HI LEUTE!
DON'T FORGET TO SHARE MY STORY
HAPPY READING
Hari-hari terlewati dengan senyuman paksaan untuk membohongi manusia lain.
ACACYA
Makan malam kali ini cukup mencengkam bagi Lakahuna. Berkali-kali gadis itu menelan kasar salivanya seraya berdoa dalam hati agar tatapan wanita yang di depannya tidak menajam.
“Mama kok makannya gitu, mata Mama gede, Mama kayak orang kerasukan,” kata Stevan, anak kecil itu memperagakan apa yang dilakukan Mamanya.
Lakahuna menyentil pelan lengan lembek Stevan. “Jangan ngomong gitu,” bisiknya.
“Ayah lama pulang. Pulang pergi kerjaan ayah. Padahal kan Stevan pengen diantar sama ayah. Digendong ke kelas,” katanya dengan jujur. “Kemarin teman Stevan digendong ayahnya sambil di beliin robot transformers.”
Sagrio adalah orang yang tidak peduli apapun yang terjadi di sekitarnya. Ia tetap cuek, menikmati makan malamnya.
Selesai. Sagrio meletakkan piringnya di meja makan tanpa ada niatan untuk menaruhnya ke wastafel.
“Taruh piring dan gelas di wastafel,” suruh Lakahuna.
“Malas, urusan gini itu urusan perempuan. Cuci sendiri masih punya tangankan?” ujar Sagrio, ketus tanpa memperdulikan perasaan saudarinya.
“Cepat lakukan, bereskan semua ini.” Lana menggertak Lakahuna dengan ancaman akan mempermalukan gadis itu di grup chat Lana dan ibu-ibu. “Saya tidak akan segan-segan mem- fotomu dengan tanganmu yang cacat itu, lalu menyebarkannya kepada teman-teman saya.” Lana berdiri, merenggangkan otot-ototnya. “Ayo Sagrio, Stevan, kita masuk kamar masing-masing.”
Sagrio langsung saja bergerak, tetapi Stevan tetap diam di tempatnya. Melihat tak ada pergerakan Lana menggendong anak bungsunya itu.
Sakit hati. Lagi-lagi perkataan Mamanya mampu menusuk hati kecil Lakahuna. Air mata gadis itu yang sudah ia pendam akhirnya melebur dengan badak tipis yang ia gunakan. Perlahan dan pasti indra penglihatannya mulai memerah, mulai perih.
Baru saja ia berdoa jangan kehendak ku Bapa, tetapi Lakahuna rasanya menyesal mengatakan doa itu karena apa yang terjadi saat ini kepadanya, itu semua sesuai kehendak Tuhannya. Kehendak Tuhannya itu amat menyakitkan baginya lagi-lagi harapannya di-destroyed oleh Tuhannya.
Di sisi lain Lakahuna amat membenci perkataan adik pertamanya, ingin sekali gadis itu memukul Sagrio.
Andai saja gue cowok, gue bakalan buat dia babak belur dengan tangan gue. Batinnya.
Namun, kenyataan memang selalu menyakitkan. Lakahuna seorang gadis yang tidak mempunyai keberanian untuk melayangkan tangannya kepada Sagrio.
Gadis berambut cokelat itu memukul kuat dadanya, pukulan itu menandakan betapa tidak terimanya ia dengan kehidupannya.
“Andai aja ayah di sini, Sagrio pasti kena marah,” lirihnya dengan suara parau.
“Kak Laka.”
Lakahuna berlari ke kamar mandi dan mengunci pintu kamar mandi. Di ruangan itu, ia mencuci wajahnya.
“Kak Laka, ini Stevan loh, kok dicuekin Stevan. Stevan mau bantu Kak Laka. Stevan kan udah gede,” ujarnya seraya menggaruk perut gedenya.
Lakahuna tersenyum mendengar suara itu. Suara yang mampu memperbaiki mood-nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd)
Teen Fictionᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊, 𝚐𝚊𝚍𝚒𝚜 𝚊𝚗𝚝𝚑𝚘𝚙𝚑𝚒𝚕𝚎. 𝚂𝚒 𝚎𝚖𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚌�...