MULAI TERBUKA

23 3 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Aku ingin menyebut namamu dalam doaku, tetapi kita tidak jelas. Ada keraguan dalam hati ini.

ACACYA

"Aduh dimana, ya bros gue." Lakahuna meraba-raba kolong meja dan mendapatkan benda kecil kesayangannya.

Hari ini ia akan pergi ke Gereja untuk menuntaskan kekecewaannya. Dress putih bercorak bunga dengan lengan panjang berhasil menempel di tubuhnya. Sepatu kets corak bunga serta tas mini dengan bunga berwarna ungu. Ia juga tidak lupa memasukkan pulpen tinta merah ke tasnya.

Sret!

Bunyi coretan yang dilakukan oleh Lakahuna. Pulpen tinta merahnya telah berhasil merusakkan kata love yang pernah ia tempelkan di Gereja. Kata itu diganti menjadi hate. Sekecewa itu ia kepada Tuhannya.

"Kalau Tuhan jahat sama gue, gue bisa lebih jahat sama Tuhan," gumamnya, tangannya telah mengepal dengan kuat. Tersirat jelas kekecewaannya tak bisa dipungkiri gadis itu memang sudah mengalami yang namanya kehidupan yang tidak diinginkan.

Kegiatan yang dilakukannya ia kerjakan setelah semua jemaat Gereja kembali kerumah masing-masing.

"Lagi-lagi hal bodoh telah lo lakukan," ujar seseorang yang baru saja melihat pekerjaan Lakahuna.

Lakahuna tahu siapa pemilik suara itu. Dengan pelan ia memutar tubuhnya. "Gue emang bodoh Kak! Gue sadar."

"Ini kesekian kalinya gue bertemu dengan lo, kalau lo berkenan gue boleh tau siapa nama lo?"

"Nama gue Lakahuna."

Van Debo bergetar menuju dalam Gereja diikuti oleh Lakahuna.

"Gue boleh cerita Kak? Gue pengen ngeluapin apa yang gue alami dengan menceritakan kepada orang lain."

"Lo serius? Bukannya gue orang baru dalam kehidupan lo."

"Gue gak kuat memendam sendiri lagi. Jadi, gue itu baru saja mengalami pembohong, kekerasan dari orang terdekat gue," lirihnya. Ia mendekatkan diri kepada Van Debo. "Satu sahabat gue merusak apa yang gue inginkan dan semua kehidupan gue dirusak oleh seseorang orang. Lo tahu siapa Kak?"

"Gak."

"Tuhan. Gue punya Tuhan, tapi gue rasa seperti gak punya. Gue rasa Tuhan itu gak adil sama gue. Sampe-sampe gue mikir dosa apa yang pernah gue lakuin hingga kehidupan gue seperti ini, gue cacat, bodoh, lahir dari keluarga yang menurut gue sangat buruk."

"Lo mau adu nasib sama gue?" tanya Van Debo dengan nada pelan. Laki-laki itu tengah menunduk.

"Bukan Kak. Gue cuman mau luapin apa yang gue rasain. Sorry kalau lo tersinggung."

"Gue gak tersinggung sama sekali. Gue hanya ingin lo jangan sampai melakukan hal yang gak benar hanya karena lo kecewa nanti lo menyesal diakhir. Pikir matang-matang jangan selalu menyalahkan Tuhan coba koreksi dari diri lo sendiri. Apa yang telah lo lakukan, itu dari gue," ujar Van Debo dengan mengarahkan pandangannya yang tidak lagi dapat melihat ke Lakahuna.

Tes!

Satu bulir air mata jatuh mengenai dress gadis itu. Ia sangat kasihan melihat laki-laki yang menatapnya itu. Ingin sekali ia mengusap lembut kelopak mata yang sudah menutup itu. Sejauh ini, saat ini adalah momen dimana ia dapat melihat dengan dekat wajah Van Debo.

Lakahuna menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya. "Gue sedih Kak. Gue nangis sekarang."

Van Debo mengerutkan keningnya. "Kenapa lo malah nangis?"

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang