[5.2] Babi Kutil

49 8 0
                                    

Yuna menunggu Jiheon di depan gerbang sambil memainkan ponselnya. Temannya itu tengah mengurusi sesuatu di BK. Sejak menjabat sebagai Ketua Kedisiplinan, Jiheon jadi sering pulang telat. Dan karena hari ini Yuna nebeng ke dia, mau tak mau ia menunggunya.

Sekarang sudah setengah jam sejak bel pulang sekolah berbunyi, Jiheon pasti masih berbincang-bincang ria dengan Bu Yemi meski urusannya sudah selesai. Sebenarnya ibu kantin yang punya warung di depan sekolah menawarinya untuk menunggu di sana, tapi Yuna menolak karena pasti Kiko si babi kutil dan komplotannya akan nongkrong di sana.

Hela napas panjang terdengar ketika ia mendapat peringatan bahwa daya ponselnya hanya tersisa 20 persen. Yuna kemudian mematikan ponselnya dan menaruhnya di saku rok.

Ia memerhatikan jalan menikung tepat di depannya, beberapa kendaraan berlalu lalang walau tak banyak, mengingat sekolahnya tidak terletak di pinggir jalan raya. Awan mendung berkumpul, menghalangi sinar matahari. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.

Samar-samar Yuna mendengar suara berisik sekumpulan laki-laki yang amat ia kenali.

Sial.

"Eh, Yuna. Belum pulang, Yun?" tanya seorang cowok dengan seragam acak-acakan. Yuna bisa mencium bau rokok yang menguar.

Bocah kakean gaya.

"Kok diem aja sih, Mbak?"

Kenyeh.

Yuna bisa melihat Kiko berdiri di belakang, mantannya tersebut menatapnya dengan tatapan aneh. Seperti prihatin, tapi juga senang melihat Yuna dibuat tekanan mental oleh teman-temannya.

Yuna hanya bisa diam ketika cowok-cowok babi itu mengerubunginya dan bertanya sok asik, berdoa dalam hati supaya Jiheon segera datang dan mengusir komplotan babi ini.

"Kalian ngapain?"

Semua pasang mata langsung menoleh ke cowok tinggi berseragam SMA yang menatap cowok-cowok itu dengan tatapan tajam. Garis rahangnya yang tegas semakin membuatnya tampak mengerikan.

Yuna membelalakkan mata terkejut. Itu Kai.

"Gak usah sok asik lo anjing!"

Kai menaikkan satu alisnya. "Bukannya lo yang sok asik? Liat tuh, dia sampai takut kayak gitu," cetusnya sembari menunjuk Yuna dengan dagunya.

"Lo kenapa sih berlagak kek pahlawan gitu?" tanya Kiko.

Sebelum Kai sempat menjawab, sebuah tangan datang untuk menjambak rambut lebat Kiko.

Jiheon menjambaknya dengan kasar sampai Kiko meringis kesakitan. "LO APAIN TEMEN GUE?!" teriaknya tepat di telinga kanan cowok itu.

Semua orang yang ada di sana meringis, teriakan itu keras sekali. Yuna sangsi telinga Kiko masih baik-baik saja.

"Ji-ARGH! GUE ENGGAK NGAPA-NGAPAIN AELAH!"

Jiheon melepaskan jambakannya dan Kiko jatuh ke tanah. Ia beserta
kawanannya langsung kabur dari sana secepat yang mereka bisa. Fakta unik: mereka takut dengan Jiheon.

Jiheon itu ganas, cerdik, dan licik. Enggak ada yang mau deket-deket sama dia, kecuali Yuna dan pacarnya sendiri.

Yuna dan Kai saling tatap-tatapan sebelum tatapan mereka pindah ke Jiheon yang menatap tajam komplotan itu sampai sudah tidak terlihat lagi di belokan.

'Temen lo ganas.'

'Pol.'

Mungkin inilah pembicaraan mereka lewat tatapan mata bila diterjemahkan.

"Lo diapain?" tanya Jiheon seraya memegang pundaknya.

"Gue gak diapa-apain kok, Ji," jawabnya dibarengi senyuman.

Jiheon menarik napas. "Feeling gue buruk tadi, dan bener aja dong ternyata. Waktu lihat mereka jalan ke gerbang, gue langsung nyusul ke sini."

Yuna tersenyum, hatinya terenyuh melihat sahabatnya sangat peduli terhadap dirinya. Jiheon is the best lah pokoknya, cewek itu selalu ada di saat terburuk dan terbaiknya.

"Urusan lo di BK udah kelar emang?" tanya Yuna setelah sadar Jiheon tak membawa tasnya.

Jiheon menggeleng sebagai jawaban, dia lalu menoleh ke Kai yang diam saja. "Masnya Hiyyih, kan? Bentar ya, habis ini kelar kok. Sama gue titip temen gue dulu ya, Mas." Jiheon kembali ke BK setelahnya.

Tunggu! Jiheon punya urusan apa dengan Bahiyyih? Ia kira cewek itu datang ke BK hanya untuk membahas program kerja kedisiplinan. Lalu dilihat dari cara ia berbicara dengan Kai, sepertinya sahabatnya sudah kenal dengan laki-laki itu.

"Lo kenal sama Jiheon, Kak?"

Kenapa nada suaranya terdengar seperti orang yang tengah dilanda rasa cemburu?

Kai menunduk untuk menatapnya. "Iya. Dia kan pacarnya Icung dan sering dibahas juga, jadi gue otomatis kenal lah. Walau ini pertama kalinya kita ketemu, sih."

"Oh iya juga."

Benar juga. Pacarnya Jiheon seusia Kai dan ternyata mereka berteman. Berarti kalau Yuna pacaran sama Kai, bisa kencan ganda dong.

Eh--kenapa dia mikir ke situ, anjir?

Mereka lanjut mengobrol santai setelah itu, tapi intinya membahas tentang pertemanan Kai dan Jisung sih, karena Yuna penasaran sekali.

Tak lama kemudian Jiheon datang dengan Bahiyyih. Kai sempat tersenyum dan melambai ke arahnya sebelum menjalankan motor, yang dibalas Yuna juga dengan senyuman. Jiheon yang menyadari interaksi tersebut tersenyum licik, ia jadi tak berhenti menggoda Yuna sepanjang jalan.

Senin MalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang