MEMBERSIHKAN GEREJA

22 4 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Hal pertama yang kita lakukan belum tentu dapat kita lakukan kedua kalinya.

ACACYA

Hari Minggu atau hari Sabat bagi orang kristen. Lakahuna memilih dress yang akan digunakan dan pilihannya jatuh kepada dress berwarna putih dengan corak bunga-bunga kecil berwarna ungu. Gadis berambut coklat tua itu tak lupa memperindah tampilannya dengan bros bunga tulip berwarna ungu. Ia memasukkan alkitab, bible, notes tempel yang telah ia tulis dengan kata I love you God dan handphone ke dalam tas selempang miliknya. Alas kaki yang digunakan adalah flat shoes berwarna hitam.

Lakahuna gadis yang tidak terlalu pandai menggunakan make up karena itu ia hanya menggunakan lip tint berwarna pink muda dan bedak bayi. Aroma bedak bayi membuatnya merasa lebih muda daripada umurnya. Segar dan menenangkan.

Sekarang pukul 7:30. Waktu dimulainya peribadatan pukul 8.00. Jarak tempuh Lakahuna ke Gereja dengan berjalan kaki hanya membutuhkan 17 menit saja. Ia lebih memilih untuk jalan kaki daripada naik kendaraan.

"Kenapa jalan kaki? Orang tuanya juga di mana? Tidak ke Gereja, ya?" tanya salah seorang penghuni rumah di jalan yang Lakahuna lewati. "Dasar katanya agama Kristen."

Ingat Lakahuna hari ini hari Minggu. Setidaknya tebalkan kesabaran. Batinnya.

"Tidak tau Bu. Saya permisi."

Brum! Brum! Brum!

Suara moge segerombolan anak muda yang mencoba menarik perhatian Lakahuna. Namun, bagi Lakahuna bukannya tertarik ia malah risih dan menginginkan supaya mereka enyah dari hadapannya.

"Cobaan apalagi ini?" gumam Lakahuna, gelisah.

Gadis itu melajukan langkah kakinya tidak sedikitpun matanya melenceng melihat para anak muda itu.

Dengan adanya cobaan Lakahuna tiba di Gereja. Hal pertama yang dilakukan setelah sampai di rumah peribadatan adalah mengambil selembar tata ibadah dan berdoa.

Ia menunggu ibadah dimulai dengan mengepalkan notes tempel miliknya ke dinding tembok yang jarang orang lalui, setelah itu ia menyaksikan orang-orang yang masuk dan keluar. Yang keluar rata-rata ibu-ibu dengan anaknya. Mereka kembali masuk dengan beberapa jajanan di kantong plastik.

"Ini Ibu mau beribadah apa kondangan, ya? Ini lagi anak gadis sudah tau di Gereja roknya di atas lutut," gumamnya, setelah matanya menatap tidak suka kepada orang-orang itu.

Ia tersadar dan menggeleng kepalanya pelan. Tidak baik menilai negatif orang lain.

Momen yang ditunggu-tunggu pun tiba. Lonceng besar dibunyikan menandakan peribadatan sudah dimulai.

🎶 Ternyata abu-abu ko suka tipu-tipu

Ko bilang ini itu tapi semuanya palsu

Suara dari handphone anak laki-laki balita yang berada tepat di belakang Lakahuna. Semua pandangan jemaat di Gereja mengarah pada anak itu. Ibu si anak hanya bisa menutupi wajahnya menggunakan tas miliknya, sedangkan si anak hanya menampilkan cengiran seakan tak bersalah dan menjulurkan jari tengah miliknya.

Mata Lakahuna terbelalak. Dasar si anak, tidak tau aja apa arti yang dilakukannya. Salah satu dampak penggunaan handphone tanpa pengawasan dari orang tua ini. Batinnya.

Banyak anak kecil di Gereja itu disogok oleh ibu mereka agar diam dengan memberikan handphone.

Acara kembali stabil seperti semula. Dari doa, nyanyian, persembahan, dan penyerahan diri mereka lakukan.

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang