tolong tandain kalau ada typo ya:)
...Jam sebelas malam, suasana pesta ulang tahun Revan semakin meriah. Dentuman musik menggetarkan udara, berpadu dengan celoteh riang para tamu yang memenuhi ruangan. Heksa baru saja mengantar Kinan ke depan rumah, di mana kakaknya sudah menunggu dengan wajah cemas. Matanya menyapu sekeliling ruangan, mencari sosok yang familiar di antara kerumunan. Akhirnya, dia menemukan Jay dan Nadira duduk di salah satu kursi di ujung ruangan, tampak asyik berbincang.
Tanpa ragu, Heksa melangkah mendekat, sepatunya berdecit pelan di atas lantai marmer yang mengkilap. Dia mengambil segelas cocktail berwarna keemasan dari nampan seorang pelayan yang baru saja melintas, lalu mendaratkan tubuhnya di kursi kosong di samping Jay.
"Udah acc nih konsumsi, langsung minta ke kakaknya Nadira," ucap Jay tiba-tiba, suaranya sedikit meninggi untuk mengalahkan riuhnya musik. Kata-katanya membuat Heksa hampir tersedak minumannya.
"Masih aja," desis Heksa sambil menggelengkan kepala, memutar bola matanya mendengar Jay yang ternyata baru saja membahas masalah konsumsi untuk acara workshop BEM dua minggu ke depan. Dia meletakkan gelasnya di meja, jemarinya mengetuk-ngetuk sisi gelas dengan ritme pelan.
"Kakak lo pegang cabang Nad?" tanya Heksa, matanya beralih ke Nadira yang duduk di seberangnya. Gadis itu langsung menggelengkan kepala, rambut hitamnya yang terurai bergoyang lembut.
"Kakak gue di direksi sih, bagian SDM," jelas Nadira, suaranya jernih meskipun harus bersaing dengan kebisingan di sekitar mereka. "Tapi udah acc kok, asal bisa masuk kantin pusat," tambahnya dengan senyum puas.
Heksa mengernyitkan keningnya, dahi berkerut dalam. "Bakal panjang gak sih itu masalahnya?" tanyanya, nada suaranya menyatakan kekhawatiran.
Nadira mengibaskan tangannya dengan santai, gelang-gelang di pergelangan tangannya berdenting pelan. "Kan ada yang kosong di sana, kata Jay dia bakal ajukan dulu ke Mawa biar prosesnya gampang."
"Dengan bantuan mas Heksa juga ya pastinya," tambah Jay, menepuk bahu Heksa ringan. Heksa hanya bisa geleng-geleng kepala, merasa terjebak dalam rencana yang tidak dia inginkan.
"Emang dikasih berapa kok sampai minta jatah kantin?" tanya Heksa penuh perhitungan, matanya menyipit curiga, berusaha memahami situasi yang lebih besar dari sekadar BEM.
Jay menegakkan tubuhnya, matanya berbinar penuh semangat. "Setiap event bakal ngasih selama satu semester, gimana?"
Heksa melebarkan matanya kaget, alisnya terangkat tinggi. "Beneran?"
Jay mengangguk mantap, sementara Nadira menyunggingkan senyum lebar, seolah sudah membayangkan semua keuntungan yang akan didapat.
"ACC deh, ntar gue urus," ucap Heksa akhirnya, mengangkat bahunya pasrah. Lalu, dengan nada menggoda, dia menambahkan, "Baik banget deh, Nad. Efek habis putus ya, bawaannya pengen sedekah?"
Nadira mendengus keras, matanya menatap tajam ke arah Heksa. Sementara itu, Jay memiringkan kepala, alisnya bertaut heran sambil menatap Nadira penuh selidik.
"Kok bisa putus? Kenapa nggak cerita sih, Nad?" tanya Jay, nada suaranya penuh keingintahuan.Heksa terkekeh, berusaha mencairkan suasana yang mulai terasa canggung. "Ya kenapa harus cerita anjir, kalian aja nggak deket-deket amat," celetuknya. "Gue denger dari Sava ya tadi, soalnya Revan tanya kenapa lo gak bawa plus one kesini."
Jay mengerutkan keningnya, tampak terkhianati. "Gue cerita ke dia, Sa, kalau gue putus," ucapnya. "Gue sering cerita ke Nadira ya sejak proposal konsumsi berkali-kali reject."
Kini, giliran Heksa yang terkejut, matanya membelalak lebar. "Putus? Sejak kapan?" tanyanya tidak percaya. Dari beberapa hal yang mengejutkan dalam pembicaraan mereka, kata putus dari mulut Jay membuat Heksa hampir meragukan pendengarannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate's Knot
General Fiction"Ayo pacaran, Kei," ajakan tak terduga itu meluncur dari mulut Heksa, membuat Keisya yang awalnya asyik bermain handphone mendongak, antara kaget dan bingung. Keisya yakin tidak salah dengar ketika melihat raut wajah Heksa yang begitu serius menatap...