Movember 19

351 32 2
                                    

"Terima kasih, ya, Jendra. Terima kasih atas waktunya hari ini, aku bahagia banget! Terima kasih juga untuk hadiahnya tadi, benar-benar spesial buat aku. Apalagi kamu bikin lagu itu khusus untuk aku, terima kasih banyak!" ucap Kayesha dengan raut kebahagiaan terpancar dari wajahnya.

Jendra tersenyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. "My pleasure, Princess. Jangan lupa terima kasih sama diri kamu sendiri juga, karena sudah berhasil melewati hari ini dengan hebat. Apa yang aku kasih ke kamu itu nggak sebanding dengan semua proses dan usaha kamu untuk melewati hari ini, yang gak semua orang itu bisa lewati dengan mudah, Kayesha. I am so proud of you!" pujinya sembari menepuk-nepuk pelan puncak kepala Kayesha.

Kayesha tertegun kala Jendra bertindak demikian. Perlahan senyumannya melebar setelah mendengar kalimat per kalimat yang dilontarkannya. Sungguh, pernahkah Kayesha beritahu bahwa Jendra itu benar-benar orang yang memiliki kepribadian positif? Setiap Jendra bersuara, pasti selalu membuat Kayesha berbunga hati. Entah itu selalu memberinya pujian sangat manis, panggilan yang menggetarkan hati, dan kalimat penuh motivasi yang menyadarkan hati. Sisi Jendra yang inilah yang mampu membuat Kayesha semakin tertarik padanya.

Bersama Jendra, Kayesha menjadi pribadi yang lebih sering bersyukur, karena Jendra selalu memperlihatkan sisi dunia yang tak pernah Kayesha lihat sebelumnya.

"Nanti aku kirim soft file dari lagu yang aku nyanyiin tadi, ya. Biar bisa kamu dengarkan setiap hari, apalagi kalau lagi kangen sama aku," ucap Jendra ketika mereka berdua berada di luar mobil.

"Apa, sih! Aku bakal dengerin lagu kamu, tapi bukan berarti aku kangen kamu, ya!" sahut Kayesha sembari menepuk pundak Jendra pelan. Jendra pun tertawa melihat Kayesha yang sedang salah tingkah. Mudah untuk menebak Kayesha, setiap dia salah tingkah pasti akan memukul lawan bicaranya, jangan lupa dengan kedua telinganya yang juga memerah.

"Kalau begitu, aku pulang dulu, ya. Kamu masuk gih ke dalam." Kayesha menganggukkan kepalanya dan mulai membalikkan badannya. Baru 5 kali melangkah, Jendra memanggil dan membuatnya segera berbalik.

"Kenapa, Jendra?" tanya Kayesha seraya menaikkan satu alisnya.

Jendra tersenyum dan melambaikan tangannya. "Selamat malam dan tidur yang nyenyak, ya, nanti," katanya yang kemudian mengundang kekehan kecil dari Kayesha.

Setelah itu, Jendra benar-benar pergi dari kawasan apartemen Kayesha. Kayesha pun mulai menuju lantai apartemennya berada. Setiap langkah Kayesha dipenuhi dengan jejak kebahagiaan. Padahal hari sudah malam, tapi bagi Kayesha malam ini adalah malam yang paling cerah. Dalam kepalanya kembali memutar kejadian, setiap waktu yang ia habiskan bersama Jendra.

Jantung gue gak aman tiap sama Jendra! batin Kayesha.

Bahkan ketika Kayesha sudah memasuki apartemennya pun dia masih senyum-senyum sendiri. Sampai tidak menyadari keberadaan seseorang yang tengah duduk di sofa, sambil menatap dirinya keheranan.

"Kok baru pulang, Dek?"

Suara itu sukses membuat Kayesha terkejut bukan main. Langkahnya yang ingin langsung memasuki kamar urung, lantas berbalik dan menemukan Kama di apartemennya. Sejak kapan abangnya itu ada di sini?!

"Abang kok ada di sini? Tahu password apartemen aku dari siapa?" tanya Kayesha beruntun setelah mendekati Kama. Melihat aneka bungkus camilan dan piring kotor di atas meja membuktikan, bahwa Kama sudah cukup lama berada di apartemennya.

"Dari Niana. Tadinya Abang ke sini cuma mau lihat gimana pola hidup adik Abang yang tinggal sendirian di sini. Udah lumayan lama Abang nunggu kamu, pas udah pulang malah masuk sambil senyum-senyum sendiri. Abis nge-date sama siapa kamu?" jawab Kama yang lantas membuat Kayesha mendengus. Akan tetapi, pertanyaan di akhir itu membuat Kayesha bingung harus menjawab seperti apa.

Kencan? Tidak. Dia dan Jendra tidak sedang kencan, hanya sedang jalan berdua dan mendatangi studio musik milik Jendra saja.

"Pasti sama cowok yang waktu itu, ya? Kalian udah jadian, kah?" Pertanyaan yang sama yang dilontarkan Niana waktu itu.

"Aku emang jalan sama Jendra, tapi aku sama dia gak ada hubungan apa-apa, Bang," jawab Kayesha dengan raut wajah lelah. Dia lelah karena banyak sekali pertanyaan serupa yang ditanyakan padanya, kemudian harus menjawab dan menjelaskan berulangkali kepada mereka.

Melihat raut wajah Kayesha yang tampak murung, Kama kemudian meletakkan telapak tangannya di atas kepala sang adik. "Menurut kamu, Jendra itu orangnya bagaimana, Sha?" tanyanya. Sebagai seorang Abang, Kama ingin adiknya mendapatkan pria yang terbaik.

Mata Kayesha mulai mengitari ruang tamu apartemennya. "Jendra itu baik, lembut, pendengar yang baik, tutur katanya juga baik dan manis, and he treated me like a princess. Setelah kenal sama Jendra, aku jadi tahu banyak hal tentang sudut-sudut kota Jakarta yang gak pernah aku ketahui sebelumnya. Kita memang baru bertemu lima kali, tapi karena Jendra, aku bisa tahu sudut pandang orang lain tentang dunia. Daripada ngajak aku ke kafe, dia milih ngajak aku ke warung pinggiran, dan daripada dia ngajak aku ke mal, dia milih ngajak aku ketemu sama anak-anak panti asuhan. Itu aja, sih, pendapat aku tentang Jendra selama proses aku dan dia dekat selama ini, Bang," jawabnya mendeskripsikan tentang Jendra dari sudut pandangnya setelah 2 bulan mengenalnya.

"Setelah putus dari Bhumi tiga tahun lalu, aku selalu dibayang-bayangi perasaan kecewa, bingung, dan di kepala aku banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan ke Bhumi. Bertahun-tahun aku lewati fase itu, ngebuat hati aku jadi mati rasa dan aku kayak hidup di dalam bayang-bayang itu, Bang. Kadang, aku tiba-tiba keinget sama semua kenangan manis aku bersama Bhumi, tapi aku langsung disadarin sama kenyataan kalau itu udah jadi masa lalu yang mustahil bisa diulang kembali. Terus Jendra hadir dalam hidup aku dan bisa tarik aku perlahan-lahan dari bayang-bayang menyesakkan karena Bhumi itu, Bang. Sederhananya, Jendra-lah yang bikin aku mulai bangkit dari fase sakit itu, dan karena Jendra juga aku yang semula mati rasa ini, perlahan bisa mulai merasakan euforia jatuh cinta lagi," sambung Kayesha dengan menceritakan isi hatinya yang selama ini ia pendam kepada Kama.

Mendengar cerita sang adik, membuat hati Kama digerogoti rasa bersalah. Selama ini dia tinggal di negeri orang dan mengabaikan adik kesayangannya, sehingga dia tidak mengetahui bahwa adiknya pernah di posisi menyakitkan. Dan kali ini, Kama tak ingin mengulangi kesalahannya, dia tak ingin Kayesha tenggelam dalam fase menyakitkan itu lagi.

"Tapi, Kayesha. Kalau semisal Abang bilang, Abang gak setuju kamu bersama Jendra, bagaimana?"

Spontan Kayesha terkesiap mendengarnya dan langsung menatap wajah Kama.

— to be continued —

(1000)

Waduh-waduh, ternyata Abang Kama gak setuju kalau Kayesha sama Jendra, nih🙈

Kalau menurut kalian, Jendra itu gimana orangnya guys? Komen, ya!

Oiya, guys. Menurut kalian, cerita Movember ini gimana, sih? Terlalu terlambat alurnya atau bagaimana? Boleh minta pendapatnya?

Sejujurnya, ini udah masuk konflik, guys. Dari part di mana Jendra di-spill, itu udah masuk hitungan konflik dimulai. Memang, sih, di awal-awal ini Pinky buatnya slow konflik, biar pas puncaknya jadi gong!🤭
Ditunggu aja yaa nanti gongnya gimana wkwk

See u di next part!

Ditulis pada tanggal 9 & 10 Juli 2024

movemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang