Beberapa hari setelah pergempuran panas pagi itu, Nana melewati hari-harinya seperti biasa. Nothing special, dan tentunya—masih di sibukkan dengan pekerjaannya sebagai CEO muda di perusahaan ayah mertua.
Entah sampai kapan jabatan itu akan bertahan, tetapi Nana yakin bahwa itu tidak akan lama. Apalagi setelah Nana mengetahui sifat Jaehyun, membuatnya semakin was-was dan hati-hati.
"Na," Renjun menyapa, membawa secangkir matcha hangat pada meja Nana.
Kantin lumayan sepi, membuat Nana ingin duduk menyendiri. Namun kehadiran Renjun membuatnya tersenyum tipis. Nana menerima kehadiran pengantin baru tersebut dengan senang hati.
"Gue duduk sini ya?? Tumben ngomong sama angin, biasanya Mark selalu godain elo"
Kalau di lihat dari wajah Nana yang tidak seperti biasa, membuat Renjun berusaha menebak. "Lo habis di unboxing ya kan Na?? Jangan bilang sama mertua Lo sendiri?!!"
"Ngaco!! Sama Jeno baru bener"
BYUURR
Matcha hangat yang sudah membasahi mulut Renjun pun menyembur mengotori meja. Benda pipih berharga milik Nana pun tidak luput dari air semburan airliur bercampur minuman tersebut.
"Yang bener aja Na?? Lo nggak mimpi kan??"
Nana menggigit pipi dalamnya sejenak, sebelum ia mengambil tisu untuk mengelap ponselnya.
"Terus?? Reaksi Lo ??"
"Ya mau gimana lagi, gue hampir aja jadi bahan pemuas ayah Jung. Daripada gue dimakan sama dia kan mending gue kasih sama Jeno" jawab Nana.
Sebatang nikotin ia sulut di depan Renjun, kepulan asap putih perlahan menghias atmosfer di atas mereka.
"Lo serius kan Na??"
"Limarius Renjun, penis Jeno gede—Lo ngga percaya? Udah gitu ngacengan, setahun cuma gue elus gue mandiin. Setelah gue coba, not bad juga!"
Renjun semakin bingung dengan perkataan Nana. Ia arahkan ruas telapak tangannya pada jidat temannya tersebut. "Lo nggak demam kan Na??"
"Lo juga yang nyaranin gue main sama anak autis itu kan Njun? Sekarang udah puas kan Lo??" Nana hisap kembali nikotin di tangannya, ia hempaskan asap rokok tersebut pada wajah Renjun.
"Gue pulang lebih awal, jangan bilang siapa-siapa tentang ini. Ngerti nggak Lo??" Nana menyambar tas kecilnya, berjalan meninggalkan Renjun yang masih campur aduk rasanya.
"Curiga jangan-jangan Jeno nggak autis Na" gerutu Renjun. "Astaga! Kok gue malah bayangin ukuran punya Jeno sih, ingat Renjun—punya guanlin aja segede gagang golok" imbuhnya.
Basement kantor menjadi saksi bisu kedatangan Nana, mobil sport warna hitam di ujung sana adalah miliknya. Oh, lebih tepatnya adalah milik tuan Jung yang selalu nana kendarai kemana-mana.
Nana memakai kacamata hitam dan mulai menyalakan mesin mobilnya.
"Euhm,, tunggu dulu"
Jemari lentik Nana memencet ikon nomor telepon rumahnya.
House Phone :
Hallo, Nana ya???Nana :
Bi, Jeno lagi ngapain ya?House Phone :
Oh, Jeno lagi ada AA Dejun di rumah
Tenang aja, nggak kemana-mana kok anaknya
Udah makan juga, udah mandi pulaNana :
Jangan perlakukan dia seperti bayi ya Bi
Biar Nana aja yang mandiin
Pagi ini kan Nana buru-buruHouse Phone :
Tenang aja, Jeno juga mandi sendiri kok
Bibi mana berani nyentuh punya Nana heheNana :
Nana segera pulang Bi
Mau beli coklat dulu
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband || NOMIN
RomanceMy Idiot Husband Jeno : Dom Jaemin : Sub Nomin Fanfiction Writer : Papi