Votement gak ???
Jeno menyibak kasar selimutnya, tanganya yang begitu kekar pun menyambar sebuah botol susu di atas nakas. Kebiasaan bibi Hana selalu membuatkannya dan menaruh di sana. Waktu menunjukkan pukul dua malam, Nana belum kembali ke kamarnya.
"Nana bekerja sangat keras, Jeno kasihan sama Nana. Jeno nggak bisa bobo kalo Nana nggak di sini" gerutunya. Menyedot botol susunya sambil jalan.
Jangan tanyakan penampakan Jeno saat ini, yang jelas—celana dalam dan kaos kutang putih masih melekat di tubuhnya yang beraroma bayi tersebut.
"Ya Tuhan, perasaan Jeno tidak enak sekali" Jeno mulai menuruni anak tangga spiral menuju ruang kerja Nana.
Pintu berbasic kayu warna rose gold mulai tersorot oleh kedua matanya.
"Kenapa pintunya di tutup ya?? Apakah Nana di dalam sana ketiduran??" Jeno letakkan botol susunya pada anak tangga terakhir di bawah sana.
"Nana—Jeno mau di puk-puk Nana" ungkapnya lirih, sungguh tidak ada niat sedikitpun untuk mengganggu pekerjaan istrinya.
TOK
TOK
TOK
"Nana ya?? Jeno takut Na, Jeno nggak bisa bobok"
Pintu ruangan itu pun terkunci, Jeno mulai mencari-cari duplikat kunci ruangan itu.
"Ah!! Ini dia" jangan di ragukan kejeniusanya, tentunya Jeno tidak lupa penampakan kunci ruang Nana.
Ia menemukannya di atas kulkas sebelah ruang itu.
CLICK
"Jeno,,"
"N-Nana???"
Jeno terkejut di saat Nana berdiri tepat di depan pintu ruangan itu, tidak ada jarak—hanya wajah ketakutan Nana dengan lingerie yang sudah porak poranda.
Nana memeluk suaminya, mendorongnya agar menyingkir dari sana. Tujuannya tidak lain adalah, agar mata Jeno tidak melihat siapa sosok yang membuat Nana-nya menjadi seperti ini.
"Jeno,,"
"Nana kenapa nangis?? Terus bajunya kenapa rusak? Nana kenapa??" Jeno khawatir, penderita gangguan mental tersebut menangkup kedua pipi Nana yang begitu berantakan.
Nana hanya bisa mendongak, merasakan jalinan tangan hangat suaminya yang menguasai kedua pipi tirus Nana.
"Jeno tidak mau Nana menangis, sebenarnya di dalam ruang kerja Nana ada apa??"
Jeno pun melihat beberapa bekas lebam di dada Nana, tetapi Nana tidak menjawab. Ia malah mencium leher Jeno dan menaruh pipi kanannya di dada bidang tersebut. "Nana mau gendong"
"Oo,ohh—ayook"
Di gendong ala bridal oleh seorang penderita autis, jangan tanyakan bagaimana perasaan Nana saat ini. Keinginannya bisa terrealisasikan kapan saja, tetapi keinginan Jeno untuk mendapatkan hati yang utuh darinya?? Apakah akan segera ia dapatkan?
"Jeno, jangan ke ruang kerja Nana dulu ya? Ada hantu di sana" ucap Nana dengan sisa isak tangis yang ada.
"Apakah hantu itu menyeramkan dari Nana?? Kalo iya, kenapa tidak Nana pukul saja?"
Perbincangan mereka terhenti di saat kaki Jeno menapak di depan pintu kamarnya. Jeno meletakkan tubuh Nana, mengamati wajahnya yang begitu indah walaupun mata Nana sedang sembab.
"Jeno jangan pergi, Nana takut"
Apakah tidak terbalik?? Sebenarnya apa yang Jaehyun lakukan hingga Nana menjadi seperti ini?? Memperkosanya?? Atau melecehkan tubuhnya yang istimewa tersebut??
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband || NOMIN
RomanceMy Idiot Husband Jeno : Dom Jaemin : Sub Nomin Fanfiction Writer : Papi