tolong tandain kalau ada typo ya:)
..."Ini gue harus kemana?" tanya Nadira dengan nada bingung setelah panggilannya dengan Heksa terputus. Matanya sibuk menelusuri jalan di sekitar mobil, mencari-cari arah.
Keisya, yang duduk di kursi pengemudi, melirik sekilas ke arah temannya itu dan menjawab dengan tenang, "Pindah ke jok belakang aja, Nad." Dia yakin Heksa tidak akan berlama-lama di mobil. Paling tidak, setelah berbicara sebentar, Heksa pasti akan keluar lagi, atau begitulah yang dipikirkan olehnya.
Nadira tampak ragu sejenak. "Yakin?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada sedikit was-was.
"Iya," balas Keisya singkat. Dia tidak ingin membuang waktu dengan penjelasan yang panjang karena jujur saja rasanya cukup melelahkan setelah semalaman melewati tekanan begitu lama.
Nadira menarik nafas panjang sebelum mengangguk pelan. "Oke, gue pindah sekarang. Tuh, Heksa udah keliatan," ucapnya sambil mulai bergerak keluar dari kursi penumpang.
Pandangan Keisya segera beralih ke depan, mencari sosok Heksa yang mulai berjalan mendekat ke arah mobil. Dengan langkah pelan, Heksa terlihat mendekati mobil dengan wajah masih terlihat pucat. Ada sesuatu dalam ekspresinya yang membuat dada Keisya sesak hingga akhirnya dia memutuskan untuk memalingkan pandangan.
Nadira telah keluar dari kursi penumpang dan melambaikan tangan singkat ke arah Heksa sebelum masuk ke jok belakang. Dari sudut matanya, Keisya melihat temannya itu berusaha membuat dirinya nyaman, seolah ingin memastikan bahwa keberadaannya tidak akan mengganggu percakapan yang akan terjadi.
Heksa akhirnya mendekat, membuka pintu tanpa sapaan. Ketika dia masuk melalui pintu penumpang depan, kehadirannya langsung terasa bagi Keisya. Cowok itu duduk di sampingnya, menutup pintu dengan gerakan santai sebelum menoleh. Dia bisa merasakan dari sudut matanya saat pandangan Heksa sempat beralih ke arah belakang, mungkin agak bingung karena Nadira masih ada di tengah-tengah mereka.
"Kei, gue minta maaf soal tadi," ucap Heksa pelan yang terdengar jelas di telinga Keisya.
Tanpa menunggu respons, tangan pria itu perlahan meraih tangannya, menggenggamnya dengan lembut. Sentuhan itu bahkan terasa dingin namun sekaligus hangat, menimbulkan keheningan yang semakin dalam diantara mereka. Keisya bahkan hanya bisa menahan nafas, saat Heksa tiba-tiba mengecup punggung tangannya, memberikan usapan yang membuat jantungnya berdebar tak karuan.
"Gue nggak terbiasa dapet perhatian setulus itu," ucap Heksa dengan suara berat yang terasa jujur. "Makanya gue bingung gimana harus bereaksi," lanjutnya.
Keisya tetap diam, memilih untuk tidak memberikan respons terhadap perkataan Heksa. Rasa kesalnya masih belum sepenuhnya hilang. Kata-kata yang diucapkan Heksa sebelumnya terus berputar di pikirannya, menambah rasa enggan untuk memaafkan.
Tentu, Heksa yang memperhatikan perubahan pada wajah Keisya memilih untuk tidak menyerah begitu saja. Meski tidak mendapat respons, pria itu justru mengambil inisiatif lain dengan mendekatkan diri lagi ke arah Keisya, mengikis jarak mereka.
Kali ini, tangannya bergerak perlahan, menyentuh pipi Keisya dengan lembut. Mencoba memberikan sentuhan yang terasa hangat dan menenangkan, berusaha meluluhkan hati gadis yang bahkan tak menoleh kepadanya sekalipun. Dengan gerakan yang penuh perhatian, Heksa mulai mengusap pipi Keisya, memberikan isyarat bahwa ia tidak ingin memperpanjang ketegangan di antara mereka.
"Sayang, jangan marah," bisiknya dengan nada yang lembut, lalu dia mengecup pipi Keisya beberapa kali, berharap ciuman-ciuman kecil itu bisa menghapus kesal di hati Keisya.
Namun, suasana yang semula serius itu tiba-tiba pecah ketika suara Nadira terdengar dari jok belakang mobil. "Serius, kalian berdua kayak gini di depan gue?" tanyanya dengan nada datar namun penuh dengan nada tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate's Knot
General Fiction"Ayo pacaran, Kei," ajakan tak terduga itu meluncur dari mulut Heksa, membuat Keisya yang awalnya asyik bermain handphone mendongak, antara kaget dan bingung. Keisya yakin tidak salah dengar ketika melihat raut wajah Heksa yang begitu serius menatap...