CH 2

75 8 1
                                    

Siang ini Barey, Nanda dan Kiran memutuskan untuk makan siang di kantin fakultas. Mereka memesan banyak makanan untuk membuat perut mereka penuh meninggalkan Dhika yang masih menemui dosen.

"Si Dhika lama amat di ruang dosen?" kata Barey sambil nyemil makanan didepannya.

"Tau tuh lagi ngegosip kali dia hhh. Eh Ran anter gue ke toilet yuk?" Nanda menarik Kiran pergi ketoilet tanpa menunggu persetujuan.

"Lah gue ditinggal nih?" Barey memandang keduanya polos.

"Bentaran doang kok." teriak Kiran keras tanpa menoleh kebelakang. Barey memutar matanya malas dan kembali fokus pada makanan di depannya.

Selang beberapa menit ada yang memanggil namanya dari kejauhan. Dan sialnya Barey mengenali suara itu.

"Barey?" panggil Dipta dengan suara lembut.

Tanpa menjawab panggilan pemuda itu, Barey hanya menoleh sebentar kemudian fokus kembali dengan makanan di piringnya.

"Aku temenin ya?" Dipta langsung duduk di samping Barey begitu saja. Sambil terus melihat si cantik yang fokus pada makanannya.

"Lo bisa nggak sih nggak usah lihatin gue terus. Gue bukan barang pameran yang harus di lihatin?" hembusan nafas kasar Barey lakukan. Risih juga dia dilihatin pas lagi makan.

"Aku nggak bisa kalau disuruh ngalihin pandangan dari kamu." jawab Dipta santai dengan senyuman tampannya yang sayangnya terlihat jelek dimata Barey.

"Tapi gue mau makan. Dan lagi lo jelek, gak usah senyum."

"Ya sudah tinggal makan apa susahnya?" Dipta masih mempertahankan senyumannya.

"Gue nggak bisa makan kalau lo ngelihatin terus. Lagian lo ngapain disini?" tatapan tajam itu ia berikan pada Dipta.

"Aku rindu kamu." santai sekali.

"Gue nggak!" ketus Barey.

"Ketus banget jawabnya. Senyum dong, kamu itu manis kalau senyum Rey?" Dipta tidak tahu saja jika Barey telah menahan emosinya sejak tadi.

"Rey? Isshh mau gue tusuk mata lo pake garpu?" Barey mengancam dengan sebuah garpu ditangannya.

"Oke-oke. Serem banget kamu mainnya garpu." Dipta mundur sedikit menjauh. Dan akan menjadi hal baru buat Dipta membuat Barey kesal. Karena itu sangat menggemaskan dimatanya.

"Tumben lo sendirian mana Raka sama Pati, biasanya juga ngintil mulu mereka." Barey menanyakan keberadaan dua teman Dipta yang kata Nanda, mereka bertiga itu tidak bisa terpisahkan.

"Kenapa malah menanyakan mereka. Aku disini lho yang ada didepanmu?" Dipta pura-pura sedih. Plaaakk! suara pukulan tangan terdengar bersamaan dengan Dipta mengelus tangannya.

"Siapa yang ngijinin lo pegang kepala gue?" kesal Barey ketika Dipta mengangkat tangannya sebelum menyentuh kepala Barey.

"Nggak ada." jawab Dipta santai.

"Gara-gara lo nafsu makan gue jadi hilang!"

"Kok gitu? Padahal aku senang sekali bisa nemenin kamu makan sambil ngeliatin wajah kamu, bikin aku susah berpaling."

"Najis banget lo!" Barey bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh meninggalkan Dipta yang masih duduk disana. Bodo amat dengan makanannya yang masih banyak di atas meja. Barey hanya ingin cepat pergi dari sana.

"Hei anak manis nggak boleh mengumpat." teriak Dipta keras membuat seluruh orang yang berada di kantin memperhatikan.

Barey terus berjalan mengabaikan Dipta walau sebenarnya ia ingin mencekik pemuda itu dengan kedua tangannya sendiri karena sudah membuatnya malu. Sialan! Sialan! Sialan!

Blind Date (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang