Beomgyu mengguling-gulingkan tubuhnya di ranjang. Argh! Dia jatuh cinta dengan sahabatnya sendiri dan bingung harus mengutarakan perasaan yang-seharusnya-tidak-ada ini atau tidak? Kalau confess, takutnya hubungan mereka akan merenggang. Kalau tidak, nanti keduluan orang lain.
Saat dia sedang sibuk-sibuknya guling-guling tidak jelas di tempat tidurnya. Ponselnya tiba-tiba berbunyi, menandakan ada pesan masuk.
Sianying
nobar yok
jake bikin mie nyemekTidak lucu sekali. Saat ia sibuk memikirkan seseorang, orang itu tiba-tiba menghubunginya. Semesta selalu punya cara untuk mengerjainya.
Beomgyu menoleh ke kamar Ryujin yang kosong, setidaknya sebelum si empunya masuk dengan ponsel yang menyala di satu tangan, dan mangkuk yang Beomgyu yakini berisi mie nyemek di tangan satunya.
Yaudah, deh.
Dia menutup pintu balkon—kemarin Ryujin mengadu ke maminya, membuatnya dimarahi sampai bibirnya Jennie kering—beserta gordennya.
"Mau ke mana, Gyu?" tanya Papi tanpa menoleh, sibuk memotong daging ayam.
"Rumah sebelah."
"Itu tadi Papi dapet kue bolu dari temen SMA, gih bagiin ke anak-anaknya Om Jaehyun," perintah Papi.
Beomgyu menurut, ia mengambil satu kotak bolu khas Malang di meja makan dan membawanya ke rumah sebelah.
Tapi sebelum keluar lewat pintu belakang, Beomgyu baru ingat sesuatu. "Lha Mami mana, Pi?"
"Belanja sama Tante Rose."
Beomgyu ber-oh-ria dan lanjut berjalan ke halaman belakang rumah seberang. Ia juga masuk lewat pintu belakang, membuat kaget Jeno yang hendak keluar untuk membuang sampah, tapi langsung tersenyum lebar ketika Beomgyu menyodorkan sekotak bolu dari Malang tersebut.
"Habis dari Malang lo, Gyu?"
"Kagak, Papi dapet dari temennya."
"Aduh, Om Taeyong perhatian banget, sih."
Beomgyu memutar bola matanya malas, mengabaikan Jeno dan Jake yang berebut bolu. Ia memilih mengambil mangkuk dan langsung memasukkan mie nyemek buatan Jake ke dalamnya. Setelahnya duduk nyaman di sofa depan televisi dan memanggil Ryujin.
Perempuan itu turun dengan tidak anggunnya ke lantai bawah. Tapi meski begitu, Beomgyu tetap terpana. Baginya, Ryujin seperti Lily James ketika memerankan Cinderella yang sedang menuruni tangga.
Katanya, saat jatuh cinta, ketika zat kimia membanjiri otak kita, jalur neurol negatif yang menguhubungkan nukleus akumbens dengan amigdala dalam otak menjadi ternonaktifkan. Padahal, biasanya jalur neurol inilah yang membuat kita dapat menilai buruknya sesuatu. Hal ini yang kemudian membuat kita tidak pernah menilai buruk orang yang kita suka.
[Sumber: Kok Bisa di YouTube]
Jadi, walaupun Ryujin datang dengan pakaian santai dan rambut acak-acakan. Ia tetap tampak cantik di matanya. Sangat cantik malah.
"Rambut lo kok tambah panjang?" tanyanya random.
"Hah? Perasaan tetep segini deh dari dulu," kilah Ryujin.
Beomgyu tidak menimpali, asyik menyeruput mie nyemek yang enak buanget ini. Masakan Jake enggak buruk juga, walau ia akui masakan Jay lebih fantastis dari ini. Jay itu anak orkay di komplek ini yang sangat hoki karena dilengkapi kecakapan memasak.
"Nonton apa kita malem ini?"
"Romance?"
"Skip."
"Laga?"
"Bosen."
"Misteri?"
"Males mikir."
"Horor?"
"Atut."
Selanjutnya terdengar bunyi lemparan remote yang amat dahsyat dari kediaman Pak Jaehyun di komplek Mentari Pagi, Melatisari.
"Banyak bacot lo, anjing! Terserah lo dah mau nonton apa."
Ryujin menatap lurus ke layar televisi dengan muka merajuk. Sedangkan yang mengerjai hanya nyengir sebelum mengambil remote yang terdampar mengenaskan di karpet.
"Yowis Ben 2 yok, Ryu!"
Ryujin tak menjawab, tapi air mukanya tidak seganas tadi. Ia menyamankan posisi duduk di sofa sembari menunggu opening film selesai. By the way, Yowis Ben 2 ini salah satu film komedi lokal favorit mereka.
Detik demi detik, menit demi menit, dan sampailah mereka pada pertangahan film. Tidak, mereka tidak diam-diaman sedari tadi, full nyerocos sejak film dimulai. Baik Jeno dan Jake juga sudah masuk ke kamarnya masing-masing, membiarkan mereka hanya berdua di ruang tengah. Tenang, Beomgyu gak berani macam-macam, bisa-bisa dia dibuang di sungai Kapuas oleh maminya.
Tapi sebentar, hanya berdua di suatu ruangan dengan orang yang kamu suka, bukankah timbul rasa untuk mengutarakan kalimat cinta?
Karena sekarang Beomgyu pun begitu.
Dia memandangi Ryujin yang menopang kepalanya dengan tangan, fokus memperhatikan walau sesekali tertawa atau ngedumel gak jelas.
"Gyu,"
Beomgyu menjawab sedikit gelagapan. "Iya?"
Tatapan Ryujin masih fokus ke depan.
"Gue enggak ada hubungan apa-apa sama Mas Hyunjin. Gue gak suka sama dia, gue suka sama orang lain."
Beomgyu yang sudah bahagia sampai serasa rebahan di ladang penuh bunga langsung mengernyit heran begitu mendengar pernyataan Ryujin.
"Siapa yang lo suka?"
"Lo. Orang yang gue suka itu lo, Gyu."
This. This is what he's been waiting for.
"Ryu," Beomgyu sengaja membuat jeda. "Gue juga suka sama lo."
- — -
- — -
Yay! Kisah friendzone mereka akhirnya menemukan titik terangnya. Bagi para pembaca yang budiman dan budiwoman yang tengah terjebak dalam kisah romansa njlimet semoga segera menemukan titik terangnya. And sometimes, the answer is being single :D
Zuzurly, aku juga pernah kejebak friendzone and it's not that good. Jadi, aku bikin mereka happy ending karena aku ingin mewujudkan keterbalikan dari kisah romansaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senin Malam
FanfictionTXT ft. ITZY [Melatisari, #1] 5 kisah-kasih remaja yang terbit dari kejadian-kejadian Senin malam tempo hari.