Yang ngevotenya cuma di awal cerita, gue tandain terus blok!!
Kalimat mamang cilok, masih Nana renungkan. Ia duduk di pinggir lapangan, melihat bayi besarnya sedang memakan cilok di depannya. Jeno sesekali memandang cakrawala di atasnya, kemudian tersenyum dan kembali melahap ciloknya.
Lamunan Nana buyar di saat Jeno tiba-tiba mengulurkan plastik berisi ciloknya tersebut.
"Nana, mau ??"
"Habisin, mahal loh ciloknya" jawab Nana, terkejut karena suara bariton suaminya.
"Beneran? Jeno suwapin inihh"
"Jeno ya! Nana nggak mau" jawab Nana melembut di akhir kalimat.
Jeno tidak suka pedas, maka dari itu ia hanya memesan kecap untuk membumbui bulatan cilok tersebut. Nana mengelap ujung bibir Jeno.
"Jangan sampe kena baju ya, kasihan bibi nguceknya nanti"
"Siyap Nana, Jeno beljanji"
Sedikit tersenyum mendengar respon Jeno, Nana tiba-tiba berdiri dan mengulurkan tangannya. "Kita pulang ya, udah siang. Nana laper pengin makan"
Jeno berdiri, ia usap pantat dan pangkal pahanya yang kotor akibat rumput yang baru saja ia duduki. Jeno menggandeng sosok yang tingginya hanya sebatas dada tersebut, sesekali mencium pipi Nana.
Membubuhinya dengan sisa kecap yang menempel di mulut. Nana tidak keberatan, angannya masih terbang pda perkataan si mamang.
Andaikan Jeno tau isi hati Nana yang perlahan bimbang, ia tatap kembali rahang kokoh suaminya sebelum — Nana memeluk lehernya.
"Jeno,, Nana mau gendong"
"Eeungg,, gendong?? Iya boleh, sini gendong sama Jeno" Jeno menangkap pantat Nana dan menggendongnya seperti koala.
Tangan Nana melingkar pada ceruk Jeno, plastik berisi cilok tersebut sampai menggantung di mulut dominan. Tangan Jeno, kurang afdol rasanya kalo tidak meremas kedua pantat bulat Nana. Tidak ada perkataan yang menemani langkah Jeno menuju rumah, Nana menangis di pundak suaminya.
Jeno tidak mempertanyakan hal itu, walau isak tangis Nana lumayan keras, langkah kakinya semakin cepat. Jeno membuka pintu rumah dengan hati-hati, membawa Nana ke kamarnya.
"Nana, turun di kasur ya?? Terus, setelah ini Nana mau apa??"
"Nana mau makan,," ujar Nana lirih.
"Baik, Jeno ambilin ya??"
"Kamu bisa??"
Jeno meletakkan Nana di kasur. "Bisa, tunggu sini ya" Jeno berlari keluar kamar setelah meletakkan tubuh Nana.
Bermodal rasa percaya diri yang begitu besar, Jeno mengambil piring dan sendok.
"Nana masak nasi goreng, hihi" kekeh Jeno sebelum ia mengisi piring kosong tersebut dengan nasi goreng buatan Nana. Sebelum Nana mengajak jeno keluar rumah, Nana sudah memasak.
"Ada sosis sama baksonya, ini buat Jeno dulu" Jeno mengisi mulutnya dengan sesendok nasi goreng sebelum ia melenggang keluar.
Jeno tidak lupa membawa gelas berisi air putih, kemudian toples berisi kerupuk yang ia taruh di lipatan lengannya.
Berjalan menaiki puluhan anak tangga sambil berdendang.
Click
"Nana, ini makanan-nyahh" Jeno meletakkan piring nasi goreng tersebut di atas nakas, Nana tersenyum tipis menyambutnya.
"Itu bukan porsi Nana sayang, banyak sekali??"
Jeno melihat pada gunungan nasi goreng tersebut, kemudian ia garuk ujung bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband || NOMIN
RomanceMy Idiot Husband Jeno : Dom Jaemin : Sub Nomin Fanfiction Writer : Papi