Maaf, ya, Pinky update kemaleman. Tenang, bab ini aman dari yang iya-iya kok. Bab ini cuma jadi flashback dari POV Bhumi. Jadi, kita mundur dulu ke kejadian 3 tahun lalu, sebelum pasangan ini putus.
Kalau dari bab 1-30 itu Pinky nulis dengan lihat perasaan dari Kayesha, sekarang gantian Pinky bakal nulis bab 31 sampai ending dengan lihat perasaan dari Bhumi yaa.
Buat yang kapalin Jendra Kayesha, maaf banget yaa karena Pinky bukan tim second lead wkwk. Dari awal Pinky emang lebih condong Kayesha Bhumi, karena memang mereka pemeran utamanya. Sampai sini, udah ada bayangan soal endingnya gimana gak?
— happy reading —
[ Remember — Bhumi POV ]
"Let's break up, Bhumi."
Itulah kalimat pertama yang diucapkan Asha-nya, begitu Bhumi mengangkat panggilannya. Apa-apaan ini? Kenapa tiba-tiba kekasihnya itu meminta putus?
Segera Bhumi bangkit dari kursi kerjanya dan berlalu ke balkon apartemennya. "Hei, Sayang. What's wrong with you, hm? Are you okay?" tanyanya.
Tak ada jawaban, namun telinganya bisa mendengar bahwa Asha-nya tengah menangis. "Asha? Ada apa? Kenapa kamu menangis?" tanyanya khawatir. Pasalnya kini mereka tengah LDR—berbeda benua. Bhumi tengah menempuh pendidikan S2 di New York, sedangkan Kayesha berada di Indonesia. Sangat jauh sehingga Bhumi tak dapat merengkuh gadisnya yang sepertinya memiliki hari yang buruk.
"I say, let's break up, Bhumi! Aku mau kita putus!" ucap Kayesha dengan nada suaranya yang naik.
Bhumi menghela napas panjang. "Coba kamu jelaskan, kenapa kamu tiba-tiba minta putus, Asha," katanya meminta penjelasan.
"Kamu bohong, Bhumi! Katamu, kamu nggak akan berpaling dari aku, meski kita sedang long distance relationship. Tapi kamu—udahlah! Intinya aku mau putus!" Tut.
Dan tiba-tiba Kayesha memutus panggilan sebelum selesai menjelaskan. Bhumi bingung sekaligus lelah. Hampir 2 tahun ia di New York, perasaan di awal-awal Kayesha tak pernah se-rewel ini, namun akhir-akhir ini perempuan itu uring-uringan dan puncaknya hari ini tiba-tiba meminta putus. Bhumi tidak tahu ada apa dengan kekasihnya itu, dia hampir menyerah karena Kayesha akhir-akhir ini tampak lebih keras kepala.
Padahal Bhumi di sini sedang belajar, bukan main-main, tapi Kayesha akhir-akhir selalu mencurigainya—katanya, ia takut kalau Bhumi memiliki perempuan lain di New York. Well, Bhumi sudah melabuhkan hatinya pada Kayesha, sudah cinta mati istilahnya, mana mungkin dia akan berpaling?
Susah payah Bhumi mengejar Kayesha yang dingin dan tak tersentuh, sudah dapat maka tidak akan pernah ia lepaskan begitu saja. Setelah sang ibu, Kayesha-lah yang berhasil membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya. Agak lebay, tapi Kayesha memang cinta pertamanya, kekasih pertamanya juga.
Karena tak ingin berlarut-larut dalam pikiran, hari itu juga Bhumi memesan tiket untuk kembali ke Indonesia. Jika dipikir-pikir lagi, ini adalah kepulangannya yang ke-5 dalam kurun waktu 3 bulan. Alasannya pulang juga karena Bhumi harus menemui kekasihnya yang sedang uring-uringan itu. Memang sudah se-bucin itu Bhumi kepada Kayesha. Tapi, kenapa Kayesha tak bisa melihat cintanya yang sudah ugal-ugalan itu?
Setibanya di Indonesia, Bhumi langsung menemui Kayesha di kantornya. Seharian ia mengikuti ke mana pun Kayesha pergi, agar ia bisa membujuknya dan meminta penjelasannya. Dan Kayesha baru mau bicara dengan Bhumi ketika hari sudah gelap—hampir jam 10 malam, setelah seharian mendiami Bhumi.
"Kamu kenapa, hm? Coba sini bicara sama aku pelan-pelan. Apa yang kamu rasakan, apa yang membuat kepala kamu berisik, coba ceritakan ke aku semuanya. Biar yang di sini itu nggak terus-terusan overthinking," ucap Bhumi lembut dengan tatapan penuh cinta, meski sebetulnya dia sangat lelah karena belum istirahat setelah mendarat di tanah kelahirannya.
Kayesha menatap Bhumi dengan mata berkaca-kaca. "Kamu beneran sayang sama aku, 'kan?" tanyanya. Pertanyaan kematian bagi para pria.
Bhumi tersenyum dan mengecup kening Kayesha. "I love you, sangat. Di hati aku ini cuma ada nama Kayesha Apriliani, nggak ada yang lain. My heart belongs to you," jawabnya kemudian.
Seakan belum puas dengan jawaban Bhumi, Kayesha kembali bertanya, "Really? Kamu nggak akan berpaling dari aku, meski di New York ada perempuan lebih cantik dan lebih baik daripada aku?"
Bhumi mengangguk. "Bagiku yang paling cantik dan paling baik selain ibu itu kamu—pacar aku. Di sana aku memang bertemu dan berinteraksi dengan banyak perempuan, tapi percayalah kalau hatiku selalu milik kamu, Asha. Kamu itu susah aku dapetinnya, masa iya aku tiba-tiba lepasin kamu cuma gara-gara cewek lain? Yang mau deketin aku memang banyak, tapi aku maunya cuma sama kamu, no one but you," tuturnya dengan lembut dan penuh cinta.
Kayesha menundukkan kepalanya, merasa bersalah karena telah membuat Bhumi rela menemuinya ke Indonesia, bahkan tak istirahat sama sekali begitu kekasihnya itu sampai di sini. Apakah ia sudah sangat kekanakan?
"Aku kekanakan banget, ya? Kayaknya aku akhir-akhir bikin kamu bolak-balik New York Indonesia terus. Padahal cuma masalah sepele, cuma gara-gara aku yang terlalu nethink. Maaf, ya," ujar Kayesha yang ternyata menyadari tingkah uring-uringannya akhir-akhir ini.
Lagi-lagi Bhumi tersenyum sembari menghapus jejak air mata di mata kekasihnya. "Bagiku kamu itu penting, nggak bisa aku sepelekan. Kamu itu bukan kekanakan, tapi itu perasaan harfiah dari seorang perempuan yang sedang menjalani long distance relationship sama pacarnya. Aku nggak bisa menyalahkan perasaan kamu, tapi aku cuma minta satu hal. Trust me, aku bener-bener sayang sama kamu," sahutnya menasihati.
Kayesha menganggukkan kepalanya. Dan syukurlah Kayesha itu bukan tipe perempuan yang akan memperpanjang masalah, sehingga mereka langsung berbaikan hari itu. Karena Bhumi tak bisa lama-lama di Indonesia, esoknya dia kembali ke New York karena masih memiliki tugas di sana. Sebentar lagi tesisnya selesai dan Bhumi tak ingin menunda-nunda. Sebab dia sudah ditunggu sang ibu untuk memimpin perusahaan keluarganya, menggantikan posisi mendiang ayahnya yang telah meninggal tahun lalu. Bhumi memang sudah memasuki bisnis Nawasena Group sejak kuliah S1, tapi Bhumi juga tidak bisa menunda hasratnya untuk lanjut kuliah S2. Bahkan ia juga berencana untuk melanjutkan pendidikan S3 bersama sang kekasih.
Selain itu, Bhumi juga sudah merencanakan untuk meminang Kayesha. Ya rencana ini masih rencana pribadinya, baik keluarga dan Kayesha belum ada yang mengetahui. Bhumi ingin mewujudkan mimpinya untuk membangun bahtera rumah tangga bersama Kayesha. Bahkan diam-diam dia sudah menyiapkan investasi masa depan, baik itu rumah hingga kebutuhan untuk anak-anaknya nanti. Membayangkan bahwa ia bisa menikah dan memiliki anak bersama Kayesha saja sudah membuat jantungnya disko, bagaimana dia bisa pindah ke lain hati coba?
Sebuah hubungan itu memang tak selamanya berjalan dengan mulus, pasti ada saja cobaannya. Begitu juga dengan hubungannya dengan Kayesha. Satu bulan pasca mereka hampir putus, tiba-tiba Kayesha datang ke New York. Katanya sedang rindu dengan kekasihnya dan ingin melihat apakah Bhumi benar-benar tidak berselingkuh. Meskipun Kayesha sudah meminta maaf karena sudah nethink kepada Bhumi, tapi yang namanya perempuan pasti belum puas kalau tidak mengungkitnya.
"Kamu beneran nggak selingkuh, 'kan?" tanyanya.
— to be continued —
(1000)
Sampai sini, udah tahu, 'kan, siapa yang ngajak putus duluan?🙈
Memang dasarnya cewek. Kemarin-kemarin Pinky beneran mendalami karakter Kayesha, gimana perasaan sakitnya diputusin Bhumi, waktu dia insecure, fall in love again tapi gagal. Gantian sekarang Pinky bakal mendalami karakter Bhumi, si cowok sabar dan bucin banget, dewasanya gak ketulungan, terus perhatian bangettt. Tapi perhatiannya itu kadang... (sebagian kata hilang)
Dan tinggal sedikiiit lagi kita akan berpisah dengan Kayesha dan Bhumi 🥹🫶🏻
Udah segitu aja yaa! See u di next part!
Ditulis pada tanggal 27 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
movember
Romance"Katanya udah move on, kok masih gamon?" Padahal sudah putus 3 tahun lalu, tetapi ada saja yang membuat Kayesha jadi teringat akan mantan kekasihnya, Bhumi. Kayesha sudah mencoba untuk membuka hati, tetapi hasilnya selalu nihil. Dari beberapa pria...