CH 10

49 4 0
                                    

Mungkin bagi sebagian orang terutama cewek bisa jalan bersama Naradipta Jayendra itu sangat membahagiakan. Gimana tidak? udah ganteng, pintar, humble dengan semua orang, hobi mendaki ditambah Dipta itu tipe laki-laki setia. Banyak mahasiswi lain yang ngejar-ngejar Dipta ingin di jadikan pacar. Cewek mana yang tidak terpesona dengan aura seorang Naradipta Jayendra. Kok cewek, cowok saja juga banyak yang suka dengan Dipta. Anak ekonomi itu mempunyai pesona tersendiri. Tapi, tidak untuk Barey. Anak itu masih belum bisa membuka hatinya untuk Dipta. Bukan belum bisa tapi gengsinya yang terlalu besar.

Kalau ada yang bilang hari ini adalah hari yang sial, memang benar hari ini adalah hari sialnya Barey pikirnya. Acara menguntit Kiran dengan kekasihnya gagal. Yang seharusnya ia makan bersama Dhika malah justru terjebak duduk berdua di tempat makan bersama Dipta. Dhika meninggalkannya bersama Dipta dan memilih jalan sendiri dengan Caraka entah kemana, emang teman sialan ya seperti itu. Sebenarnya Barey ingin pergi dari tempat ini tapi eman juga dengan makanannya yang sudah di pesan nanti mubazir kalau tidak di makan. Barey ingat kata Mamanya tidak boleh menyia-nyiakan makanan dosa katanya. Apalagi mumpung Dipta yang bayar. Kata Nanda yang gratisan itu enak. Memang Bareynya saja kalau soal makanan paling cepat. Mana bisa dia nolak makanan.

"Makannya pelan-pelan sayang. Nggak akan ada yang minta kok." Dipta gemas melihat cara makan Barey yang seperti anak kecil.

Mungkin kalau ada orang yang melihat Barey makan seperti ini tidak akan ada yang percaya Barey sudah berumur 20 tahun, seorang mahasiswa ekonomi semester tiga.

"Lo manggil gue apa?" Barey ingin memastikan setelah menelan makananya sekali telan.

"Sayang?" Dipta mengulang kata sayang.

"Emang kita pacaran?"

"Ya kalau kamu mau sih ayo." dengan mengangkat satu alisnya Dipta menggoda Barey.

"Najis!"

"Mulut manismu itu harusnya buat ngeluarin kata-kata yang manis juga Rey, bukan kata kotor seperti itu."

"Serah gue dong mulut-mulut gue." Barey bodo amat. "Mau apa lo?" cegah Barey memundurkan wajahnya disaat Dipta mengulurkan tangannya kearah wajahnya.

"Diam saja." Dipta menarik tangan Barey kedepan dan dengan lembut membersihkan noda coklat pada sudut bibir Barey lalu mengarahkannya ke mulutnya sendiri untuk di jilat.

"Eh gila kok malah lo jilat sih itu kotor?" Barey kaget dengan apa yang Dipta lakukan.

"Kalau dari mulut kamu nggak ada yang kotor, Rey."

Barey tidak menanggapi ia hanya ingin cepat-cepat pergi dari sini agar bisa terlepas dari pemuda gila didepannya ini. Dipta benar-benar penggombal ulung.

Dilain tempat Dhika dan Caraka sedang makan berdua di restoran lain. Caraka ngajak pergi Dhika agar Dipta dan Barey punya waktu berdua.

"Kenapa tidak bareng saja sama Dibar?" tanya Dhika saat makanan mereka datang.

"Dibar siapa?" Caraka sedikit linglung.

"Dipta, Barey, bego. Lo pura-pura nggak tahu apa gimana?" Dhika kesal.

"Yee kirain gue Dibar yang lain?"

"Emang Dibar ada berapa?"

"Eciyeee ngedate nih?" Nanda entah datang dari mana ikutan gabung bersama keduanya.

"Ngedate pala lo!"

"Lha terus ini apa?"

"Kita tuh sengaja pisah sama Dipta dan Barey biar mereka semakin dekat begitu. Biar ada waktu ngobrol." kata Caraka.

Blind Date (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang