15. momen kedua [18+]

4.8K 123 8
                                    

Perjalanan sore itu berjalan lumayan lancar walaupun memang terhalang macet di beberapa titik. Memang saat itu masih weekday dan masuk jam-jam pulang kerja, jadi sudah sewajarnya hal itu terjadi. Jalanan Jakarta yang padat merayap dipenuhi kendaraan berbagai jenis, dari motor yang menyalip di sela-sela mobil hingga bus transjakarta yang melaju di jalur khususnya. Aroma asap knalpot bercampur dengan wangi hujan yang baru saja turun, menciptakan atmosfer khas kota metropolitan di sore hari.

Heksa menghembuskan napas lega ketika mobilnya telah berbelok memasuki kawasan apartemennya yang terletak di tengah kota. Gedung-gedung pencakar langit menjulang di sekitarnya, mencerminkan kemewahan dan gaya hidup urban. Dia memarkirkan mobilnya dengan hati-hati di antara deretan kendaraan lain yang terparkir rapi.

Sebelum turun, Heksa melirik sejenak ke arah kursi penumpang di sampingnya, dimana Keisya tertidur pulas.

Seperti biasa, Heksa meminta bantuan bellboy sambil menyelipkan beberapa lembar uang sebagai tips. Bellboy berseragam rapi itu dengan sigap mengambil alih barang belanjaan dari bagasi mobil. Selesai dengan itu, Heksa kembali ke sisi mobil dan membuka pintu penumpang dengan kehati-hatian, berusaha agar tidak mengganggu tidur Keisya.

Heksa berdiri sejenak, memandangi gadis yang sedang tertidur pulas itu. Rambut Keisya yang sedikit berantakan jatuh menutupi sebagian wajahnya, memberikan kesan natural yang entah mengapa membuat Heksa terpaku.

Tidak tega membangunkan, Heksa hanya meraih tangan kiri Keisya ke dalam genggamannya lalu mengelusnya pelan. Jarinya yang kasar bertemu dengan kulit halus Keisya, menciptakan kontras yang terasa menggelitik.

Dia menunduk, berniat melihat kuku yang Keisya buat, namun tatapan matanya malah jatuh kepada tangan mereka yang saat itu hampir seperti saling bertautan. Heksa membandingkan ukuran keduanya yang ternyata jauh berbeda namun terlihat menggemaskan. Tangannya yang besar dan kekar seolah melindungi jemari lentik Keisya.

Ada sekilas rasa senang yang hadir saat dia bisa dengan leluasa menggenggam tangan Keisya dalam genggamannya.

Heksa mengangkat tatapannya, memperhatikan wajah damai Keisya yang masih terlelap. Dia ragu sejenak, namun akhirnya memutuskan untuk membangunkan gadis itu. Dengan lembut, Heksa mengguncang pelan tangan Keisya di dalam genggamannya.

"Kei, bangun," ujarnya dengan suara pelan namun cukup jelas.

Keisya langsung terbangun dengan mudahnya, membuat Heksa sedikit terkejut. Refleks, dia segera mengurai sentuhan di antara mereka lalu mundur dan berdiri tegak di sisi mobil. Jantungnya berdegup sedikit lebih kencang, entah karena apa.

Keisya mengerjapkan matanya, berusaha menyesuaikan diri dengan cahaya senja yang menerobos masuk melalui jendela mobil. "Duh, maaf banget. Gue nggak kerasa kalau udah sampe. Lo nunggu lama?" tanya Keisya sambil melepas seatbelt, suaranya masih sedikit serak akibat baru bangun tidur.

"Baru aja sampai kok. Gak tega gue mau ngebangunin, lo keliatan pules banget," jawab Heksa. Matanya tidak pernah lepas, menatap dan memperhatikan gerak-gerik Keisya yang saat itu sedang melepas jepit rambut sehingga rambut panjangnya kembali tergerai bebas. Helaian hitam itu jatuh membingkai wajahnya dengan sempurna, membuat Heksa tanpa sadar menahan nafas sejenak.

Gadis itu terlihat... sangat menyenangkan dipandang. Perasaan aneh itu kembali muncul dan Heksa diam-diam mulai menikmatinya, meski ada sedikit rasa bersalah yang menggelitik hatinya.

"Maaf ya, ga enak banget gue," ucap Keisya sambil merapikan rambutnya dengan jemari.

"Santai aja," balas Heksa, berusaha terdengar sebiasa mungkin meski jantungnya masih berdebar tidak karuan.

Keisya akhirnya turun dengan tas berisi pakaian setelah penampilannya kembali rapi seperti semula. Heksa diam-diam merasa sedikit kecewa, karena menurutnya, rambut Keisya yang sedikit acak-acakan justru membuat gadis itu terlihat lebih menarik di matanya. Pikiran ini sedikit membuat Heksa resah, namun dia berusaha menepisnya.

Fate's Knot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang