9

1.5K 81 3
                                    

HAPPY READING
🌸
-
-
-

"Aku tidak menyangka kita bertemu di sini, kau akhir akhir ini susah sekali di ajak keluar, apa sesuatu telah terjadi?" Gadis dengan penampilan yang sangat glamor, gaun merah yang ketat memperlihatkan body yang di milikinya. Tak lupa dengan belahan dada yang rendah. Gadis itu adalah Kirana.

"Sudah ku bilang aku sibuk" jawab Maudy seperlunya, kemudian melanjutkan kegiatannya.

"Kamu tidak seperti biasanya Maudy, dan dengan siapa kamu datang kesini?" Tanya Kirana pemasaran, bahkan ia juga kesal melihat penampilan Maudy yang sangat cantik malam ini, biasanya gadis itu sering memakai rok panjang serta baju kebesarannya.

"Apakah penting menjawab pertanyaan mu?" Ujarnya tanpa melihat ke arah kiran.

"Hey aku hanya bertanya, kamu tidak perlu sejutek itu terhadapku, apakah kau lupa aku ini sahabatmu"

"Sahabat palsu" batin Maudy.

"Aku bersama suamiku"

"A-apa?" Kirana tampak terkejut mendengar jawaban yang di lontarkan Maudy.

"Kenapa?, apa ada yang salah?"kini Maudy balik bertanya.

"Tentu saja tidak, t-tapi bukankah kau membencinya"

"Kirana, dia suamiku mengapa aku harus membencinya?" Maudy kini sudah tidak berselera lagi memakan cake yang ada di sana. Bahkan kini rasa cake pun terasa tidak enak setelah melihat, wajah Kirana di depannya ini.

"Bukankah dulu kau tidak mencintainya?, kau juga dulu ingin bercerai dengannya!" Kini intonasi suara Kirana sedikit meninggi. Bahkan sebagian orang kini melirik ke arah mereka berdua.

"Kirana kau ini kenapa?"Maudy terheran, apa ada yang salah dengan perempuan ini.

Liam yang tidak jauh dari keberadaan Maudy pun, sekilas ia mendengar kata yang di lontarkan gadis berambut sepundak yang ia ketahui adalah teman Maudy saat itu.

"Bercerai?"

Saat melihat Maudy dan temannya itu kini hampir menjadi pusat perhatian, Liam perlahan melangkah mendekati mereka.

"Ada apa?"

Keduanya kini menoleh secara bersamaan.

"Oh tuan Liam, aku hanya bilang pada Maudy kalau dia tumben sekali datang bersama anda, setau saya dia tidak mau berdekatan dengan anda tuan, tapi saya sering memberi tahunya kalau-"

"Sejak kapan kau pandai bersandiwara Kirana?" Maudy tidak ingin Liam menjadi salah paham, hanya karena ulah wanita ular ini. "Oh atau memang selama ini kau sering bersandiwara di depan ku"

"Kirana aku tid-" belum selesai berbicara, ucapan Kirana terpotong
Saat Liam berkata..

"Pulang"

Nada yang di ucapkan terasa begitu menakutkan, saat di dengar oleh Maudy.

"Liam aku-"

Liam tanpa mau mendengar jawaban dari Maudy, lantas ia menarik paksa tangan Maudy, kemudian berjalan keluar dari pesta tersebut, tidak menghiraukan pemilik pesta yang memanggilnya.

Kini keduanya telah berada di depan milik mobil mereka. Bahkan liam menyuruh sang sopir untuk keluar, lalu menyuruhnya pulang menggunakan taksi, sang sopir hanya bisa pasrah atas perintah majikannya.

Liam dan Maudy kini berada di dalam mobil, Maudy melihat wajah Liam yang sedikit mengeras, tatapannya menyiratkan kemarahan di sana, jangan tanya Maudy takut atau tidak. Tentu saja takut, ia tidak pernah melihat Liam seperti ini.

Mobil yang di kendarai Liam benar benar melaju dengan cepat, Maudy yang pernah mengalami kematian di masalalunya mendadak menjadi was was. Bahkan ia kini berkeringat sebesar biji jagung. Ia trauma oleh sebuah kecepatan, yang mengingatkan pada kematiannya, nafasnya bahkan kini terasa sesak bahkan sangat sulit menghirup udara.

Liam tidak mengetahui apapun yang terjadi saat ini, ia di selimuti oleh kemarahannya, ia berpikir apakah Maudy begitu menginginkan perceraian selama ini?, apakah sifatnya yang berubah saat ini adalah kepalsuan?, sungguh Liam tidak pernah terima!.

Di saat ia tengah memikirkan hal tersebut, tiba tiba sebuah tangan yang terasa begitu dingin memegang tangan bagian kirinya.

Liam melirik ke samping lalu kemudian ia begitu terkejut.

CKITTTT....

Liam mendadak menginjak rem nya, apa yang terjadi?, Maudy saat ini terlihat begitu kacau.

"Li-am hentikan"

Liam menangkup kedua sisi pipi milik Maudy, bahkan ia mengusap keringat milik Maudy yang begitu banyak, sungguh ia tidak bisa melihatnya seperti ini. Apakah Maudy begitu ketakutan?.

"Maudy kau baik baik saja?" Tanya liam dengan raut wajah khawatirnya. Sedangkan Maudy kini berusaha menghirup nafasnya dengan rakus.

Tak lama kemudian Maudy mengeluarkan cairan beningnya, ia menangis dengan sesegukan.

"Hikss k-kau k-kena-paaa, kau seharusnya mendengarkan penjelasanku huuuu"Maudy menangis begitu meraung.

Liam sungguh tidak tega melihatnya, lantas ia memeluk erat tubuh Maudy saat ini' memeluk dan mengucap pelan punggung perempuan tersebut.

"Maafkan aku"ujar Liam dengan nada pelan.

Tidak merasakan respon apapun, Liam lantas melonggarkan pelukannya lalu melihat ke arah Maudy.

"Maudy?"

"Hey"Liam menepuk pelan pipi Maudy, namun tak kunjung merespon.

"Shit!"

Gadisnya pingsan ternyata, setelah ia mengguncang pelan tubuhnya.

Ia mengangkat tubuh Maudy kemudian, mendudukkannya di atas pangkuannya, Kini ia menjalankan kembali mobilnya menuju rumah sakit.

*****

"Bagaimana dok?" Tanya Liam sesaat setelah seorang dokter perempuan yang menangani Maudy keluar dari ruangan.

"Beliau sepertinya mengalami sebuah trauma, yang cukup besar sehingga mengakibatkannya menjadi seperti itu"

"Mungkinkah sebelumnya ada sesuatu hal yang telah terjadi?"tanya sang dokter.

Apa yang ia lewatkan selama ini, bahkan liam tidak tahu jika Maudy memiliki sebuah trauma, ia merutuki dirinya sebagai pria yang bodoh.

"Kalau begitu terimakasih " ujar Liam tanpa menjawab pertanyaan dokter barusan.

"Baiklah kalau begitu saya permisi, nanti saya akan meresepkan obat untuknya, sementara itu beliau harus banyak beristirahat dan jangan melakukan hal yang mengundang traumanya" ujar sang dokter kemudian melangkah pergi.

Liam memasuki ruangan yang di tempati Maudy, gadis itu terlihat menyedihkan sekarang, namun wajah cantiknya masih jelas terpancar.

"Apa yang sudah terjadi" Liam menggenggam erat tangan lemah Maudy saat ini, ia begitu merasa bersalah saat ini, sungguh.

"Maaf"

"Cepatlah sadar, aku menunggumu"ujar Liam kemudian mengusap pelan kepala Maudy dengan pelan.

Tanpa terasa setetes cairan bening meluncur di mata Liam, ia tidak berniat menyakiti Maudy saat itu.

Ia harus mencari tahu, apa penyebab Maudy memiliki trauma tersebut.

Kini Liam duduk sambil menunggu Maudy membuka matanya.

Tak berselang lama netra indah tersebut, perlahan terbuka.

"Liam"

"..."

VOTE, VOTE✓
TBC✓

Double up nih><
Komen lanjutt yaa

Sorry My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang