Movember 22

366 30 2
                                    

Iklan sebentar, ya.

Guys! Pinky happy banget karena lihat notifikasi dari cerita ini rame banget.
Terima kasih banyak yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cerita Pinky, ya!🤩💗

Sebagai apresiasi kepada Sobat Pinky yang sudah baik sekali meninggalkan jejaknya, Pinky mau kasih hadiah buat kalian. Tapi, hadiahnya bakal Pinky spill di next part!

Insyaallah bakal Pinky upload Sabtu, ya!
Terima kasih banyak-banyak-banyak💗

happy reading

"Wah, ada yang nggak beres, nih."

Kedua alis Kayesha bertaut, lantas dia bertanya, "Apaan yang nggak beres?"

Sontak Abin langsung menggelengkan kepalanya. "Bukan apa-apa. Eh, hari ini lo nggak sibuk, 'kan?" tanyanya seraya mulai meracik bakso miliknya yang baru datang.

"Sibuk banget gue. Tapi gara-gara Kama, gue harus jemput dan nemenin lo seharian ini. Nanti gantian lo yang nyetir! Nggak mau tahu!" pinta Kayesha yang tak bisa diganggu gugat. Kayesha berani menyebut Kama tanpa embel-embel 'abang' jika tidak ada Kama dan keluarganya, pengecualian untuk Abin karena dia sama saja dengannya.

Abin tertawa kecil sambil mengambil siomay milik Kayesha. Tanpa diberitahu dan tanpa disuruh, baik Abin atau Kama, kalau sedang makan bakso bersama Kayesha akan secara otomatis mengambil siomay milik Kayesha. Kayesha tidak suka memakan siomay, bahkan ketika di penjual bakso gerobakan pun dia menghindari siomay.

"Jangan banyak-banyak sambelnya, Kayesha," tegur Abin begitu melihat Kayesha sudah menuangkan 2 sendok makan sambal ke dalam mangkuknya. Meskipun bibirnya berdecak, tapi dia menurut untuk berhenti mengambil sambal lagi.

"Nanti anterin gue ke mal, ya? Gue mau beli beberapa baju buat gue tinggal di sini," ujar Abin setelah menghabiskan 1 buah bakso kecil.

"Lah, lo ke sini apa nggak bawa baju, Bin?" tanya Kayesha heran dan Abin langsung menggeleng. "Lo nggak liat ini gue cuma bawa tas ransel begini? Di dalem cuma ada tiga kaus, dua celana pendek, satu lagi gue pakai," jawab Abin kemudian.

"Berarti pas lima hari di Bangkok kemarin lo pakainya gantian gitu?" tanya Kayesha yang langsung diangguki oleh Abin. "Lo sebenarnya niat pergi nggak, sih?? Dikit banget baju yang lo bawa! Jangan bilang lo cuma bawa daleman satu?!" sergah Kayesha seraya menatap Abin dengan raut heran.

"Bawa tiga gue. Makanya nanti anterin gue beli, ya, Nuna!" pinta Abin sembari menunjukkan senyumannya, berniat untuk merayu Kayesha.

Kayesha mendengus dan memutar kedua bola matanya. "Hyun Wook Samchon¹ perasaan bisnisnya lagi naik daun, tapi kenapa anaknya kayak orang gembel begini, sih?" cibirnya.

"Namanya juga lagi merakyat, Yes!" sahut Abin seraya mencomot bakso terakhir miliknya.

Perbincangan mereka berlangsung cukup lama hingga bakso mereka habis tak tersisa. Kebanyakan Abin yang berceloteh tentang kegiatannya selama di Bangkok kemarin. Tidak jauh dari membuat konten, tapi katanya dia juga sedang menghadiri pernikahan teman semasa kuliahnya. Katanya, teman Abin menikah dengan orang Thailand. Kebetulan juga alasan lain Abin datang ke Jakarta karena dia diundang ke pernikahan temannya.

"Bisa-bisanya lo bolak-balik luar negeri cuma buat dateng ke nikahan temen lo. Kapan giliran lo-nya yang ngundang mereka ke nikahan lo, Bin?" celetuk Kayesha diakhiri tawa kecilnya.

Abin melempar bungkus kerupuk yang dimakannya tadi ke arah Kayesha. "Heh! Mendingan lo ngaca, ya, Kayesha. Kita seumuran kalo lo lupa, bahkan Niana yang seumuran kita pun dah ada buntut satu. Lo-nya kapan nyusul Niana, Yes?" balasnya yang langsung membuat Kayesha kicep.

movemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang