CHAT-AN

34 5 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Percayalah hal terindah yang kamu impikan biarkan waktu yang mewujudkan.

ACACYA

Shrimp allergy atau alergi udang, timbul setelah seseorang mengonsumsi udang. Salah satunya adalah Stevan. Anak kecil itu sudah selesai dari rumah sakit. Kondisinya sudah membaik.

Perutnya yang bergejolak ingin mengeluarkan sesuatu kini sudah tidak ada lagi. Stevan keluar dari kamarnya untuk menemui Kak Lakahunanya. Ia merasa tidak enak hati kepada Kakaknya itu. Ia sudah menuduh tanpa ada bukti.

Dengan langkah pelan tanpa adanya bunyi perlahan-lahan mendekati seorang gadis yang tengah menggunakan laptop.

“Maaf Kak Laka karena…” Stevan memeluk badan Lakahuna, kemudian menatap Kakaknya dengan tatapan bersalah. “Aku menuduh Ka Laka.” Stevan menggeleng. “Kak Laka baik Stevan bilang seperti yang lalu karena perut gede Stevan sakit Kak Laka.”

Ingin sekali rasanya Lakahuna tertawa mendengar kata “perut gede”, tetapi gadis itu tidak ingin mengubah suasana yang menyentuh hatinya.

Lakahuna membalas pelukan itu. “Iya Adek, sebelum Adek minta maaf Kak Laka udah maafin, loh.”

“Maafin juga karena Stevan, Kak Laka kena marah sama Mama.”

“Jangan salahin Mama. Mama itu baik. Mama khawatir sama kamu. Wajar juga Mama marah sama Kak Laka karena Kak Laka teman Adek makan. Mama itu baik jangan disalahin, ya.”

Stevan mengangguk. “Stevan ke kamar, ya Kak. Mau bobo sore.” Ia berdiri. “Dadah Kak Laka.”

Lakahuna melambaikan tangannya untuk membalas lambaian tangan Stevan. 

Ia kembali melanjutkan pekerjaannya yang sebelumnya tertunda.

“Sok-sok an belajar di ruang tamu biar apa seperti itu? Pamer. Padahal tidak juara di sekolah. Hahaha memang dasar orang bodoh kemanapun akan bodoh.” Suara ejekan dari wanita yang baru saja keluar dari dapur dengan menggenggam segelas air hangat di tangan kanannya.

Lakahuna menghela napasnya pelan. “Mama gak mau memberikan support buat aku?”

“Jangan harap saya sebaik itu kepadamu!” seru Lana dengan lantang dan pergi ke lantai atas.

“Lakahuna berharap Ma. Mama bisa support aku,” sahut Lakahuna dari jarak yang cukup jauh.

Sementara itu Lana memutar bola matanya dengan malas. Ia benci dengan gadis itu.

Setelah beberapa menit mengetik papan keyboard laptop, lengannya mulai jenuh untuk itu ia menghentikan aktivitasnya lalu kembali ke kamarnya. Kamarnya berada di samping kamar Stevan. Melalui celah pintu yang terbuka Lakahuna dapat melihat kedekatan antara Mamanya dan Stevan. Mamanya membacakan sebuah dongeng kepada Stevan sebagai pengantar tidur.

Lakahuna jadi sedih sekarang. Boro-boro dibacakan dongeng berbicara saja dengan Mamanya mempunyai tantangan besar untuknya. Namun, ia tidak menyalahkan Mamanya. Mamanya tetap wanita terbaik dalam hidupnya. Memang dari kecil gadis itu selalu dibentak, dikasari, dan diperlakukan tidak seperti anak kandung, tetapi Lakahuna percaya Mama Lana orang baik. Ia percaya suatu saat hati Mamanya akan berlabuh padanya. Walaupun butuh waktu lama, Lakahuna tidak peduli.

Di kamarnya Lakahuna membuat barcode yang akan ditempel di sebuah foto kecilnya. Sebagai kenang-kenangan mengingat hal menyenangkan yang pernah ia lakukan kepada Mamanya.

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang