SAHABAT

30 5 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Sahabat yang baik adalah disaat kamu terluka dia berperan untuk kamu. Memberi coretan berwarna di setiap kanvas cerita kehidupanmu. Entah itu berwarna gelap atau terang.

ACACYA


SMA QUITOS JAKARTA, bangunan mewah yang terdiri dari tiga lantai dengan murid yang terdiri dari 1.500 orang. SMA elite itu amat digemari para murid-murid yang berada di Jakarta. Bangunan tiga lantai itu dibangun untuk mengurangi lahan agar dapat dibangun bangunan lain sebagai sarana dan prasarana sekolah. Mengingat bahwa lahan di Jakarta kian menyempit karena populasi masyarakat bertambah dari berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, bukan hal biasa lagi jika melihat berbagai adat, ras, agama dan makanan tradisional di Jakarta ini.

Di tempat inilah Lakahuna menempuh pendidikannya. Ia sekarang kelas xii Ips 2.

Di sekolahnya banyak tumbuh-tumbuhan berwarna hijau ditanam untuk membersihkan karbon-karbon kotor yang berasal dari industri-industri besar, transportasi, dan pembakaran sampah.

Gadis berpita dan gadis dengan rambut diikat satu masuk ke ruangan kelas mereka.

"Pagi Laka," sapa gadis berpita itu. Gadis itu adalah Lastri sahabat Lakahuna. Si pemilik wajah tercantik di kelas xii Ips 2 dan juga si juara tiga di kelas.

"Baru sampai?" tanya Reva, sahabat Lakahuna juga. Anak orang kaya berat plus anak tunggal.

"Pagi Las, Reva. Gue baru sampai. Jadwal kita sekarang untuk membersihkan kelas ini. Lebih baik kita gercep deh soalnya inikan hari senin."

Lastri dan Reva menanggapi dengan senyuman. Tiga sahabat ini membersihkan kelas. Lakahuna dengan sapu di tangannya, Reva dengan tongkat pel, dan Lastri dengan kemoceng.

"Woi buka sepatu lo, lo buta? Gak lihat sebagain udah bersih?" cerca Reva, gadis itu memang barbar.

"Masih belum bersih semua," bantah seorang gadis yang ber-name tag Laura.

"Heh, gacenjel. Lo kira gak capek bersihin nih kelas. Gak menghargai bangat lo, ya!" Reva menarik tas punggung Laura saat gadis itu menerobos masuk. "Kurang ajar nih cewek. Lo kira ini sekolah bapak lo, hah!" seru Reva dengan nada tinggi.

Laura menghentak-hentakkan kedua kakinya seraya mengumpati Reva tanpa bersuara. Dengan malas gadis itu terpaksa membuka sepatunya. "Udah puas lo!"

"Puas," ujar Reva, tersenyum.

Mereka bertiga melanjutkan kegiatan yang tertunda itu.

Sang sangkakala berbunyi para murid berlarian ke lapangan upacara. Barisan diurutkan dari paling tinggi sampai paling pendek. Begitulah di sini. Semua tertata rapi. Para petugas dan guru-guru juga sudah siap memulai. Di sekolah ini baik para guru dan murid berada di bawah sinar matahari. Tidak ada yang terlindungi bayangan pohon. Semua disamaratakan.

Para murid yang tidak memakai seragam lengkap membuat barisan lain. Mereka akan dieksekusi setelah upacara selesai. Di pertengahan acara beberapa murid mulai bertumbangan. Petugas tenaga kesehatan bertugas untuk memberikan perawatan kepada mereka. Salah satu penyebab yang paling banyak dari kejadian itu adalah tidak sarapan pagi.

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang