24. Jisung 🍼

4.2K 377 89
                                    

Vote jangan lupa 🍼🍼
Selamat membaca ✨🤍




The Day — ( 9 months)

"Dimana ya istriku??" gumam Jeno dengan semangkuk makanan di tangan kirinya, sedangkan tangan kanan Jeno membawa tumbler unicorn berisi air hangat.

Si Nana suka kabur-kaburan, di usia kehamilannya yang menginjak sembilan bulan. Hehe malah pantun.

Tetapi aroma tubuh Nana mulai tercium keberadaanya, langkah Jeno menuju warung mamang Mingyu. Sembari menata hati, Jeno harus tersenyum di saat kedua netranya menangkap keberadaan Nana.

Apple hair Nana meliuk di udara, dress warna pink membalut tubuh gembulnya yang saat ini sedang berbadan dua.

"Eh mass Jeno, mau beli apah ??" tanya Nana, berlagak seperti pemilik warung tersebut

"Disuruh makan malah kabur, ngapain kamu di sini hmmm??"

"Ihhhhh,, mass Jeno ngga liat apa kalo Nana lagi ngapelin mamang?? Duduk dulu napah, Nana belom laper" jawab Nana dengan kedua mata berotasi.

Jeno letakkan mangkuk berisi makan siang istrinya, kedua tangannya terulur untuk mengangkat tubuh Nana. Jeno mendudukan diri di sofa, dengan Nana yang mendarat di pangkuan.

"Makan dulu ngga ??" ujar Jeno lembut, ia usap perut besar Nana yang kini sudah menampakkan pusarnya.

Pusar Nana menyembul keluar, perut Nana bergelombang. Menandakan si kecil siap menyambut makan siangnya dari mommy Na.

"Suapin mass" jawab Nana, ia lekatkan kedua ujung telunjuknya.

Ya jeno mau lah! Kan niat nya udah pure banget, mau nyuapin ibu hamil kesayangannya ini.

Jeno ambil kembali mangkuk gambar kelinci yang ia bawah dari rumah, di saat sedang menyuapi Nana—mang Mingyu masuk dengan membawa dua ikat mangga muda.

"Inih ya, Geulis. Badan mamang sampe di kerubut tawon, gara-gara metik mangga" ujar Mingyu, meletakkan dua ikat mangga tersebut di meja sebelum ia menggaruk pantatnya.

"Sayang nyidam mangga lagi??" tanya Jeno dengan alis bertaut, Nana hanya mengangguk manja. "Dirumah masih ada lima kilo mangga impor loh, kenapa ngga di habisin dulu" imbuh Jeno, mafia gini hidupnya hemat loh.

"Ish mass Jeno, pelit amat dah. Kan kalo ngga abis bisa di kasih ke Hana"

"Tau nih muwasss Jeno! Masih beruntung Nana cuma nyidam mangga, istri tetangga noh. Nyidam rumput! Tiap hari nyuruh suaminya buat ngarit" sahut Mingyu, langsung kabur karena tatapan Jeno yang begitu dingin.

Kini giliran Nana cemberut, ia minggir dari pangkuan. Membiarkan paha kokoh Jeno kosong melompong, seperti mulutnya saat ini.

"Mommy Na, mau kemana sayang??" Jeno melihat Nana mengambil dua ikat mangga tersebut.

"Mau puyang,, ayok mas ish! Pulang!!"

Bersikap seperti anak kecil di depan pria matang yang berstatus sebagai suaminya, bagi Nana sudah biasa. Toh, dulu Jeno lebih parah ya kan??

Teringat ulah absurd Jeno yang hampir membuat Nana frustasi. Seperti boker nggak di siram, terus nyabutin bunga tulip kesayangan Nana—bahkan rumput Jepang di depan mansion mewahnya hampir gundul setengah petak akibat ulah tangan pak suami sendiri.

"Huuhhhh" Jeno menghampiri Nana yang memunggunginya, meraih tangan berisi mangga tersebut. "Biar mass yang bawa, berat sayang"

Kini, rona merah pun memenuhi pipi bulatnya yang hampir tumpah. Nana beri satu ikat sedangkan sisanya ia sendiri yang bawa.

My Idiot Husband || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang