CH 17

60 7 0
                                    

Keesokan paginya Barey berangkat kuliah sangat pagi-pagi sekali. Entah kerasukan dewa dari mana ia bisa bangun pagi. Bahkan di kampuspun masih sedikit mahasiswa yang berlalu lalang. Jelas saja masih sepi sekarang ini masih jam 06.30. Sebenarnya bukan tanpa alasan Barey berangkat pagi karena ingin mengindari Dipta. Sebelumnya Dipta telah mengirimkan pesan akan menjemputnya untuk berangkat kuliah bersama. Bukannya Barey tidak mau hanya saja Barey malu dan canggung bertemu pemuda itu. Ayolah siapa yang tidak akan malu atau canggung setelah berciuman. Apalagi berciuman dengan orang yang dulu ditolaknya mentah-mentah.

Barey duduk santai di bangkunya sambil membaca buku yang ia keluarkan dari tasnya. Menunggu teman-teman sekelasnya yang lain berangkat. Saking asyiknya membaca buku, ia tidak menyadari sudah ada satu orang lagi yang duduk disebelahnya. Duduk dengan santai memperhatikan Barey dari samping.

"Rey?"

"Hmm." Barey hanya bergumam tanpa menoleh. Ia belum menyadari siapa yang duduk di sebelahnya. Dan beberapa detik berikutnya Barey menoleh cepat ke arah sampingnya.

"Dipta! B-bagaimana bisa lo ada disini? Tunggu, sejak kapan?" Barey sama sekali tidak menyadari kehadiran Dipta di sebelahnya.

"Kenapa berangkat duluan. Kan aku sudah bilang akan ku jemput kamu?" Dipta tidak menjawab justru menanyakan hal lain.

"I-itu..." kenapa dirinya jadi gugup begini.

"Itu apa?" Dipta mencondongkan wajahnya lebih dekat dengan Barey.

Barey yang kaget memundurkan wajahnya kebelakang. "Mbak Issa minta gue buat berangkat bareng. Gue kan udah bilang ke lo tadi?"

Dipta menyipitkan kedua matanya. Barey kikuk sendiri. Semoga kebohongannya tidak terdeteksi. "Tapi tadi kata mbak Issa, kamu berangkat sendiri ninggalin dia?"

"Ehh?" apa Dipta datang kerumahnya?

"Kamu nggak lagi nyembunyiin sesuatu kan?" Dipta terus mendekat.

"Nggak!" Barey memiringkan wajahnya kesamping karena wajah Dipta terlalu dekat. Bau parfum Dipta tercium jelas pada indra penciumannya. Sial!

"Jangan terlalu dekat, Dip." Barey mendorong bahu Dipta menjauh darinya.

"Kenapa?" Dipta menyesuaikan duduknya dengan benar.

"Lo nggak liat sekeliling apa?" Barey menyuruh Dipta melihat sekelilingnya yang sudah terdapat beberapa mahasiswa lainnya.

Dipta menghela nafas pelan memandang Barey yang sudah melihat kearah bukunya kembali. "Kamu nggak lagi ngehindari aku kan?"

"Hah? Ngehindar, siapa?" Barey mendongak melihat Dipta.

"Kamu ngehindari aku?"

"Kenapa gue ngehindari lo?"

"Ya mungkin kamu malu karena semalam kita sudah berciumann-mphh."

"Yak!" Barey membekap mulut Dipta dengan tangannya. "Bagaimana bisa lo ngomong tanpa beban gitu?" Kalau teman yang lain mendengar kan bisa malu. Apalagi beberapa ada yang terang-terangan memperhatikan.

"Lalu karena apa?" Dipta menurunkan tangan Barey dari mulutnya menggengamnya pelan sambil mendongak melihat Barey yang berdiri.

"Bukan karena apa-apa hanya ingin berangkat sendiri." Barey ya Barey tidak akan mengaku. "Pergi sana, lo ada jadwal pagi juga kan?"

Sebelum Dipta menjawab suara Dhika mengalihkan perhatian mereka.

"Ciyee ciyee apelnya pagi amat pak?" Dhika berjalan menghampiri keduanya bersama dengan Nanda dan Kiran.

"Tumben dedek berangkat pagi?" tanya Nanda penasaran.

"Ngehindari gue dia Nan."

"Lah kenapa?"

Blind Date (CHANBAEK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang