20. hujan kedua

1.3K 85 3
                                    

tolong tandain kalau ada typo ya:)
...

Suara gemuruh hujan yang turun dengan deras masih terdengar jelas beberapa jam sebelum Keisya memutuskan untuk terlelap. Butiran air yang jatuh tanpa henti menciptakan simfoni alam yang menenangkan sekaligus menggetarkan. Hawa dingin khas hujan perlahan merayap masuk, membawa semilir angin yang menyentuh lembut kulit lengannya yang terbuka. Sensasi dingin itu membelai kulitnya, menciptakan sedikit gelenyar yang membuatnya semakin tenggelam dalam kenyamanan.

Tepat pukul sepuluh malam, Keisya terbangun dari tidur lelapnya. Kesadarannya perlahan kembali, namun tubuhnya masih terasa lemas dan berat. Dingin yang menyengat kulit membuatnya sedikit terdistraksi, menyadari bahwa dia sengaja tidak menyelimuti tubuhnya secara utuh. Meskipun enggan, dia memaksa tubuhnya untuk duduk, berusaha menyesuaikan diri dengan kesadaran yang perlahan merayap.

Dengan gerakan yang masih terasa kaku, Keisya turun dari kasur perlahan. Kakinya menyentuh lantai yang dingin, mengirimkan sengatan kecil ke seluruh tubuhnya. Dia berjalan menuju jendela kamarnya, menutupnya rapat-rapat untuk menghalau udara dingin yang terus menerobos masuk. Tangannya kemudian meraih gorden berwarna abu-abu putih, menariknya hingga menutupi seluruh permukaan kaca jendela, menciptakan sebuah pembatas antara dunia luar yang basah dan kamarnya yang hangat.

Setelah itu, dia mengambil remote air conditioner yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya. Jari-jarinya dengan cekatan menekan tombol, mengatur suhu hingga mencapai tujuh belas derajat. Sebuah pilihan yang mungkin terlalu rendah mengingat dinginnya malam itu, yang bisa saja membuatnya jatuh sakit.

Namun, Keisya tidak peduli. Dalam benaknya, selimut tebal yang dia miliki akan cukup untuk melindungi tubuhnya dari serangan udara dingin yang mulai menyengat kulit.

Baru saja Keisya hendak kembali ke pelukannya, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Suara itu membuatnya terjaga sepenuhnya, memaksanya untuk bangkit dari tempat tidur yang nyaman. Dengan langkah yang masih agak gontai, dia berjalan menuju rak pakaian dan meraih sebuah hoodie yang terbungkus rapi dalam plastik bening.

Ketika membuka pintu kamar, dia dikejutkan oleh kehadiran Asa, tetangga kosnya yang berdiri di depan pintu dengan senyum kecil tersungging di wajahnya. Keisya mengerjapkan mata beberapa kali, berusaha mengusir kantuk yang masih tersisa. Dia merasa bingung, karena yang dia harapkan adalah Heksa, bukan Asa.

"Kenapa Sa?" tanya Keisya dengan nada bingung. Wajahnya yang masih setengah mengantuk tidak bisa menyembunyikan kebingungannya.

"Ada cowok lo tuh di ruang tamu, masuk bareng gue tadi," jawab Asa santai.

Dan meskipun ada sedikit rasa tidak nyaman mendengar frasa 'cowok lo' keluar dari bibir Asa, Keisya memilih untuk tidak mengoreksinya. Dia hanya mengangguk pelan dan berkata, "Oh, oke. Makasih."

Setelah itu, Asa berlalu menuju lantai atas, sementara Keisya keluar dari kamarnya untuk menemui Heksa di ruang tamu. Langkahnya pelan namun pasti, membawanya melewati lorong kos yang remang-remang menuju ruang tamu yang terletak di bagian depan.

Saat kakinya telah mencapai ruang tamu, hal pertama yang menarik perhatian Keisya adalah punggung lebar Heksa. Cowok itu duduk membelakanginya di salah satu kursi, ditemani kepulan asap rokok yang berhembus di sekitarnya.

Aroma tembakau yang khas menguar di udara, bercampur dengan bau hujan yang masih terasa. Keisya berasumsi bahwa Heksa tidak langsung masuk ke dalam karena rokoknya. Sebuah gestur yang menunjukkan good manners hingga membuat senyum kecil muncul pada bibirnya.

"Heksa," sapa Keisya sambil berjalan mendekat. Dia kemudian duduk di kursi yang berada tepat di sebelah cowok itu. Jarak mereka cukup dekat hingga Keisya bisa mencium aroma parfum maskulin yang menguar dari tubuh Heksa, bercampur dengan bau rokok yang masih tersisa.

Fate's Knot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang