Diperpustakaan kampus pusat Barey dan tiga sahabatnya sedang mengerjakan tugas yang harus di selesaikan hari ini juga. Mereka berempat terlalu fokus dengan laptop dan buku masing-masing, sampai ada yang mendekati, mereka pun tidak sadar.
"Aku boleh duduk disini gak?"
Barey mendongak ke arah kiri setelah mendengar ada suara disampingnya. Jerry sedang tersenyum lembut memandangnya.
Jerry adalah senior fakultas kedokteran semester tujuh yang sedikit lagi akan memasuki semester akhir. Walau beda fakultas Jerry sangat dikenal dikalangan mahasiswa lainnya tak terkecuali Barey dkk. Barey mengenal Jerry dimana saat itu ia menjadi mahasiswa baru salah memasuki gedung fakultas dan Jerrylah yang membantunya menemukan gedung yang ia cari.
"Tentu saja boleh, ini kan tempat umum. Kak Jerry boleh duduk dimana saja." Barey menarik buku yang berada di meja sebelahnya agar Jerry bisa meletakkan bukunya dimeja itu.
"Kalian lagi ngerjain apa?"
"Tugas dari Bu Susi, susah banget eeh..." Kiran mengadu.
"Tugas individu apa kelompok?"
"Individu kak Jer." Dhika yang jawab.
"Pantas si Kiran sama Nanda mukanya sudah tidak beraturan begitu." Jerry bercanda membuat kedua gadis itu merengut kesal. Bukan karena Jerry tapi karena tugas dari Bu Susi dosen yang paling terkenal killer se fakultas ekonomi bahkan mahasiswa lainpun juga sudah mengetahuinya.
"Kiran dan Nanda mana mau mikir tugas kak. Otak males mereka kan nggak untuk buat mikir."
"Sialan lo dek! Gue kalau nggak mikir nggak akan bisa masuk fakuktas ini kali." Nanda sewot.
"Bener tuh dan otak gue juga didalamnya penuh makanya nggak bisa mikir sekarang ini." Kiran membuat alasan.
"Nah itu gue jadi bertanya-tanya jangan-jangan kalian nyogok kali masuk sini? Bisa-bisanya fakultas nerima kalian yang otaknya kosong hanya ada kata malas." Keduanya melotot pada Dhika yang ikut-ikutan. Sedangkan Barey dan Jerry hanya tertawa pelan karena mereka masih di perpustakaan takut ada yang ke ganggu.
"Itu sih Nanda kali. Gue mah udah pinter dari sononya." Kiran membanggakan diri.
"Sorry aja gue masuk sini juga hasil dari otak gue sendiri, monyet!" Nanda kesal. Tapi tidak membuat teman-temannya menyesal karena bercanda.
"Otak pas-pasan lo itu ya?"
Jerry hanya tersenyum lebar melihat perdebatan keempat sekawan yang terlihat lucu di matanya.
Setelah lama mereka didalam sana Jerry memutuskan untuk keluar terlebih dahulu karena jam kuliah selanjutnya akan segera dimulai.
"Lo tahu nggak sih Bar kalau Jerry itu suka sama lo?" Kiran memulai pembicaraan setelah kepergian Jerry.
"Masa sih, nggak ah. Kita kan cuma senior sama junior." jawab Barey acuh.
"Tapi kalau gue lihat-lihat emang Jerry ada rasa sama lo."
"Ka jangan ikut-ikutan Kiran aneh ya."
"Yang aneh justru Jerry ngapain dia ke perpus pusat. Fakultasnya dengan perpus ini jauh kali. Bukankah fakultas kedokteran punya perpus sendiri?" Nanda juga mencium sesuatu dari gelagat Jerry.
"Bener kan apa gue bilang?"
"Nggak usah mikir aneh-aneh deh."
"Lah emang bener kok. Cara Jerry mandang lo tuh juga ada rasa didalamnya Bar."
"Sok tau lo Ran."
"Gue emang tahu Bar, soalnya pacar gue kek gitu dulu waktu nembak gue sampai sekarang sih, hehe.." Kiran nyengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (CHANBAEK)
Fanfic(On Going) Pertemuan Dipta dan Barey itu tidak disengaja. Barey tidak menyukai Dipta hanya karena kata 'cantik' keluar dari mulut Dipta saat memuji Barey dipertemuan pertama mereka. Ditambah keduanya di pertemukan lagi pada applikasi kencan buta yan...