"Asha, maafkan aku." Dengan nada yang bergetar Bhumi lontarkan permintaan maafnya untuk Kayesha.
"Aku maafkan. Tapi kamu tahu? Gelas kaca yang sudah jatuh dan pecah, tidak akan bisa kembali utuh, Bhumi. Begitu juga dengan hatiku," balas Kayesha tegas. Meski matanya kini sudah dipenuhi oleh air mata, tapi Kayesha berusaha untuk tetap menguatkan hatinya agar tak menangis saat itu juga.
"Dengan mudahnya kamu meminta maaf setelah tiga tahun terlewati. Sebuah kalimat sederhana yang aku tunggu-tunggu tiga tahun lalu, tapi baru kamu ucapkan hari ini. Bukankah itu sudah sangat terlambat, Bhumi? Kamu yang mengucap untuk tak akan pernah pergi meninggalkan aku, tapi kamu juga yang mengingkarinya, Bhumi. Apakah semudah dan secepat itu pendirian kamu, Bhumi? Atau ... apakah selama ini memang kamu hanya berniat untuk mempermainkan hatiku saja?" ungkap Kayesha dengan nada sendunya.
"Tidak, jangan berpikir seperti itu, Asha. I love you—"
"Jika kamu mencintaiku, kamu nggak akan biarin aku jadi orang gila yang mengemis ke kamu, agar kita bisa kembali bersama, Bhumi!" potong Kayesha cepat, emosinya tampak menggebu dengan wajah yang memerah.
Setetes air mata keluar dari sudut-sudut matanya. "Setelah kamu telepon aku dan tiba-tiba berkata ingin berpisah, hari itu juga aku susul kamu ke New York untuk meminta penjelasan. Kamu tutup sambungan itu—bahkan sebelum aku bersuara, dan meninggalkan aku dengan banyak pertanyaan kenapa dan kenapa. Aku seperti orang gila yang mengitari New York hanya demi mencari kamu, tapi kamu justru seolah benar-benar tidak ingin kita bertemu dan bicara secara baik-baik. Kamu blokir semua sosial media punyaku, kamu menolak bertemu denganku, dan kamu juga yang tiba-tiba menghilang bak ditelan bumi." Kayesha mengambil napasnya yang mulai tercekat karena menahan tangis. "Tiga tahun aku hidup seperti orang gila dengan terjebak dalam banyak pertanyaan, kenapa kamu ninggalin aku? Apa salahku? Kenapa kamu tiba-tiba memutuskan hubungan kita? Kenapa dan kenapa?!" sambungnya dengan pipi yang mulai berderai air mata.
"Kamu yang menyuruhku untuk melanjutkan hidup, tapi kamu membiarkan aku tenggelam sendirian dalam kenangan kita, Bhumi. Aku pikir kamu adalah pria yang baik yang Tuhan kirim untuk aku, berpikir bahwa kamu juga akan mencintai aku seperti Papa Keenan dan Kama. Tapi ternyata aku salah. Kamu yang membuat aku terbang setinggi langit dan kamu juga yang mematahkan sayapku, hingga aku jatuh ke lubang kehampaan. Tiga tahun aku menjalani hidup dengan perasaan yang hampa dan itu semua gara-gara kamu, Bhumi!" imbuh Kayesha dengan mata yang memerah, wajahnya kini berantakan karena penuh dengan jejak air mata. Pertahanan yang ia bangun susah payah selama 3 tahun terakhir, runtuh karena dipertemukan kembali dengan Bhumi.
"Sekarang, disaat aku benar-benar ingin melanjutkan hidupku dengan mencoba membuka hati untuk pria lain, kamu datang dan duduk di depanku tanpa rasa bersalah tiba-tiba meminta maaf ke aku. Are you kidding me?" tanya Kayesha sarkas sembari menatap Bhumi penuh kebencian. Tatapan cinta yang dulu membara kini berganti menjadi tatapan penuh kebencian.
Sedari tadi Bhumi diam mencoba mendengarkan semua isi hati Kayesha yang telah lama dipendam. Menahan gejolak emosi kepada dirinya sendiri, bahkan kedua tangannya saling mengepal kuat. Ternyata dia sudah sangat menyakiti hati Asha-nya.
"Maaf. Maafkan aku, Asha." Hanya itu yang bisa keluar dari mulut Bhumi. Sebab dia tak bisa mengelak dan mencari pembelaan atas apa yang sudah terjadi kepada Kayesha.
Kayesha tersenyum miring sembari sedikit mengangkat kepalanya. "Tapi sekarang aku sudah mengerti alasan kenapa kamu tiba-tiba ingin kita berpisah. Ternyata semua perasaan denial-ku tiga tahun lalu itu adalah sebuah kebenaran. Kebenaran di mana kamu memiliki perempuan lain di New York, hidup dengan bahagia di sana berdua. Oh, bahkan sampai kemarin pun juga masih bersama, ya?" terangnya yang lantas membuat Bhumi mengernyitkan dahi.
"No, you misunderstand. I've never had another girl in my life in New York. I really love you sincerely and never even thought about turning my back on you, Asha," elak Bhumi.
Kayesha tertawa kecil mendengarnya. "You're liar," lirihnya. Dengan lembut Kayesha hapus sisa air mata di kedua pipinya. Dia tersenyum dan berkata, "Kamu nggak perlu menyembunyikan hubunganmu dengan Monic lagi, Bhumi. Aku sudah tahu semuanya."
Kernyitan di dahi Bhumi semakin banyak. Monic? Kenapa tiba-tiba nama selebriti itu disebut oleh Kayesha?
"Jika kamu datang hanya untuk meminta maaf padaku, aku sudah memaafkan kamu, Bhumi. Setelah ini aku berharap, kita berdua bisa hidup masing-masing dengan orang pilihan kita. Cerita kita sudah berakhir sampai di sini, ya, Bhumi? Aku mohon dengan sangat, izinkan aku untuk melanjutkan hidupku tanpa bayang-bayang kamu lagi," pinta Kayesha dengan raut wajah melas, pasrah, dan lelah bercampur menjadi satu.
Bersiap untuk pergi, Bhumi justru menahan lengannya. "No, wait. Ada yang harus aku jelaskan ke kamu, Asha. Tentang alasanku terpaksa harus meninggalkan kamu tiga tahun lalu," katanya.
Kayesha tersenyum dan perlahan melepaskan cekalan tangan Bhumi di lengannya. "Maaf, aku sudah nggak memerlukan penjelasan itu sekarang, Bhumi. Kisah kita sudah selesai, pun juga perasaanku ke kamu. Aku harus pergi," balasnya sebelum kemudian pergi. Melangkah jauh dan berharap ia bisa menjalani kehidupan baru tanpa bayang-bayang Bhumi lagi.
Tuhan, sudahi rasa sakit ini. Aku hanya ingin hidup bahagia setelah ini, batin Kayesha penuh harap.
Begitu sampai di dalam mobil, Kayesha mengambil napas sebanyak mungkin. Diana yang sedari tadi menunggu Kayesha pun tak bersuara, membiarkan sang bos menangis. Ketika Kayesha berusaha mengontrol tangisnya, ponselnya berdering dengan nama Jendra tertera. Sekali lagi Kayesha merasa bahwa Jendra adalah penyelamatnya.
"Hai, Princess. Wah, I miss you so bad haha. Sudah lama sekali kita nggak bertatap muka langsung, Princess," ucap Jendra begitu panggilannya tersambung.
"Hai, Jendra," sahut Kayesha setelah berusaha untuk tidak mengeluarkan tangisnya lagi.
Jendra terdiam sesaat sebelum kemudian berkata, "Hei, are you okay, Kayesha? Kenapa aku ngerasa suara kamu kayak lagi nangis?"
Bibir Kayesha bergetar mendengarnya. "I'm okay, Jendra. Aku cuma lagi kurang fit hari ini," balasnya.
"Sayangnya aku sedang di luar kota hari ini hingga dua hari esok. Jika tidak, aku akan langsung mendatangimu dan mengobati Princess yang sedang sakit," ucap Jendra jenaka. Guyonan Jendra itu berhasil membuat Kayesha tertawa kecil dan kembali membuktikan bahwa Jendra mampu mengobati luka hatinya.
Mendengar tawa kecil Kayesha, Jendra berkata, "Nah, kalau kamu tertawa, 'kan, terlihat lebih cantik, Princess. Apa pun kesulitan yang kamu hadapi hari ini, jangan sampai menjadi beban pikiranmu. Jangan biarkan kesulitan itu menyakiti hatimu, Sha. Tersenyumlah meski hari ini terasa sulit bagimu, berikan energi positif untuk mengembalikan suasana hatimu yang kurang baik itu."
Setelah mendengar deretan kalimat menghangatkan hati itu, membuat Kayesha sedikit teralihkan pikirannya dari pertemuannya dengan Bhumi tadi.
"Jendra, thank you," ucap Kayesha pelan.
"Anytime, Princess. Setelah pekerjaanku di sini selesai, aku akan langsung mendatangimu, ya. Aku sudah sangat rindu dengan pemilik senyuman manis ini." Memang gampangan sekali suasana hati Kayesha itu. Minggu lalu dia masih menghindari Jendra dan berusaha membatasi diri, tapi hari ini kembali terenyuh mendapati perlakuan manis dari Jendra.
Sebelum panggilan diputus, Jendra sempat berkata, "Ngomong-ngomong, jepit rambut itu benar-benar mendarat dengan cantik di atas kepalamu, Kayesha. Aku suka."
Setelahnya, panggilan pun berakhir dengan Kayesha yang lupa akan sesuatu.
— to be continued —
(1144)
Pinky nulisnya sambil reka adegan, mencoba menguasai emosi yang dimiliki sama Kayesha. Tapi, kalau semisal masih kurang ngena feel-nya, Pinky minta maaf yaa😓🙏🏻
Mohon doanya semoga Pinky dilancarkan menulisnya sampai tamat, ya💗
See u di next part!
Ditulis pada tanggal 20 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
movember
Storie d'amore"Katanya udah move on, kok masih gamon?" Padahal sudah putus 3 tahun lalu, tetapi ada saja yang membuat Kayesha jadi teringat akan mantan kekasihnya, Bhumi. Kayesha sudah mencoba untuk membuka hati, tetapi hasilnya selalu nihil. Dari beberapa pria...