Tiap chapter yang baca ribuan tapi pada pelit vote
*lama-lama mami taruh PDF biar yg mau tau kelanjutannya
HARUS BAYARRupanya, Jeno membawa kemarahannya sampai rumah. Sore telah berganti malam, namun sampai saat ini Jeno masih tidak mau masuk ke kamar.
Tidak perduli Nana yang saat itu sudah memakai gaun malam, berjalan seliweran di depannya bagaikan seorang istri yang haus belaian. Nana menghela nafas kasar, ia membawa bantal kecilnya dan — mau tidak mau Jeno harus merasakan tubuhnya di tindih oleh Nana.
Nana meletakkan bantal tersebut di dada bidang suaminya, kemudian Nana merangkak di atasnya.
"Udah lah ngambeknya, Nana juga mau di kelonin sama kamu" bisik Nana sepelan angin.
Jeno tidak mau menatap wajah manis di depannya, ia malah memainkan pergelangan tangannya sendiri. Menggigit kukunya hingga berdarah. Mata indah Jeno Menatap kosong pada sofa, kemudian mulai menangis.
"Kenapa nangis?? Nana ngga marahin kamu, Nana ngga tahan kalo Jeno diemin Nana terus"
Nana mengusap air mata Jeno dengan ibu jarinya, mengecup bibir gempal Jeno yang sedikit terbuka.
"Jeno ya,, mau maafin Nana engga ?? Kalo Jeno diem terus, Nana ngga tau harus berbuat apa" jemari lentik Nana menyingkirkan tangan Jeno dari gigitannya sendiri. "Kamu kumat lagi?? Kalo ada apa-apa, cerita ya sama Nana"
Padahal Nana tau, kemarahan Jeno bersumber dari Yunjin yang menyentuh kulitnya. Jeno mendorong dada Nana, tubuh Nana menyingkir dengan cepat. Jeno kembali menutupi wajahnya dengan kedua lengannya.
"Huhhhhhhh,, untung dedeknya engga cengeng. Nana masih bisa melindungi dedeknya, jangan nangis ya dek ya?? Biarin ayah diemin kamu, kita bobok di kamar aja ya?" Nana mengusap perutnya, kalimatnya sungguh tulus tanpa di buat-buat.
Sembari berpegangan pada sofa, Nana berdiri kemudian berjalan meninggalkan Jeno di ruang tamu.
"Nanti kalo ada wewe gombel jangan cari Nana ya"
"Nana bobo sendirian, kalo nangisnya udah selesai—pindah sendiri ke kamar"
Jeno bangkit dari sofa, berlari memeluk Nana dari belakang. Pundak kanan Nana terasa hangat, dagu kokoh Jeno bersarang di sana.
Nana mengulurkan tangan kanannya, mengusap rahang suaminya.
"Anak pinter, pelan ya jalannya??"
Jeno mengangguk tanpa suara. Sesampainya di samping ranjang, Nana membalikkan badannya.
Tatapan Nana, tidak main-main seduktif nya. Ia raba dada bidang Jeno yang lembab dan aroma parfum bayi yang ia pakai masih terasa.
Nana menaikkan lututnya, menggesek—legenda Jeno dari luar celana putihnya.
"Dedeknya kangen, ayah Jeno mau njenguk dedek engga??" usapan pada selangkangan Jeno semakin menembus akalnya.
Kepala Jeno mendongak dengan mata yang kian sayu, merasakan dada dan tengkuknya di usap dengan ujung kuku terawat Nana.
Lalu bagaimana dengan Nana, ? Jemari lentik Nana membelai selangkangannya sendiri, ia bimbing pinggulnya agar lebih mendekat kejantanan Jeno yang setengah tegak.
Kali ini ijinkan Nana menjadi binal !!! Kalian setuju??
Nana gesekkan vagina yang ternyata tidak memakai apa-apa?? Ya! Lingerie biru laut yang Nana pakai, begitu terawang dan mini. Membiarkan paha putihnya terekspos terang-terangan di bawah lampu kamar itu.
"Jenoohhhhh,," Nana mendesah kurangajar.
Ia lumat dengan serakah bibir tebal Jeno dengan gerakan pinggulnya yang semakin liar. Celana Jeno telah basah oleh lendir vagina Nana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband || NOMIN
RomanceMy Idiot Husband Jeno : Dom Jaemin : Sub Nomin Fanfiction Writer : Papi