Movember 7 ⚠️

793 39 0
                                    

Iklan sebentar, ya.

Bagian ini sudah direvisi sedikit. Bagi yang sudah membaca kemarin dan ingin baca ulang silakan, tapi kalau mau skip juga silakan. Yang jelas, di periode revisi ini Pinky bakal kasih tambahan yang belum ada dalam cerita ini sebelumnya.

Sesuai judul, bab ini sedikit mengandung 🔞 ya. Harap hati-hati dan mohon bijak saat membaca.

Enjoy and happy reading!

***

"Menurut kamu, lebih bagus aku pakai yang warna merah atau putih, Bhumi?" tanya seorang gadis berparas ayu dan sedang menatap layar ponselnya.

Orang yang sedang ia ajak bicara—Bhumi, tengah melahap makanannya. Hanya melirik singkat pada ponselnya, kemudian berkata, "Yang putih saja. Kulitmu kurang cocok dengan warna merah menyala seperti itu."

Gadis itu tersenyum dan mengangguk. "Kamu temani aku ke pesta malam ini, gimana?" tanyanya yang lebih seperti memberi tawaran sih.

Bhumi menelan makanannya dan menatap gadis itu datar. "Tidak. Saya sedang sibuk, Monic," tolaknya mentah-mentah.

Gadis cantik yang memiliki nama Monic Dharmawangsa—artis masa kini—itu pun mengangguk. Dalam hatinya, dia gagal untuk mengajak Bhumi ke pesta, lagi.

"Lagipula, untuk apa atensi saya berada di pesta itu? Bukankah di pesta nanti, isinya orang-orang selebriti seperti kamu? Saya tidak kenal mereka," sambung Bhumi yang kembali fokus melahap makanannya. Makanan di kafe ini tidak pernah mengecewakan dan rasanya pun masih tetap sama, meskipun sekarang ia datang bukan bersama dengan orang yang dulu lagi.

"Tapi kamu kenal aku, 'kan, Bhumi," sahut Monic dengan tanpa sadar memegang tangan Bhumi dan menatap Bhumi dengan mata berbinar. Seolah-olah dia masih punya harapan untuk bisa mengajak Bhumi ke pestanya nanti.

Bhumi melepaskan cekalan Monic. "Tapi, tidak ada hubungannya dengan saya, Monic. Pesta itu untuk pertemuan bersama teman selebriti kamu. Kamu bisa ajak teman selebriti kamu yang lain, jangan saya yang bukan siapa-siapa di sana nanti," jawabnya yang masih dengan jawabannya semula. Jawaban yang sukses membuat Monic memandang sendu Bhumi.

Sebenarnya, Monic sudah mengajaknya dari kemarin, tapi Bhumi langsung menolaknya. Kemudian hari ini, Monic kembali mengajaknya ke pesta yang di mana, kebanyakan adalah isinya teman selebriti perempuan itu. Lantas, untuk apa Bhumi datang ke sana?

"Ya aku bisa kenalkan kamu sebagai sahabatku, Bhumi." Monic masih mencoba untuk membujuk Bhumi agar datang bersamanya ke pesta nanti malam. Dia tak gentar untuk mengajak Bhumi pergi ke pesta bersamanya.

Bhumi menggelengkan kepalanya. "Saya tidak bisa. Saya sibuk, Monic. Ajak saja sahabat kamu yang lain," katanya dengan masih pada pendiriannya.

Monic menghela napas panjang. Baiklah, sepertinya sudah tidak ada harapan lagi untuk mengajak Bhumi. Kemudian Monic menggulir layar ponselnya, hingga menampilkan undangan digital untuk pesta nanti malam. Di dalam undangan digital itu, terdapat namanya. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan Monic sedari kemarin adalah, kalimat di bawah kalimatnya itu.

For The Next Best Actress,
Monic Dharmawangsa
and plus one.

Kalimat yang bertuliskan 'and plus one' itulah yang menggangu Monic sedari kemarin. Bisa saja dia mengajak temannya, seperti kata Bhumi tadi. Tetapi, yang Monic inginkan untuk menjadi plus one-nya adalah seorang Respati Bhumi Nawasena, bukan orang lain.

Susah sekali mendapatkan hati Bhumi, batin Monic yang sekali lagi dikecewakan oleh seorang Respati Bhumi Nawasena.

Sedangkan di sisi lain, Bhumi tampak tidak mempedulikan sahabatnya yang sekarang sedang gelisah galau merana alias gegana. Bhumi lebih memilih menghabiskan makanannya karena jam makan siang akan selesai. Sedangkan Bhumi harus pergi ke suatu tempat, bertemu dengan kliennya untuk membahas pekerjaan. Sudah dia bilang bukan, bahkan dia sangat-sangat sibuk?

movemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang