MEMORI BERSAMA

23 3 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Ingin selamanya bertutur kata denganmu sampai sepatah kata tak bisa terucap lagi.

ACACYA

"Astaga!" Suara Lakahuna melengking di tengah jalan. Gadis itu mempercepat setiap langkahnya untuk menolong orang yang baru terjatuh.

"Ada luka?" tanyanya, kedua tangannya sibuk membersihkan pakaian kotor orang itu. Tiba-tiba kegiatannya berhenti. "Kak Van Debo!"

"Thanks."

"Tongkat lo mana Kak?"

"Di rumah, gue hanya ingin melatih diri gue supaya tidak bergantung dengan instisblind," ujarnya.

"Memang harus di jalan yang banyak orang lalui, ya Kak. Lo gak khawatir semisal ada yang jahat? Kan bisa lo lakuin di halam rumah atau di rumah, gitu!"

"Gue mau di outdoor. Gue juga diawasi sama orang yang selalu bersama gue."

Lakahuna mencari orang yang Van Debo maksud. Ia ber-oh ria setelah berhasil menangkap orang tersebut.

"Umm, Kak. Boleh gak gue minta nomor handphone lo? Bukan buat yang jahat, tapi buat yang baik?"

"Lo ketik aja no lo, ke handphone gue. Benda itu ada di orang yang selalu bersama gue."

"Ok."

"Terima kasih Pak," ujar Lakahuna.

"Kak, lo punya kegiatan setelah ini?"

"Gak. Kenapa?"

"Di sekitar kita ada yang menjual bakso. Lo mau Kak?"

"Oke."

Lakahuna menuntun Van Debo hingga sampai ke tempat yang mereka tuju. Selepas itu Lakahuna memesan dua porsi.

Dengan waktu kurang lebih 5 menit, pesanan mereka telah sampai. Pemilik bakso itu merupakan seorang Kakek.

"Pacarnya, Nak?"

"Bukan Kek," sanggah Lakahuna. "Ini teman saya."

"Teman kamu beruntung, ya punya kamu. Kakek lihat tadi kamu nuntun dia dengan baik dan sabar," akunya.

"Coba tanya sama teman aku Kek," balas Lakahuna tanpa sadar bahwa pertanyaannya begitu berpengaruh terhadap kecepatan detak jantung Van Debo. Astaga, gadis ini. Pikirnya.

"Bagaimana Nak?"

"Benar Kek, beruntung," sahutnya.

Alis Kakek itu menyatu saat melihat wajah Van Debo, apalagi indra penglihatan laki-laki itu-yang sudah menutup. "Astaga." Spontan kata itu terucap olehnya. "Maaf, Kakek kerja dulu," tambahnya.

"Kakek itu kenapa Lakahuna?" kata Van Debo, penasaran. Ia mengernyit tatkala gadis yang di sampingnya tak mengeluarkan suara.

Gak mungkin gue bilang Kakek terkejut lantaran melihat wajahnya. Pikir gadis itu. Suatu jawaban baik melintas di akalnya.

"Itu Kakeknya kelupaan matiin kompor, kamu dengar sendiri tadi kalau Kakek itu bilang 'Kakek kerja dulu' gitu."

"Bukan karena kondisi gue?"

Mati gue. Lakahuna tersedak. "Bukan Kak.

"Lo mau sambal Kak?"

"Mau." Van Debo meraba-raba sesuatu-tempat sambal.

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang