2

2.6K 118 3
                                    

HAPPY READING
🌸

-
-
-

Matahari terbit dari ufuk timur, di sebuah kasur yang besar dan empuk, terdapat seorang gadis cantik yang masih memejamkan matanya. Tanpa tahu jika terdapat seseorang yang telah hampir lama menunggu ia membuka netra indahnya.

Kicauan burung serta ayam yang sudah berkokok tidak mengusik ketenangan gadis itu, ini bahkan sudah pukul tujuh pagi.

Perlahan mata itu terbuka, mengerjapkan matanya, memfokuskan penglihatan yang sedikit buram.

Netranya mengamati tempat di sekitarnya, tunggu!. Bukankah seharusnya ia sudah ada di akhirat?, lalu mengapa sekarang ia seperti berada di sebuah kamar, dan... Ini kamarnya!!.

Sebuah usapan tangan di kepalanya, menyadarkan ia dari segala keterkejutannya, ia menoleh ke sebelah kanan, begitu terkejutnya ia melihat suaminya ada di sisi tempat tidurnya!.

"Kau sudah bangun" Suaranya yang pelan, wajah yang datar, namun sorot mata yang saat ini menatapnya teduh.

Maudy terlihat mengerutkan kedua alisnya, bingung dengan kejadian yang  saat ini di alaminya, namun pria di samping Maudy malah salah mengartikan. Ia berpikir Maudy akan marah karena ia telah mengusap kepalanya, akhirnya ia memilih keluar kamar.

Melihat kepergian pria tersebut, Maudy berpikir kembali" Astaga, apa yang sudah terjadi" guman Maudy.

"Apakah aku bermimpi?, namun rasanya tidak, bukankah aku tertabrak?, tetapi saat ini tubuhku tidak merasakan sakit apapun, terkecuali hanya lemas seperti habis terserang demam" Berbagai pertanyaan keluar dari pikiran Maudy. Ia perlahan mendudukkan tubuhnya.

Tak lama kemudian pintu kamar kembali terbuka, seorang perempuan yang sudah berumur kini masuk sambil membawa sebuah nampan berisi makanan. Itu adalah bi Irma, pelayan yang telah mengabdi lama pada rumah ini.

"Nyonya, tuan memerintakan saya membawa makanan untuk anda"ujarnya sambil meletakkan nampan tersebut di atas nakas.

"B-bi Irma?"

"Iya nyonya, ada yang ingin anda perlukan?"tanyanya dengan penuh perhatian, oh bi Irma ini memiliki sisi keibuan asal kalian tahu. Ya tentu saja umurnya saja sudah lima puluh enam tahun, di sini bi Irma sudah menganggap majikannya ini seperti anak kandungnya sendiri.

"Aku ingin cermin, tolong ambilkan" Meskipun heran dengan permintaan sang nyonya, bi Irma tetap menuruti keinginannya, ia mengambil cermin yang berada di meja rias, lalu memberikannya.

"Sungguh?, ini adalah wajahku!, bahkan tidak ada luka yang terlihat sedikitpun" Batin maudy saat bercermin.

"Tanggal dan tahun berapa sekarang?" Tanya nya.

"Kenapa nyonya menanyakan tanggal dan tahun?"

"CK!, jawab saja" Ucap Maudy tidak sabar mendengar jawaban dari pelayan tersebut.

"Sekarang tanggal sebelas, bulan Agustus tahun dua ribu dua puluh tiga, nyonya"

Apa!! Benarkah?! Itu berarti ini adalah 7 bulan pernikahannya dengan suaminya, dan di saat itu ketika ia terserang demam karena faktor cuaca.

"Benarkah? Sungguh?!" Tanya Maudy memastikan.

"Tentu saja, nyonya" Meskipun merasa aneh, namun pelayan tersebut tetap menjawab.

Sungguh mendengarnya membuat perasaan hati Maudy membuncah seketika, tuhan benar benar memberikannya kesempatan kedua, ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Ia akan memberikan sepenuhmya rasa cintanya ini, hidupnya ini, hanya untuk suaminya.

"Berikan makanan itu kepadaku bi" Maudy mengambil piring berisikan nasi dan lauknya itu, kemudian melahap makanannya dengan wajah ceria.

"Astaga!! Benarkah ini nyonya? Jarang sekali memperlihatkan raut wajah yang begitu ceria!" Batin pelayan tersebut

*****

Liam Sakya Valentino, direktur PT VL Company. Laki laki berusia dua puluh tujuh tahun, tinggi badan 187 cm, badan yang tegap dengan otot otot di bagian tertentu, rahang yang tegas, wajah yang tampan, hidung mancung, mata berwarna hitam legam, kulit yang tidak terlalu putih sangat cocok untuk diri Liam, tuhan sepertinya menciptakan diri Liam dalam suasana hati yang bahagia. Terlihat pahatan rupawan yang sepertinya sangat hati hati ketika di ciptakan.

Anak tunggal dari pasangan Azhar darma Valentino, dan Silviana Prianti. Kedua pasangan yang saling mencintai menghasilkan buah hati dengan hadirnya Liam dalam hidup mereka. Mau tidak mau Liam pada akhirnya menjadi ahli waris satu satunya. Kini perusahaan Valentino tengah berganti kepemimpinan dari kakeknya, Bahri Fero Valentino. Kemudian Azhar lalu sekarang Liam. Telah banyak kesuksesan yang di raihnya selama ini, hingga membuat perusahaannya masuk dalam jajaran 3 besar di Indonesia.

Pria itu saat ini tengah berada di dalam ruang kerjanya, berkutat dengan laptop di temani dengan setumpuk kertas, ia tidak pergi ke kantor, karena istrinya semalam terkena demam akibat faktor iklim, istrinya itu mempunyai tubuh yang sensitif. Ia tidak bisa berfikir jernih bila terjadi sesuatu terhadap istrinya itu. Liam ini tipikal orang orang cuek padahal perhatian.

Drtt...drtt...

Nampak ponsel pria itu bergetar, tak lama ia mengangkatnya.

"Hm?"

"Tuan, ada sesuatu penting terjadi!"

"Katakan"

"Manajer keuangan baru saja menggelapkan dana dengan jumlah yang begitu banyak" Ujar suara di seberang sana yang di ketahui itu adalah asistennya, Dion Samuel.

"Kurang ajar!, Kau urus bajingan itu, sisanya aku yang turun tangan"

"Baik"

Tutt..tutt..

Liam tampak menghela nafasnya dengan berat, sungguh melelahkan menjadi direktur perusahaan, bolehkah ia jadi gelandangan saja?, tentu saja tidak!. Ia tidak ingin hidup istri dan calon anaknya menjadi serba kekurangan nanti.

Tunggu, apa? calon anak ya... Apakah istrinya itu bersedia mengandung darah dagingnya sendiri, melihat hubungan mereka terlihat seperti orang asing yang hidup di satu atap.

Di lain sisi Maudy tengah berada di dapur saat ini, ia sudah mandi sejak tadi, saat ini ia ingin membuatkan sesuatu untuk suaminya yang tengah berada di ruang kerjanya, ia sudah bertanya kepada pelayan menanyakan keberadaan suaminya, ternyata ia tidak pergi mengantor. Akhirnya ia inisiatif ingin membuatkan sesuatu untuknya.

Para pelayan di buat kebingungan, karena nyonya mereka itu sangat jarang menginjakan kakinya di dapur.

"Nyo-nyonya biarkan saya saja yang membuatnya" Salah satu pelayan tampak ketakutan, takut terjadi sesuatu terhadap nyonya mereka, apalagi nyonya nya itu baru pulih dari demamnya, karena itu bisa membuat singa yang tenang malah meraung marah.

"Haiss, diamlah!"

"Aku ingin membuat minuman dan sandwich untuk suamiku" Maudy tampak tenang mengucapkan kalimat tersebut, tanpa tahu itu membuat para pelayan melotot saking terkejut mendengar nya.

Selama ini nyonya nya itu terkenal akan sifatnya yang kejam, tanpa perhatian terhadap sekitar, bahkan terlihat tidak sudi jika berhadapan dengan suaminya. Tapi sekarang apa?, apa nyonya nya itu terkena lemparan baskom sehingga otaknya menjadi aneh.

Beberapa saat kemudian, sesuatu yang telah di buat Maudy kini selesai. Sandwich berisikan daging dan sayur dengan di temani secangkir cappuccino, perpaduan yang sempurna.

Perfect!, saatnya mendekati suami tercinta...

Maudy melangkah pergi, meninggalkan dapur.

VOTE✓
TBC✓

Sorry My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang