KE RUMAH LAKAHUNA

13 3 0
                                    

HI LEUTE!

DON'T FORGET TO SHARE MY STORY

HAPPY READING

Bermusuhan sebentar, berdamai sebentar. Salah satu sifat manusia yang susah untuk dilupakan.

ACACYA

Di semester enam ini kelas XII di SMA QUITOS tidak lagi disibukkan dengan mengejar target materi pelajaran, banyaknya rapat yang dilakukan oleh para guru membuat beban kelas XII perlahan berkurang.

Saat ini mereka-murid yang masuk eligible dikumpulkan oleh bapak ibu guru di aula. Mereka membahas tentang siswa yang masuk eligible untuk tidak mengambil jurusan di PTN yang nilainya kurang-tidak tinggi.

"Sebelum memulai kita berdoa masing-masing," ujar Bu kepsek yang baru datang. Setelah kurang lebih lima menit dia selesai.

"Ibu mau mengingatkan kamu harus pandai memilih jurusan dan PTN. Jangan hanya karena gengsi kamu pilih PTN yang top lima padahal nilai mu tidak mencukupi. Jangan lintas jurusan. Setiap tahun selalu saja ada anak Ipa yang linjur. Jurusan yang paling banyak diambil hukum. Jangan begitu Nak, kasihan teman kalian anak Ips ini. Ambil sesuai jurusanmu."

"Ibu tidak akan mengijinkan anak-anak ibu ada dua dalam jurusan yang sama dengan PTN yang sama. Inilah sekadar informasi yang ibu sampaikan karena ibu akan pergi untuk pertemuan kepala sekolah se-kabupaten. Ibu permisi. Ibu anggap kalian ini anak-anak Ibu. Ibu pamit." Kepala sekolah meninggalkan aula.

Mikrofon yang dipegang Ibu kepsek diambil alih oleh bapak bidang kesiswaan—Ardi.

"Anak-anak kami berhubung ada kesibukan kepala sekolah saat ini juga maka acara kita mulai dengan sosialisasi dari Universitas Garmadia sekitar 20 menit dan Universitas Tripatra. Sosialisasi ini dibawa langsung oleh alumni kita angkatan ke-30. Tepuk tangan untuk kakak kelas kalian," pintanya dengan penuh semangat. "Sebelumnya setiap satu perwakilan kelas memanggil murid-murid lain untuk masuk."

"Gila bangat kakak kelas kita. Kak Axel ganteng bangat padahal dulunya hitam," bisik Lastri kepada Lakahuna dan Reva. "Please, the real body changes. Gue deketin kali, ya," lanjutnya.

Reva merotasi matanya. "Awas lo kena karma."

Sementara Lakahuna sudah membatin atas paksaan Lastri untuk duduk dengan mereka bertiga. Ia menelisik pergelangan tangannya yang memerah akibat cekalan Lastri.

Drama apa lagi ini. Batinnya. Harusnya gue gak sekolah sekarang.

Melalui ekor matanya Reva dapat melihat gerak-gerik Lakahuna yang tidak nyaman duduk diantara mereka.

"Las, lo yang maksa Laka buat duduk sama kita?" bisiknya.

"Iya," jawab Lastri dengan berbisik.

Reva sungguh geram melihat sahabatnya yang satu itu. "Dia badmood Las. Seharusnya lo kasih ruang buat mulihin perasaanya. Bukan malah nambah ke-badmood-annya."

꧁꧂


"Lak, lo kenapa sih?" tanya Lastri dengan sebal. "Belakangan ini lo diam, menghindari kita."

"Gue cuma mau fokus sama PTN," jawab Lakahuna dengan ketus.

Lastri duduk disampingnya Lakahuna. "Bukan say, gue ngerasa bangat lo itu ngejauh. Kenapa?"

"Seperti yang gue bi-."

"Bukan itu. Kenapa?"

"Udah gue bi—."

ᴸᴬ᭄ 𝚔𝚊𝚑𝚞𝚗𝚊 (Ꭼᥒd) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang