Jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari, Kenan terbangun karena mendengar suara lirih yang berada di sampingnya. Atlanta terlihat gelisah dalam tidurnya, di sentuhnya dahi Atlanta untuk memastikan suhu tubuhnya baik-baik saja, "dia demam" Ucap kenan setelah merasa kan hawa panas dari dahi Atlanta.
Kenan beranjak keluar kamar, mengambil baskom berisi air hangat serta handuk kecil untuk mengompres Atlanta.
Di perasnya handuk tersebut lalu di tempelkannya pada dahi Atlanta, di usapnya sebentar rabut Atlanta sebelum ia menyimpan baskom ke atas nakas.
"Cepet sembuh At" Ucap kenan.
***
Matahari sudah menampakkan dirinya, cahayanya menerobos masuk melalui sela-sela jendela kamar yang tak tertutup rapat oleh tirai, membangunkan salah satu dari penghuninya.
Kenan mengerjapkan matanya, menghalau sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya, didudukkan dirinya bersandar pada kepala ranjang, menoleh kearah kanan, menemukan Atlanta yang masih damai dalam tidurnya.
Kenan beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, membiarkan Atlanta untuk tetap tidur di bawah selimut tebalnya, selesai mandi baru dia akan membangunkannya, pikir Kenan.
10 menit berlalu kenan keluar kamar mandi dengan keadaan rambut yang sedikit basah. Berniat membangunkan Atlanta yang masih terlelap di kasurnya.
Tangannya menyentuh dahi Atlanta yang terasa panas "kenapa suhunya makin meningkat" Ucap Kenan panik.
"Atlanta bangun At"
"At"
"Atlanta"
Kenan tak mendapatkan respon apapun dari Atlanta. Hingga tiba-tiba darah mengallir dari lubang hidung Atlanta, kenan semakin panik di buatnya, di guncangnya badan Atlanta sedikit keras tapi juga tak mendapatkan respon apapun, entah Atlanta memang sudah tak sadarkan diri atau hanya tak memiliki tenaga untuk merespon itu semua.
Kenan kepalang panik, menyambar kunci mobil dan ponsel yang ada di atas meja, lalu menggendong Atlanta di punggungnya bergegas keluar kamar secara tergesa.
Rumah masih sepi, hanya ada ART yang sedang merapikan makanan di meja makan. Kemungkinan besar kedua orang tuanya masih berada di kamar.
"Bi lastri, tolong bukakan pintu rumah" Terikak Kenan dari tangga, tak perduli jika teriakannya akan mengganggu penghuni lain.
Bi lastri segera membukakan pintu untuk tuan mudanya, sedikit terkejut melihat Atlanta ada di gendongan kenan dengan keadaan mimisan.
"Bi tolong segera bilang ke pak maman untuk bukakan gerbang" Ucap Kenan lalu berjalan tergesa menuju garasi.
Kenan mendudukkan Atlanta di kursi penumpang, lalu ia dengan segera memutari mobil untuk duduk di balik kemudi, di liriknya sebentar Atlanta yang berada di sebelahnya lalu bergegas melajukan mobilnya menuju rumah sakit.
Beruntung hari masih terlalu pagi, jalanan masih lengang, mempermudah kenan untuk cepat sampai di rumah sakit.
***
Kini Atlanta sudah ada di ruang rawat setelah mendapat penanganan, Atlanta mengalami demam tinggi sehingga mengalami mimisan, beruntungnya tidak mengalami kejang.
Meski kondisi Atlanta mulai membaik, kecemasan pada diri kenan tak juga berkurang, sejak 3 jam lalu sampai sekarang Atlanta belum juga mebuka matanya. Sedari tadi pandangannya tak lepas dari Atlanta yang terbaring di kasur rumah sakit dengan jarum infus yang terpasang di tangan kanannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SPUTNIK
Novela JuvenilAtlanta Putra Mahardika, yang gak pernah ngerasaain apa itu arti "tenang" dalam hidupnya berada dalam dekapan luka, bertemankan rasa takut dan sesuatu yang dianggapnya seolah mimpi buruk, yang nyatanya itu adalah kenyataan yang ada, di dewasakan ole...