0.8

340 37 0
                                    

Ricky duduk di ruang tamu yang hangat dan nyaman, matanya menatap ibunya dengan ragu. "Ibu, apa Ibu benar-benar yakin dengan keputusan ini? Menikah lagi?" tanyanya sekali lagi, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Nyonya Shim, yang sedang menyiapkan teh di dapur kecilnya, berhenti sejenak. Dia menyadari betapa seriusnya pertanyaan putranya itu. Mengambil napas dalam-dalam, dia berjalan mendekat dan duduk di sebelah Ricky, menatap wajah putranya yang penuh keraguan.

"Ricky, aku mengerti kekhawatiranmu," katanya dengan lembut. "Tapi aku sudah memikirkan ini dengan sangat matang. Aku merasa ini adalah langkah yang tepat untuk kita berdua."

Ricky termenung, menatap lantai dengan pikiran yang berputar. Dia takut kasih sayang dan perhatian ibunya akan terbagi dengan Gyuvin dan Tuan Kim. Selama ini, ibunya adalah satu-satunya orang yang selalu ada untuknya, memberikan cinta dan perhatian tanpa batas. Apa yang akan terjadi jika kasih sayang itu harus dibagi?

Nyonya Shim menyadari ekspresi putranya dan seolah memahami apa yang Ricky pikirkan. Dia menyentuh pipi Ricky dengan lembut, membuat Ricky mengangkat wajahnya dan menatap mata ibunya. "Ricky," kata Nyonya Shim dengan senyum hangat, "Meskipun Ibu menikah lagi, kasih sayang Ibu untukmu tidak akan berkurang sedikit pun. Kamu selalu menjadi prioritas Ibu, dan itu tidak akan pernah berubah."

Ricky terdiam, merenungi kata-kata ibunya. Dia tahu ibunya telah berjuang sendirian selama bertahun-tahun, tanpa keluarga dan kasih sayang yang cukup. Mungkin dengan hadirnya keluarga baru ini, ibunya akan lebih bahagia dan tidak merasa sendirian lagi. Meskipun ia hampir setuju dengan ide tersebut, bayangan wajah mengesalkan Gyuvin tiba-tiba muncul di pikirannya.

Ia mengerutkan wajahnya, merasa kesal. "Tapi, kenapa harus ayahnya Gyuvin? Kenapa tidak orang lain saja? Gyuvin itu sangat menyebalkan," keluh Ricky, masih merasa tidak nyaman dengan ide tersebut.

Nyonya Shim tertawa kecil, mencoba meredakan ketegangan. "Gyuvin sebenarnya anak yang baik, Ricky. Mungkin dia terlihat menyebalkan sekarang, tapi aku yakin kalian bisa menjadi lebih akrab di masa depan. Kadang-kadang, orang yang tampak menyebalkan pada awalnya bisa menjadi teman terbaik kita."

Ricky menghela napas panjang, mencoba menerima penjelasan ibunya. Meski sulit, dia tahu ibunya hanya ingin yang terbaik untuk mereka berdua. Dengan berat hati, dia mengangguk dan tersenyum sedikit. "Baiklah, Ibu. Aku akan mencoba menerima ini."

Nyonya Shim tersenyum penuh rasa syukur dan memeluk Ricky erat. "Terima kasih, sayang. Ibu sangat berterima kasih karena kamu mau mencoba menerima ini. Semuanya akan baik-baik saja, aku janji."

Ricky merasakan kehangatan dan ketulusan dalam pelukan ibunya, sedikit meredakan kekhawatirannya. Meski bayangan Gyuvin masih menghantui pikirannya, ia tahu bahwa dukungan dan cinta ibunya akan selalu ada untuknya. Dan mungkin, hanya mungkin, ia dan Gyuvin bisa menemukan cara untuk menjadi lebih dari sekedar musuh di masa depan.

•••

Ricky sedang menikmati hisapan nikotin yang adiktif di gang sempit dekat minimarket tempat ia membeli rokoknya tadi. Dengan cerdiknya, ia berhasil memperdaya petugas toko menggunakan identitas palsu dan beberapa tambahan kecil untuk terlihat lebih dewasa. Saat asap rokok mengepul di udara, Ricky menatap langit biru yang cerah di antara sempitnya langit-langit gang di sana.

Namun, suasana santainya terganggu ketika ia merasakan bahunya ditarik keras. Sebelum ia bisa bereaksi, tubuhnya didorong dengan kasar ke tembok bata yang dingin. Ricky mencoba melawan, tetapi kekuatan di balik genggaman kerah bajunya terlalu kuat. Ketika ia menoleh, ia melihat wajah tertetuk Kim Gyuvin, temannya di sekolah, menatapnya dengan penuh kebencian.

"Kau, Sialan! Bagaimana bisa ayahku dan ibumu akan segera menikah?" Gyuvin mendesis, suaranya penuh amarah dan ketidakpercayaan. Tatapan matanya yang tajam menembus langsung ke dalam mata Ricky.

Sudut bibir Ricky terangkat, membentuk seringai yang terhibur dengan reaksi Gyuvin barusan. Ia menghisap batang rokoknya dalam-dalam, lalu meniupkan asapnya ke wajah Gyuvin yang sedang marah. Gyuvin mengernyitkan wajahnya, berusaha menghindari asap yang menyengat matanya, kemudian berdecak kesal sebelum akhirnya melepaskan genggamannya pada kerah Ricky.

"Aku akan menunggumu di restoran nanti malam. Sampai jumpa lagi, adikku," ucap Ricky dengan nada remeh dan menantang. Ia berbalik, melangkah santai meninggalkan Gyuvin, dan dengan gaya acuh tak acuh membuang batang rokoknya ke tanah, menginjaknya untuk memadamkan api yang tersisa.

Gyuvin hanya bisa menghela napas beratnya, rasa frustrasi memenuhi dadanya. Ia mengacak-acak rambutnya dengan gusar, merasa tak berdaya menghadapi situasi yang tidak diinginkannya. Dalam kemarahannya, ia menendang tempat sampah di dekatnya, membuatnya terjungkal dan isinya berantakan di jalan.

"Sialan, kau Ricky!" teriaknya, namun Ricky sudah jauh meninggalkannya, tidak peduli pada ledakan emosi Gyuvin.

Gyuvin berdiri di sana, mencoba menenangkan diri. Ia tahu bahwa situasi ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Pernikahan antara ayahnya dan ibu Ricky akan segera terjadi, dan itu berarti mereka harus hidup di bawah satu atap. Pikiran tentang berbagi ruang dengan orang yang ia benci membuat Gyuvin merasa muak.

•••

Malam yang tenang dan berangin menyelimuti kota, membuat suasana terasa lebih intim di restoran mewah yang mereka datangi. Gyuvin duduk dengan resah di sebelah ayahnya di ruang VIP restoran itu, tangan dan kakinya bergerak gelisah di bawah meja. Dia merasa canggung, tidak tahu harus berbuat apa atau bagaimana harus bersikap dalam pertemuan keluarga yang begitu penting ini.

"Ayah, aku tidak tahu harus bagaimana," bisik Gyuvin, menatap wajah ayahnya dengan kekhawatiran.

Tuan Kim menepuk pundak putranya dengan lembut, mencoba menenangkan. "Jangan khawatir, Gyuvin. Semuanya akan baik-baik saja. Kita hanya perlu bersikap ramah dan terbuka. Mrs. Shim dan Ricky adalah orang yang baik, kau akan melihatnya."

Tak lama kemudian, pintu ruang VIP terbuka, memperlihatkan Nyonya Shim dan Ricky yang baru tiba. Gyuvin terpaku sesaat, matanya tidak bisa lepas dari sosok Ricky yang tampak berbeda malam ini. Ricky mengenakan pakaian rapi dengan dandanan yang menambah ketampanannya, membuatnya terlihat lebih menawan daripada biasanya. Gyuvin menelan ludah, merasa gugup tanpa alasan yang jelas.

Ricky memandang Gyuvin dengan tatapan aneh, menyadarkan Gyuvin dari lamunannya. "Apa yang kau lihat?" bisiknya, alisnya terangkat penuh tanda tanya.

Gyuvin menggeleng cepat, mengalihkan pandangannya dengan malu. "Tidak, tidak ada," jawabnya singkat, mencoba menyembunyikan rasa kikuknya.

Mereka duduk di meja makan yang telah disiapkan dengan indah, dengan hidangan mewah yang menggugah selera. Gyuvin dan Ricky duduk bersebelahan, keduanya merasa sedikit canggung namun berusaha untuk tetap tenang. Percakapan antara orang tua mereka mengalir dengan mudah, membahas berbagai topik dengan ramah dan hangat.

Gyuvin mencuri pandang ke arah Ricky sesekali, masih merasa bingung dengan perasaannya. Ricky, di sisi lain, tampak lebih tenang namun tidak bisa mengabaikan kehadiran Gyuvin di sebelahnya.

To Be Continued...

- 26.07.2024 -

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang