CH 1

133 9 1
                                    

Pagi hari yang cerah terdengar dari kejauhan suara kicauan burung yang bersaut-sautan menandakan bahwa sudah waktunya untuk menjalani kegiatan rutinitas di pagi hari.

Kamar besar bernuansa serba putih juga terdapat tempelan bunga edelweis yang sudah mengering di dinding atas tempat tidur membentuk tulisan B-A-R-E-Y, nama pemilik kamar ini. Rak buku yang berdiri kokoh dengan banyak buku terutama tentang masakan berjejer rapi. Terlihat ditempat tidur besar itu terdapat seorang pemuda manis yang masih tertidur lelap.

Ketukan pelan terdengar pada pintu kamar itu, dan sedetik berikutnya terbukalah pintu tersebut menampilkan seorang perempuan muda berjalan pelan menuju jendela untuk membuka gorden. Setelah gordennya dibuka ia berjalan menuju tempat baju kotor yang tergeletak di pojok ruangan dekat kamar mandi, diambilnya baju kotor itu dan keluar kamar dengan pelan agar tidak membangunkan si pemilik kamar.

Barey Bimantara atau Barey, anak kedua dari dua bersaudara. Pemuda manis yang bulan depan memasuki umur 20 tahun namun wajahnya masih terlihat seperti anak remaja. Memiliki sifat yang manja dan suka bikin orang gemas dengan tingkahnya. Barey adalah mahasiswa semester 3 fakultas ekonomi dan bisnis disalah satu kampus ternama di perbatasan kota Depok dan Jakarta Selatan. Barey memilki hobi memasak, makan dan tidur. Barey tinggal bersama kakaknya di Jakarta Selatan sedangkan ayah dan ibunya berada di Jogja. Ya, Barey berdarah Jawa-Jogja.

Barey segera bangun setelah wajahnya terkena sinar matahari yang masuk kedalam kamarnya melalui jendela. Dengan meregangkan otot-ototnya sebentar lalu segera meninggalkan tempat tidurnya menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di lantai bawah tepatnya didapur, terdapat perempuan muda sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan adik tersayangnya, saking fokusnya sampai tidak menyadari kehadiran Barey yang sudah rapi dengan pakaian kampusnya untuk berangkat kuliah.

"Baaaa!!!!" Barey mengagetkan kakaknya dari belakang sampai membuat tutup panci yang kakaknya bawa terjatuh ke lantai dengan bunyi keras.

"Astaga ayam copot eh ayam copot. Adek!!! Suwi-suwi jantungen mbakmu iki!"
(Lama-lama jantungan kakakmu ini!)

"Hehehe?" cengiran khas Barey, ia berikan dan langsung duduk di kursi meja makan. Sudah biasa Barey akan menjahili sang kakak tercinta disetiap ada kesempatan.

Issabel Bimantara, kakak atau anak pertama yang Barey biasa panggil dengan sebutan mbak Issa. Perempuan muda yang umurnya hanya berjarak lima tahun diatas Barey. Issabel di minta oleh ayah dan ibunya untuk tinggal bersama sang adik yang akan berkuliah di kota besar sekalian untuk mengawasi adik laki-lakinya itu. Issabel memiliki pekerjaan sebagai sekretaris di perusahaan besar di kota ini. Gajinya yang besar membuatnya memiliki rumah yang dapat ia tinggali berdua.

"Suka banget kamu ngagetin mbak?" Issabel mendengus walau begitu tetap tidak memarahi sang adik.

"Maaf deh ya? Barey minta maaf?"

"Ndak niat minta maaf kamu itu." Issabel hanya tersenyum maklum atas kelakuan Barey sang adik bandelnya ini.

Barey hanya tertawa menanggapi. "Btw mbak Issa masak apa sekarang. Mau Barey bantu?"

"Udah kelar baru mau bantu. Ini nasi goreng biasa kesukaan kamu." Issabel berjalan kemeja makan membawa piring besar yang sudah terdapat nasi goreng diatasnya.

"Waahh kelihatannya enak banget mbak."

"Yo jelas dong. Issabel gitu yang masak pasti enaklah." Issabel membanggakan diri.

"Sumpah mbak enak banget sampai mau keluar lagi dari perut nih?" canda Barey pura-pura mau muntah.

"Ya udah ndak usah dimakan itu. Masak saja sendiri pintar kan? Katanya keturunan Mbah Uti kan?" sewot Issabel.

Blind Date (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang