14. I'M (NOT) OKAY

428 59 12
                                    

Happy reading👋

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading👋

***

"Why is everybody happy but me?, now even smilling is more painful than crying"

-Run Away-

***

"Hai, bagaimana kabarmu" sapa seseorang perempuan kepada remaja laki-laki.

Tak ada jawaban dari dari remaja laki-laki itu, hanya seutas senyum yang ia perlihatkan sebagai jawabannya.

"Ternyata kamu sedikit nakal ya, kenapa belum dimakan" ucap perempuan itu, ketika melihat makanan remaja laki-laki itu masih utuh belum tersentuh sedikitpun.

"bisa kah kakak memberiku nasi padang" ucap remaja tersebut dengan muka memberengut

"hai.. kau ini kenapa nakal sekali, habiskan saja dulu makan yang sudah ada" perempuan yang di panggil kakak oleh remaja laki-laki itu melebarkan matanya mendengar permintaan remaja tersebut.

"Kak Rara" Ucapnya memelas.

"kenapa kau menunjukkan wajah memelasmu yang begitu menggemaskan"ucap kak Rara dengan gemas.

"Sini kakak suap, setelahnya nanti sore akan kakak ajak kau ketaman bagaimana?" Ucap kak Rara memberi penawaran.

"humm, awas kalo kakak berbohong lagi" sungut pemuda itu

Kak Rara hanya tertawa mendengarnya, kemarin sore ia menawarkan hal yang sama, tetapi terpaksa ia batalkan karna satu lain hal, kesibukan dan kewajiban yang tidak bisa ia tinggalkan.

"Baiklah, sekarang mari kita habiskan makanmu terlebih dahulu, lalu istirahat dan sorenya mari kita menghabiskan waktu di taman" Ucap kak Rara penuh semangat.

Rara menyuapi remaja itu dengan telaten, sesekali memperhatikan ekspresi wajah pemuda itu yang terkadang mengernyitkan dahinya pertanda tidak terlalu menyukai makanan yang ada di mulutnya.

"Kak Rara sudah ya" pintanya memelas

"Baiklah, Sekarang minum ini dan segera beristirahat" ucap kak Rara.

"Humm" gumamnya lucu.

***

Semilir angin sore berhembus menerpa wajah remaja laki-laki itu. Duduk termenung di sebuah bangku taman dengan pikirannya melayang entah kemana. Pandangannya terfokus pada satu titik yang membuat hatinya terasa perih. Keluarga kecil yang terlihat begitu bahagia yang duduk tak jauh dari tempatnya. Matanya menyendu melihat itu semua, andai saja ia bisa merasakan hal serupa. Kasih sayang dan perhatian yang begitu ia damba dari orang tuanya. Why is the world treating me like this? Batinnya.

"Hai apa yang sedang kau pikirkan" Suara kak Rara membuyarkan lamunan remaja itu.

"Tidak ada, hanya menikmati angin sore, sudah lumayan lama aku tak merasakan suasana tenang ini" Ucapnya.

"Ingin berbagi sedikit cerita dengan kakak?" Tanya Rara.

"Apa yang harus aku ceritakan, kehidupanku tak semenarik itu untuk di ceritakan kak" jawabnya dengan senyum tipis di bibirnya.

Rara hanya bisa menghembuskan nafas lelah mendengar jawaban remaja yang berada disampingnya. "Aigoo, baiklah jika kau tak mau bercerita"

"Tidak ingin menghubungi keluargamu?" Tanya Rara

Remaja itu hanya menggeleng pertanda tidak ingin, kemudian menyandarkan kepalanya ke pundak kak."Kak Aku lelah" Ucapnya dengan lirih.

Rara tak menanggapi hanya mengelus lembut rambut remaja itu.

"Kak Rara, kenapa harus aku lagi?" Ucapnya dengan sendu.

"Hai dengar kakak, kamu gak selamanya harus pakai ini At" ucap Rara dengan hati-hati.

"Tapi Atlanta takut kak, seandainya, seandainya aja malam itu..." Atlanta tak bisa melanjutkan ucapannya, kedua matanya sudah di banjiri airmata. Untuk kali ini biarkan dia meluapkan segala yang ia rasakan melalu tangisnya. Tangis yang membasahi pundak kak Rara sebagai tempat bersandarnya saat ini.Ya remaja itu Atlanta. Orang yang seminggu ini menghilang tanpa kabar. Yang kini sedang menangis dibawah sinar mentari berwarna oren sebelum di gantikan pekatnya gelap malam.

"Everithing will be okay, it's always drakest before the dawn, but the stars you seek only appear at night, stay strong Atlanta, everything will go well, You will get your happiness soon." Ucap Rara menenangkan.

" Tapi kapan kak?, aku udah berusaha bertahan sampai sejauh ini, tapi kebahagiaan sederhana yang aku harapkan pun belum ku dapatkan.Sesederhana pelukan bunda mungkin." Ucap Atlanta.

Ya Atlanta sudah mencoba bertahan sejauh ini, bertahan sendiri dengan kehidupannya yang telah hancur, dia membutuhkan uluran tangan seseorang saat ini, membutuhkan genggaman tangan untuk membantunya bangkit kembali. He needed someone to save him.

***

Hari sudah berganti malam, tugas Sang mentari kini telah digantikan oleh sang rembulan. Setelah menangis cukup lama kini Atlanta sedang beristirahat. Menikmati kekosongan, kesendirian, dan kesepian dalam sunyinya malam. Lagi-lagi tragedi beberapa hari lalu terputar ulang dikepalanya. Bermula setelah competisi piano pertamanya hingga berakhir bertemu dengan kak Rara. Rasa sakit yang ia rasakan terasa familiar baginya, mengingatkannya pada kejadian yang telah lampau, lagi-lagi ia memperoleh luka dari sumber yang sama.

Atlanta membenci malam, karena semua memori akan terus berputar secara acak layaknya kaset rusak di kepalanya, meski terus berulang, Atlanta tak pernah bisa terbiasa dengan semua itu, karena tak ada satupun memori indah yang terputar, dan pada akhirnya lagi-lagi dia menangis sendirian. Tak ada yang tau tentang rasa cemas dan gelisah yang selalu menemani malam Atlanta.

Atlanta segera beranjak kekamar mandi, berdiri di depan cermin dengan kedua tangan mencengkram westafel. Menatap bayangannya sendiri, dengan kedua mata yang memerah penuh air mata. Hari ini sudah berapa banyak air mata yang kau jatuhkan Atlanta?. Lagi-lagi cermin menjadi saksi bisu akan rapuhnya seorang Atlanta. Kini di depan cermin yang berbeda dia kembali ingin menyerah pada dunia, bahunya tak lagi kuat menopang semua beban yang ada. Atlanta memandang pantulan dirinya dengan tatapan kosong, seakan dirinya telah hancur tak tersisa.

Bibirnya menyunggingkan senyum getir, hatinya masih belum bisa menerima kenyataan yang ada saat ini, dirapikannya rambut yang mulai panjang menutupi kedua telinganya, dia sengaja tidak memangkas rambutnya, mungkin mulai sekarang dan seterusnya dia akan mempertahankan potongan rambut yang menutupi telinga.

Atlanta tak pernah menyimpan dendam dalam dirinya, tapi dia benar-benar tak bisa melupakan semua yang telah terjadi pada dirinya.

***

Haiii 👋👋double up nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haiii 👋👋
double up nih.
Semoga suka sama part ini😉
Jangan lupa vote and commentnya.
See you in next chapter💛

SPUTNIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang