Barey memasuki kamar Dipta. Hal pertama yang Barey rasakan, ia berasa seperti berada di alam. Bagaimana tidak, kamar itu seluruh temboknya bergambar alam dan gunung tanpa ada sedikit tembok yang tak tergambar. Benar-benar menggambarkan pemiliknya sangat menyukai gunung. Kamar Dipta terlihat sangat besar lebih besar dari kamarnya. Tempat tidur king size, sofa panjang komplit dengan meja menghadap ke arah tv. Kamar mandi di pojok ruangan juga rak buku besar di sebelah lemari panjang besar yang ia yakini itu lemari pakaian. Disebelahnya ada lemari setengah persegi tingginya sepaha tapi Barey tidak bisa melihat apa isinya. Dan balkon kamar yang menghadap langsung ke jalan. Kamarnya saja tidak ada balkonnya.
"Kamu mandi dulu gih." suruh Dipta membuyarkan lamunan Barey.
"Hah?"
"Kamu kelihatan capek jadi kamu mandi dulu sana. Kamar mandinya ada disana." Dipta menunjuk kamar mandinya.
"Gue mau pulang aja, gue nggak bawa baju ganti."
"Kan nanti kita mau jalan. Pake bajuku dulu aja."
"Ogah kegedean lah. Badan lo gede tau." tolak Barey cemberut.
"Dari pada kamu terlihat capek begini. Jadi di buat mandi biar fresh. Udah sana mandi. Pilih aja sesuka kamu bajunya ada di lemari. Aku akan mandi di kamar mandi lain." Dipta keluar kamar meninggalkan Barey yang terbengong.
"Pilih saja sesuka kamu bajunya ada di lemari. Yang tuan rumah siapa sebenarnya?" Barey tetap berjalan kearah lemari dan membukanya.
Double takjub ini namanya. Didalam lemari itu semua pakaian Dipta tertata rapi disana. Yang terlipat di bagian kanan sendiri, juga yang tergantung di bagian kiri sendiri. Antara kaos, kemeja, celana, jas benar-benar terpisah. Lemarinya saja berantakan tak berbentuk tidak serapi ini. Barey baru tahu sisi lain Dipta, orangnya sangat rapi. Barey berjalan kesamping dimana lemari kecil sepaha dengan pintu kaca diatas. Barey sangat terpana dengan isinya dimana koleksi jam bermerk terkenal berada banyak disana. Tidak hanya jam tangan, bahkan sepatu bermerk juga banyak di lemari bawahnya.
Sekaya ini kah Dipta? Barey hanya tahu cerita dari Dhika dimana Dhika tahu dari Caraka jika Dipta sangat kaya. Barey sedikit belum percaya karena belum melihatnya sendiri tapi kali ini ia benar-benar percaya bahwa apa yang di katakan Dhika memang benar adanya. Barey mengambil kaos juga celana yang sedikit kecil ukurannya dan membawanya kedalam kamar mandi untuk ia berganti pakaian.
Beberapa menit berlalu Barey keluar dari kamar mandi melipat baju kotornya lalu ia letakan di atas meja sebelah tasnya. Barey keluar dari kamar dan turun untuk mencari keberadaan Dipta namun tetap tidak melihat Dipta sama sekali hanya menemukan Maya yang duduk di bangku taman belakang rumah sendirian sambil membaca majalah. Barey memberanikan diri untuk mendekati Maya.
"Bunda sedang apa?" tanya Barey setelah berada di samping Maya.
Maya menoleh kearah Barey berdiri. "Oh Barey kamu sudah selesai mandi. Ayo duduk sini?" Maya menggeser badanya untuk Barey bisa duduk.
"Iya Bunda terimakasih." Barey duduk disebelah Maya walau merasa canggung. Barey juga tidak tahu dari mana bunda Dipta tahu namanya padahal mereka belum kenalan.
"Jangan merasa canggung begitu bunda kan nggak gigit kamu." canda Maya.
"Ah maaf bunda." Barey menunduk malu.
"Apa yang di katakan Dipta benar ternyata, kamu sangat manis."
"Benarkah bunda?"
"Bunda gak bohong kamu memang sangat manis." kata Maya membuat Barey tersipu malu.
"Oh ya Dipta kemana bunda?" tanya Barey.
"Lagi keluar cuma sebentar kok nggak akan lama." jawab Maya seakan tahu Barey menunggunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Blind Date (CHANBAEK)
Fanfiction(On Going) Pertemuan Dipta dan Barey itu tidak disengaja. Barey tidak menyukai Dipta hanya karena kata 'cantik' keluar dari mulut Dipta saat memuji Barey dipertemuan pertama mereka. Ditambah keduanya di pertemukan lagi pada applikasi kencan buta yan...