Liburan semester telah berjalan satu minggu. Kegiatan pendakian yang telah direncanakan jauh-jauh hari akan di laksanakan pada hari ini. Dengan pendakian di gunung Merbabu. Terdiri dari dua puluh orang termasuk panitia. Semua yang mengikuti kegiatan sudah sampai di Boyolali, Semarang karena mereka akan mendaki lewat jalur Selo. Semua anggota pendakian meneliti kembali barang-barang yang akan mereka bawa kepuncak.
"Hei guys, semua peralatan, barang apapun yang kalian butuhkan di atas harus dibawa semuanya ya jangan sampai tertinggal. Air minum dan makanan yang paling penting juga jaket tebal yang tidak kuat dengan hawa dingin." William menginstruksikan kembali apa saja yang harus dibawa naik.
"Saat mendaki nanti jangan ada yang cepet-cepetan sampai puncak ya. Kita mendaki untuk bersenang-senang. Dan juga jaga etika, jaga omongan. Kita mertamu disini jangan sampai sesuatu terjadi hanya karena kalian tidak menjaga etika." Adipati menambahi yang diangguki semua anggota.
Barey duduk bersama Dhika bersandaran tembok rumah warga yang di jadikan bascamp setiap pendaki untuk peristirahatan mereka. Keduanya hanya diam mendengarkan apa yang sedang di instruksikan panitia. Terkadang matanya melihat kearah Dipta yang sedang membantu mengepak carrier mahasiswi yang meminta bantuan pemuda itu.
"Dia cuma ngebantu doang nggak usah cemburu gitu kali." Dhika berbisik pelan.
"Siapa yang cemburu?" Barey mengalihkan pandangannya.
"Kalau suka, suka aja bro nggak usah keras kepala?"
"Lo perhatiin aja itu si Pati lagi ngomong!" Barey mendorong wajah Dhika untuk melihat kearah Adipati.
Dhika hanya mendengus gemas dengan tingkah sahabatnya yang sangat tsundere ini. Barey ya Barey tetap saja keras kepala. Mungkin kalau sudah kehilangan baru akan sadar.
"Satu lagi guyss kalau merasa capek, lelah bilang ya. Jangan di pendam sendiri karena gengsi. Ini bukan ajang untuk tahu siapa yang paling kuat sampai puncak. Jangan sampai karena gengsi kalian itu menyusahkan teman-teman kalian. Mengerti?" kata Dipta setelah selesai membantu beberapa anggota yang lain.
"Mengerti kak." jawab semuanya.
"Pokoknya bilang ya. Kak aku capek istirahat dulu sebentar sambil angkat tangan. Satu orang istirahat, kita semua akan istirahat. Jangan ada yang egois. Saling membantu satu sama lain. Kalau ada yang egois dan hanya mementingkan diri sendiri. Selanjutnya aku akan mencoret nama kalian dari daftar keanggotaan." lanjut Dipta memandang seluruh anggotanya yang mengikuti pendakian.
Barey yang sedari tadi fokusnya terkunci pada Dipta terus saja memperhatikan Dipta yang sedang berbicara. Bahkan saat matanya bertemu pandang dengan Dipta, Barey tetap tidak mengalihkan pandangannya. Kalau bukan karena senggolan Dhika, Barey akan terus melihat kearah Dipta.
"Bar botol minum gue mana?" Dhika menyenggol lengan Barey pelan membuat anak itu sedikit terkejut.
"Hah?" Barey masih setengah sadar.
"Botol minum gue yang tadi lo minum mana. Mau gue isi lagi." ulang Dhika.
"Ahh tadi di bawa Caraka." jawab Barey mencari keberadaan Caraka.
"Nih yang lo cari." Caraka entah dari mana menyodorkan botol minum yang Dhika maksud dengan isi yang sudah penuh.
"Lo yang isi penuh nih?" tanya Dhika sambil menerima botol itu.
"Mana ucapan terimakasihnya?"
"Ck iklas nggak sih lo. Thanks!" Dhika sedikit kesal tapi tetap mengucapkan terimakasih.
"Canda kali serius amat pak?" Caraka sedikit terkikik dengan kekesalan Dhika.
"Dhika itu sensitifan setelah ngejomblo." Barey ikut menimpali.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (CHANBAEK)
Fanfiction(On Going) Pertemuan Dipta dan Barey itu tidak disengaja. Barey tidak menyukai Dipta hanya karena kata 'cantik' keluar dari mulut Dipta saat memuji Barey dipertemuan pertama mereka. Ditambah keduanya di pertemukan lagi pada applikasi kencan buta yan...