20. The Last Leaf 🕊️

5.5K 483 118
                                    

Ang ang ang mami update!
Absen ngapa biar mami seneng !



Bawaannya horor kalo misal di tatap Jeno, itulah yang Nana rasakan saat ini. Kadang Nana memilih untuk berpaling, suka anget soalnya kalo lagi interaksi sama pak suami.

Engga cuma perutnya, tapi suhu badan Nana bisa naik kapan saja kalo misalnya—di manjain gitu sama Jeno. Ya wajar sih, orang udah jadi pasutri. Makin hari, Nana makin manja—begitu juga Jeno yang selalu ada aja ulahnya biar bikin Nana'nya ketawa.

Apapun Jeno lakukan asal Nana senang, baik banget ya pak Jung Jeno ini.

Jeno baru saja mandi, mendekati Nana dengan tubuh lembab plus cuma handukan setengah badan. Handuk putih itu melingkar di pinggangnya, tangan basah Jeno langsung melingkar di perut Nana yang sedang membuat nasi goreng untuk sarapan.

Hana sedang cuti, untung saja istri pak Jeno ini mandiri.

"Morning, mommy Na" Jeno sedikit meremas perut Nana, ia biarkan rahang kokohnya bersarang di pundak berkeringat istrinya.

"Nglendot mulu kaya babi, mass. Mom bau sangit loh, belum mandi udah ngusrek aja bawaanya—heran"

Kemudian Nana terdiam, merasakan jalinan kulit suaminya. Kalo di lanjut debat, kan nggak lucu kalo vagina Nana di masukin gagang spatula sama Jeno?

"Kan mass mau pergi, nanti jam sembilan"

Oh iya, perlu di ingat kalau agenda hari ini adalah bertemu dengan Donghae. Persembunyian telah terdeteksi keberadaanya, Jeno siap untuk mengobrak-abrik semuanya!

Mengapa bukan Mark saja yang Jeno bunuh? Bukannya semua malapetaka di hari itu, di sebabkan oleh Mark? Sosok pembunuh janin yang tidak berdosa, malah Jeno lepaskan—dengan syarat, Mark harus mendapatkan dunianya kembali. Yaitu Haechan dan anaknya.

Nana meremat apron yang ia pakai, mematikan kompor dan berbalik badan. Ia tersenyum, ia raba dada lembab berotot suaminya. Kuku terawat Nana membuat pola acak di sana, tidak lama kemudian— Nana berjinjit dan meraih morning kiss yang belum ia dapatkan.

Jeno reflek menahan tengkuk istrinya, meremat dengan sensual kemudian tangan Jeno turun meremas pantat bulat Nana.

nggghh

"Sayang,," Jeno amati bibir ranum berlumur saliva di depannya, ia usap dengan menggunakan ibu jari kemudian ia lumat di depan Nana.

"Hati-hati, Nana tidak mau mass kenapa-napa. Nana sudah tidak bisa melindungi anak kita, dan kini Nana tidak mau mass—"

"—ssstttt" bibir Nana di bungkam oleh telunjuk Jeno yang mendarat di sana. "Janji mass setelah ini akan menjadi ayah yang baik, jadi biarkan Mass menikmati hari itu. Beri mass kesempatan untuk menuntaskan semuanya, karena bagi mass—percuma jika mereka belum musnah, apapun mass akan lakukan asal Nana dalam keadaan aman. Mengerti??"

Nana tertegun sejenak sebelum ia mengangguk lemah. Rasanya, ia tidak bisa merelakan Jeno pergi. Walau perlindungan Jeno terjamin, tetapi perasaan takut sebagai seorang istri selalu mengitari.

Nana berjalan mengambil mangkuk kaca dengan ukuran besar, ia taruh nasi goreng buatannya di sana.

"Mass pakai baju yang sudah nana siapkan, setelah ini kita makan bersama" ujar Nana tanpa menoleh suaminya.

Sandal bulu rumahan merah muda mengiringi setiap langkah Nana, ia menyapa Jaehyun yang sudah duduk di dekat meja makan.

"Adakah kerupuk dan timun untukku??"

My Idiot Husband || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang