HI LEUTE!
DON'T FORGET TO SHARE MY STORY
HAPPY READING
Jika berharap kepada manusia dan Tuhan menyakitkan, lantas harus berharap kepada siapa?
ACACYA
Kondisi Lakahuna perlahan membaik, gadis itu memancarkan wajah yang lebih baik dari sebelumnya. Ia membuka bekal makan yang ia bawa dari rumah.“Siapa yang buatin bekal lo?” tanya serempak gadis berpita dan gadis rambut ikat satu.
“Yang bua—.”
“Tunggu sebentar saya, gue mau pamerin masakan mama gue. Gue disiapin bekal. Mama gue yang isi bekal gue. Gue tinggal bawa,” kata Lastri, bekal nasi bewarna biru gadis itu taruh di atas meja Lakahuna.
“Kalau gue beli, uangnya dari nyokap. Nyokap maksa sih,” ujar Reva. “Mama lo yang buatin Lak?”
“Iya lah, Laka kan anak cewek satu-satunya di rumahnya. Pasti dimanja, disayang, diperhatiin, iya gak Lak?” sela Lastri.
Lakahuna yang susah mengatakan yang sebenarnya terjadi, ia tidak ingin mamanya dicap sebagai seorang ibu yang jahat. “Iya dong, mama gue yang buat. Lo berdua mau coba?”
“Enak bangat,” ujar Reva saat nasi goreng Lakahuna telah tersentuh dengan indra perasaanya.
“Enak.” Lastri memberi dua jempol.
Suasana kelas mulai ramai, murid-murid mulai melakukan aktivitas yang biasa mereka lakukan, seperti sarapan pagi, membersihkan kelas, mencari keberadaan crush, berdandan untuk murid cewek, dan bernyanyi.
“STOP!” Suara Laura dapat menghentikan aktivitas di kelas xii Ips 2.
“DI MADING UDAH DITEMPEL NAMA-NAMA YANG MASUK JALUR UN—.”
Sontak penghuni kelas berlari dengan brutal, mereka sudah tahu maksud Laura walaupun gadis itu belum menyudahi perkataannya.
Ting!
Sendok stainless steel Lakahuna jatuh. Hanya dua orang yang tersisa di kelas, yaitu Lakahuna dan Reva.
Aktivitas sarapan pagi Lakahuna berhenti, gadis itu menatap kosong ruangan kelas.
Reva tahu itu—Lakahuna kecewa. “Laka gue temanin lo di sini, ya. Gue emang gak ada niatan lihat itu. Gue gak peduli gak masuk. Gue niatnya ke swasta.
Lakahuna tak menyahut.
Setelah 10 menit, penghuni kelas xii Ips 2 kembali. Banyak pujian yang mereka lontarkan kepada Lastri dan beberapa murid yang masuk eligible.
Lakahuna tidak dapat lagi memenjarakan air matanya sebab ia sudah sangat kesakitan.
“Wkwk Las, lo nangis gara-gara gak masuk? Malu.”
“Huhuhu,” sorak teman-teman sekelasnya kecuali Lastri dan Reva.
Kepala sekolah memasuki kelas xii Ips 2.
“Jangan berbangga dulu kita kalau masuk jalur undangan, kita baru berbangga lulus di PTN nya,” kata Bu Hera Isabella. “Bagi yang masuk juga, harus dukung teman-temanmu. Jangan sombong, sombong itu gak ada gunanya, Nak. Gak ada itu. Mau sepintar apapun kamu kalau sombong, penipu, manipulasi, gak akan kepake kamu Nak, di manapun itu. Gak akan. Ibu percaya kita semua ini mempunyai titik dimana kita harus tunduk, harus menutupi hal itu. Manusia sombong gak akan kepake. Ingat itu.”
“Kenapa menangis, Nak?” tanyanya kepada gadis berambut cokelat—Lakahuna.
“Sedih aja Bu,” jawab Lakahuna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd)
Teen Fictionᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊, 𝚐𝚊𝚍𝚒𝚜 𝚊𝚗𝚝𝚑𝚘𝚙𝚑𝚒𝚕𝚎. 𝚂𝚒 𝚎𝚖𝚙𝚞𝚗𝚢𝚊 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐-𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚛𝚍𝚎𝚔𝚊𝚝𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚌𝚒𝚗𝚝𝚊𝚒 𝚃𝚞𝚑𝚊𝚗, 𝚝𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚗𝚌�...