40. butterfly era

1.2K 95 5
                                    

tolong tandain kalau ada typo ya:)
...

Suasana di ruang praktikum siang itu semakin panas. Mesin-mesin CNC berderit halus dan berputar konstan, mengeluarkan dengungan yang memenuhi ruangan. Bau logam yang terkikis bercampur dengan sisa asap dari proses pengelasan yang samar-samar terlihat di sudut ruangan. Lampu neon di langit-langit memancarkan cahaya putih keperakan, menerangi setiap sudut ruangan, membuat detail aktivitas terlihat jelas.

Di salah satu sudut, Heksa duduk di depan mesin bubut, mengenakan safety gear lengkap beserta helm pelindung yang menutupi hampir seluruh kepalanya. Kacamata yang digunakan menekan hidungnya, sementara sarung tangan tahan panas yang dia pakai sudah sedikit kotor karena pelumas. Tangannya cekatan, setiap gerakan jarinya presisi saat menyesuaikan posisi komponen logam yang sedang ia bubut. Suara dengung mesin di depannya terdengar konsisten, irama yang sudah Heksa kenal dengan baik.

Udara ruangan terasa berat dipenuhi energi tegang yang memancar dari para mahasiswa yang sibuk dengan proyek masing-masing. Heksa menoleh sesaat, menoleh kepada beberapa mahasiswa yang berdiri di sekitar mesin las, terlihat berdiskusi dengan serius, membandingkan hasil kerja mereka dengan instruksi dosen yang diberikan di awal sesi. Mereka berbicara dalam bisikan keras yang sulit didengar di tengah riuhnya mesin.

Heksa kembali fokus pada pekerjaannya setelah merasa waktunya masih panjang. Matanya tak lepas dari pisau bubut yang sedang memotong lapisan logam di depannya. Sesekali, ia mengusap keringat di dahi dengan lengan baju sebelum kembali menyesuaikan posisi tangan, memastikan komponen berputar sesuai spesifikasi. Setiap putaran dan gerakan jarinya penuh perhitungan, seolah waktu berjalan lambat demi memastikan tidak ada kesalahan. Ah, ruangan praktikum yang sesak ini sungguh seperti akan membunuhnya.

Di seberang, Heksa melirik Jay yang baru saja menyelesaikan pengukuran terakhir pada komponennya. Temannya itu tampak puas setelah mencatat hasil pengukuran di buku catatan praktikum dengan tulisan tangan yang cepat—yang sudah pasti berantakan, Heksa bisa jamin. Setelah itu, Jay menoleh ke arahnya yang masih sibuk, lalu melangkah mendekat dengan nafas yang tersengal karena udara semakin panas. Tidak ada yang tidak merasa begitu karena panas ruangan di siang hari kali ini seolah mencekik satu per satu diantara mereka semua.

Jay bersandar di meja kerjanya sambil menunggunya menyelesaikan langkah terakhir. Lalu mendadak, di tengah kebisingan ruangan ia membuka percakapan. "Lo beneran sama Keisya?"

Heksa yang saat itu sedang memeriksa kedalaman pengeboran pada benda kerjanya mengernyitkan dahi. Matanya tetap terpaku pada alat ukur mikrometer di tangan kirinya karena tidak begitu mendengar apa yang Jay katakan. Gerakan tangannya melambat, memastikan hasilnya sesuai dengan toleransi yang diminta dosen. Ia menoleh sedikit, sekadar memberikan perhatian sekilas pada Jay, namun jelas fokusnya belum terpecah. "Hah?" gumamnya, suaranya serak karena kelelahan.

Jay sedikit mendekat, mengulang pertanyaannya dengan suara lebih keras. "Beneran sama Keisya?"

Dan kali ini Heksa berhenti. Ia menaruh mikrometer ke meja di sampingnya, lalu menoleh penuh ke arah Jay. Nafasnya dihela panjang, matanya sedikit menyipit karena kelelahan, namun setelah itu senyum tipis tersungging di bibirnya yang kering. "Yakali gue lepas," jawabnya dengan nada santai, meski di balik tatapannya mungkin akan tersirat rasa bangga yang sulit disembunyikan.

Jay disampingnya mengangkat satu alis, seakan tak sepenuhnya percaya dengan jawaban itu. Temannya itu menyandarkan tubuh lebih nyaman ke meja, sambil melirik sekilas ke arah komponen yang sedang dia kerjakan. "Alah, mulai..." gumamnya, sambil mengeluarkan bunyi 'tsk' dari bibir.

Sementara itu, Heksa hanya mencebik sekilas sambil kembali memusatkan perhatian pada komponen logam di depan matanya. Tangannya kembali menggerakkan tuas mesin dengan hati-hati, memastikan setiap pergerakan berjalan mulus. Sesekali, ia melirik hasil potongan di bawah alat ukur profil untuk memastikan semuanya sesuai. Gerakannya lincah dan tenang, meski entah mengapa mendadak percakapan dengan Jay terlintas di pikirannya. Dia memang tidak ingin melepas Keisya.

Fate's Knot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang