lia menoleh.
Soobin menelan air liurnya susah payah.
Li, gue suka sama lo.
"Batagornya enak."
"Iya."
Sudah, begitu saja. Lia kembali fokus memakan makan siangnya, sedangkan Soobin mengalihkan pandangan ke arah lain, tepatnya ke sekumpulan anak SMP yang tengah berpose manjalita untuk keperluan status Instagram.
Kamu tahu, ada beberapa hal yang lebih baik disimpan sendiri, perasaan Soobin ke Lia salah satunya. Lia agaknya tidak akan menunjukkan perubahan meski Soobin menyatakan perasaannya, Lia bukan tipe orang yang gampang merasa canggung. Hanya saja, sedetik sebelum ia sempat mengeluarkan kalimatnya, dia memilih untuk memasrahkan semuanya pada Sang Kuasa. Kata Pak Habibie, 'kalau dia dilahirkan untuk saya, mau kamu jungkir balik juga tetap saya yang dapat'.
- — -
- — -
Iya. Udah. Gini aja.
I'M SO SORRY IF THE ENDING IS VERY CRINGE. Like, aku tuh mikirnya ini ending yang oke buat mereka, tapi ya mohon maaf skill nulisku agak kurang (semoga nantinya bisa lebih berkembang ya, bund).
😭🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Senin Malam
FanfictionTXT ft. ITZY [Melatisari, #1] 5 kisah-kasih remaja yang terbit dari kejadian-kejadian Senin malam tempo hari.