9. Calon Bayi

8.4K 649 111
                                    

Hana begitu panik melihat Nana muntah-muntah, Jeno pun tidak kalah paniknya. Berlari mengambil baskom berisi air hangat, kemudian kembali mengurut tengkuk Nana.

"Biasanya Nana selalu memijat leher belakang seperti ini kalo Jeno sakit" ujarnya, mengurut pelan tengkuk

Hana datang membawa benda pipih kecil. "Nana, coba tes urin ya? Jangan di biarin, ayo ikut bibi?"

"Itu apa Bi??" Jeno dengan rasa ingin taunya menunjuk testpack di tangan Hana.

"Oh, ini alat untuk mengecek Nana hamil atau tidak. Lewat air kencing Nana, Jeno tunggu sini aja ya??"

"Biar Jeno ikut Bi, kan Jeno suami Nana" jawabnya, dengan cepat menggendong Nana ala koala menuju kamar mandi.

Hana tetap mengekor, menggeleng dengan senyuman karena ke antusiasan bos mudanya. Jeno mendudukan Nana di kloset, wajah berantakan Nana tetap menjadi sambaran mulut Jeno yang kini mengecup pipinya.

"Pake pipis kan Na??"

"Pake Tai, iya pipis lah"

"Hehe,, ya udah sini Jeno usap dulu empiknyah" Jeno mengarahkan tangannya pada selangkangan Nana.

"Jung Jeno!"

Jeno terkekeh, ini bukan saatnya untuk main-main. Ia cukup membantu Nana untuk menurunkan celana tipisnya.

Jeno pun menunggu Nana yang masih merasa mual saat itu juga, mengusap usap leher Nana dengan perasaan khawatir.

Setelah Nana menampung air kencingnya pada sebuah wadah kecil, ia arahkan ujung testpacknya pada cairan air seninya. Menunggu beberapa saat di temani oleh Jeno yang masih menatap—vagina pink Nana.

"Matanya!!"

"Aihhh,, kan Jeno cuma liat Na. Enggak mau makan enggak" Jeno menggeleng sembari melambaikan tangannya.

Ia ketakutan, pada tatapan horor istrinya.

"Bi,, dua garis merah" ujar Nana setelah ia mengetahui hasilnya.

"Benarkah?? Syukurlah, sebentar Jeno mau jadi ayah" ujar Hana dari luar kamar mandinya.

Jeno kebingungan, ia berdiri dan menatap Hana. Kemudian ia kembali menatap Nana dan—menangis.

"Huaaaaa,, Jeno mau jadi bapak inih?? Nana, Jeno mau jadi bapak huaaa hikkss hiiikkkk"

"Ck! Baru beberapa hari ini, masih lama sayang" jawab Nana, mengusap paha Jeno dari bawah.

Nana mengelap vaginanya dengan tisu, kemudian ia naikkan kembali celananya. Memandang Jeno yang menangis bahagia, tidak buruk juga. Nana perlu bersyukur, Tuhan masih mau menitipkan bakal anak untuknya lewat suaminya yang sakit mental.

Nana mengusap punggung lebar Jeno. "Calon bapak ngga boleh cengeng, nanti kalo anaknya udah lahir gimana?"

Jeno segera mengelap air matanya, ia memeluk tubuh yang lebih pendek darinya kemudian menciumi pipinya.

"Nanti kalo Nana sudah melahirkan, Nana ndak akan pergi kan hikkss hikkkss"

"Emangnya Nana mau pergi kemana? Kalo 'ana mau pergi, Nana bakal ajak kamu. Bakal Nana culik kamu nanti"

"Jeno ngga mau di culik hikss hikkksss"

"Maunya di apain??"

Jeno melepas pelukannya, ia tatap Nana dengan ujung mata melengkung tajam. Serta senyuman yang begitu mencengangkan.

"Maunya di pipisin Nana hehe"

✨✨

Taeyong dengan gaun malamnya tampak berjalan menuju ruang kerja Jaehyun. Di lihatnya sang suami sedang bekerja, dengan pakaian formal yang masih melekat sempurna di tubuh maskulinnya.

My Idiot Husband || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang