Votement woy!! Alurnya makin serius hehe
Dua Bulan Kemudian ~
Tentunya, bukan Nana namanya kalo pagi-pagi udah sibuk.
Ya! Sibuk dengan bayi besarnya yang saat itu sedang kena marah."Kenapa harus di tumpahin sih bedaknya?? Liat tuh, muka Jeno udah kaya cemong!" Nana menujuk pipi Jeno yang mengembung, anak itu telah menumpahkan bedak bayi di atas kasur dan menaburi wajahnya hingga putih pekat.
"Kan biar Nono ganteng, Na" Jeno menunduk, ia mainkan celana kolor warna pink yang tidak luput dari taburan bedak. Kaki Jeno pun menggejal-nggejal, Jeno menampakkan sifat kebayian yang harusnya di sayang-sayang.
Bukannya di marahi, gimana sih Na Jaemin ini??
Nana mengusap perutnya, ia menghela nafas kesal sebelum mengelap kasur tersebut dengan tisu basah.
"Kalo kamu nggak kaya raya, udah Nana taruh di panti jompo! Biar jadi bayi jompo, ngerti nggak??"
"Ndak mau isshhhh" Jeno mengambil empeng biru yang sedari tadi ia anggurkan.
Menaruhnya di mulut, merebahkan diri—kemudian ia angkat tinggi kakinya di udara. Kebisaan Jeno selalu memainkan jari kaki bersihnya sambil rebahan, ya kalau di bayangkan—memang terlihat seperti bayi monster bukan??
Usai mengelap semuanya, Nana memilih untuk pergi mencuci tangannya. Tidak tau kalau Jeno pun mengekor di belakangnya, mengamati raut kesal yang bersembunyi di balik paras manis istrinya.
Jujur saja, Jeno tidak tahan dengan drama autisnya. Ia melibatkan Nana yang sedang berbadan dua itu.
Jeno berjalan jinjit menuju kasurnya kembali.
Di susul oleh Nana yang kini lebih memilih untuk duduk di depan meja riasnya. Mengambil krim siang, mengaplikasikannya pada ruas kulit mulusnya. Sedangkan Jeno, sesekali melirik Nana sambil mengenyot empeng kosong tanpa air susu di dalamnya."Apa liat-liat???" Nana melirik sadis, membuat Jeno menatap langit-langit kamarnya.
"Ndak papah,, Nyanya cantik" ujarnya sebelum menyesap kembali benda kesayangannya tersebut.
"Nyanya jangan mayah—nanti memek Nana, Jeno masukin petasan"
"Ya nggak papa! Masukin aja mercon yang banyak, biar kamu di tangkap polisi"
"Aiiisshhhhhhh.,, Nono ndak mau!! Nana isshhh" Jeno duduk bersila sambil melipat kedua tangannya.
"Tuh mukanya kaya dugong, dikira ganteng kali ya bayi besarnya Nana kalo cemberut. Sini, nen bentar" Nana duduk di tepi ranjang, membuat Jeno merangkak ke arahnya.
"Nyanya ceyiyusss mau nyenyen??"
"Hmm,, cepet!!" Nana membuka kancing kemeja putihnya, pagi-pagi sudah berpakaian rapi. Ya siapa lagi kalo bukan Na Jaemin?
Jeno bertepuk tangan, menampakkan kegembiraan di depan Nana yang menampakkan nipple gembulnya.
"Jangan di gigit ya sayang? Atau Nana jewer sampe lepas kupingmu"
"Siyap Nana hehe, Nono pikir nen yang bawah"
"Seger ya nen yang bawah terus,??"
Jeno menyapu ruas nipple gembul Nana dengan enzim yang melumuri lidahnya, menyesapnya pelan sesuai permintaan Nana. Jeno tatap wajah manis di atasnya, satu tangan ia arahkan pada nipple Nana yang masih menganggur.
"Aahhhh,, Nana bilang jangan di gigit sayang" Nana mendesis ngilu di saat dengan tidak sengaja—deretan gigi Jeno menyentuh ruas kenyal sensitive'nya.
Nana usap pelan rambut hitam Jeno dengan jemari lentiknya, menepuk pelan pantat Jeno seperti seorang anak yang sedang di tidurkan.
Jeno menyesap kuat nipple padat tidak berisi tersebut, kemudian ia arahkan bibirnya pada mulut Nana
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband || NOMIN
RomanceMy Idiot Husband Jeno : Dom Jaemin : Sub Nomin Fanfiction Writer : Papi