tolong tandain kalau ada typo ya:)
...Puntung rokok yang ada di tangan Heksa sudah tinggal setengah. Matanya terasa berat, seolah-olah tertarik ke bawah oleh gravitasi yang semakin kuat. Dia berusaha mendengarkan penjelasan dari divisi perlengkapan yang masih berlanjut, tetapi pikirannya sudah melayang-layang, berkelana jauh dari ruangan itu.
Sementara tangannya mengutak-atik puntung rokok, sesekali dia memutar lehernya yang pegal. "Masukin gue ke grup besarnya aja deh, gue pantau dari sana," katanya, suaranya serak karena terlalu banyak bicara dan terlalu sedikit istirahat.
Dia menekan ujung rokoknya di asbak dengan sedikit tenaga, seakan itu bisa menghentikan kepenatannya. "Besok ada rapat sama anak Bakat Minat. Rector cup bakal langsung mulai begitu dekan cup rampung," lanjutnya, meskipun kepalanya sudah mulai berdenyut.
Setelah mengirimkan pesan suara tersebut kepada Jay, ketua pelaksana workshop, Heksa terduduk sejenak. Dia menatap layar laptopnya yang mulai kabur oleh rasa kantuk, lalu mengetik dengan cepat. Jarinya yang kaku bergerak dengan otomatis, terbiasa menari di atas keyboard, menulis pesan formal yang sudah seperti refleks baginya.
'Izin guys left duluan. Untuk semua transkrip per divisi udah gue terima dan review lengkap gue kirim besok ya. Sebagian yang udah gue kasih saran tadi tolong dipertimbangkan baik-baik. Semangat, kurang dikit lagi.'
Pesannya muncul dengan cepat di kolom chat, dan dia hampir bisa mendengar notifikasi berbunyi dari ponsel peserta lain. Tanggapan langsung bermunculan, terutama dari teman-teman BEM yang mengenalnya.
"Sa, thanks kehadirannya buat rapat kedua di hari ini. Semoga besok per divisi udah pada fix dan tinggal eksekusi persiapan akhir pelaksanaan workshop dua minggu lagi."
"Yoi. Silahkan dilanjutkan buat perlengkapan dan konsumsi. Maaf gue harus left dulu buat persiapan agenda selanjutnya," balas Heksa, menahan diri untuk tidak menguap di depan kamera.
"Apa bang?"
"Wih, mau ada acara apa kak?" Tanya seorang volunteer dengan antusias.
Heksa terkekeh pelan, lupa kalau yang mengikuti rapat bukan hanya anggota BEM saja. Suara tawa kecilnya terdengar berat, menunjukkan betapa lelahnya dia. "Udah guys, silahkan dilanjutkan. Gue izin left, selamat malam," tutupnya dengan nada yang lebih ringan sebelum menekan tombol 'leave meeting' di layar laptopnya.
Setelah meninggalkan meeting tersebut, Heksa bangkit dari tempat duduknya, meregangkan badannya yang pegal dengan gerakan perlahan. Langkahnya menuju kamar mandi terdengar berat, seolah setiap langkah memerlukan usaha lebih. Air dingin yang membasahi wajahnya sejenak membuatnya merasa lebih segar, namun hanya sementara.
Dia keluar dengan mengenakan pakaian santai, kaos oblong dan celana pendek, lalu merebahkan diri di atas kasur. Kasurnya terasa sangat nyaman, seolah-olah menariknya untuk segera tenggelam ke dalam tidur. Tapi Heksa masih belum bisa memejamkan mata. Satu tangannya menyangga kepala sementara tangan lainnya secara otomatis meraih ponsel di meja samping.
Tangannya menekan ikon aplikasi berwarna hitam, membuka media sosial yang menjadi hiburannya sekaligus sumber stresnya. Lima puluh notifikasi menunggu di ikon lonceng, dan Heksa hanya bisa mendesah pelan, tahu apa yang akan dia temukan di sana. Rasa penasaran mengalahkan rasa lelahnya, dan dia mulai membuka satu persatu balasan dari komentarnya yang kontroversial siang tadi.
|| @vesityfess Gosip!! Guys, I spotted Heksa sama Kania kayaknya lagi tengkar. Gue harap sih mereka bisa terus bareng, cocok banget mereka tuh menurut sender. Kania kelihatannya mau ngobrol tapi si Heksa juga sibuk. So, what do you think?
|| @bgskrheksa Sorry udah ngebuat keributan, jangan dijadikan contoh ya guys!! Dan juga, saya pribadi ingin menjelaskan bahwa hubungan saya dan Kania selama ini hanya sebatas teman, jadi tentu saja kita bisa terus berteman dengan baik. Thanks 🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate's Knot
Ficção Geral"Ayo pacaran, Kei," ajakan tak terduga itu meluncur dari mulut Heksa, membuat Keisya yang awalnya asyik bermain handphone mendongak, antara kaget dan bingung. Keisya yakin tidak salah dengar ketika melihat raut wajah Heksa yang begitu serius menatap...