1.6

342 38 0
                                    

Pagi itu, suasana kamar tidur dipenuhi dengan kebisingan ketika Ricky, yang baru saja selesai mandi, berusaha membangunkan Gyuvin yang sulit diganggu. Ricky, hanya mengenakan celana bokser sambil mengusap rambut basahnya, mengguncang tubuh Gyuvin dengan penuh usaha, tetapi Gyuvin tetap tampak tidak bergerak.

Dalam ketidaksadarannya, Gyuvin menarik lengan Ricky dengan kuat, menariknya jatuh ke atas ranjang. Ricky terkejut saat tubuhnya terjatuh dan didekap erat oleh Gyuvin. Mereka berhadapan dengan jarak yang sangat dekat, dan Ricky dapat merasakan detak jantungnya meningkat saat wajah mereka begitu dekat. Ricky memandang wajah Gyuvin yang tampak sangat menawan meskipun masih terlelap. Tangan hangat Gyuvin yang menyentuh punggung telanjangnya membuat Ricky merasa berdebar, tetapi ia cepat-cepat mengusir perasaan tersebut agar tidak terlambat ke sekolah.

Dengan penuh kehati-hatian, Ricky melepaskan diri dari pelukan Gyuvin dan cepat-cepat menutup wajah Gyuvin dengan bantal. Gyuvin merasa napasnya terhalang dan terbangun dengan terkejut, wajahnya muncul dari balik bantal dengan ekspresi bingung.

"Ricky! Apa kau berniat membunuhku untuk warisan?" seru Gyuvin dengan nada setengah marah, tetapi suaranya masih terdengar serak karena baru bangun.

Ricky hanya mengerutkan kening dan mengabaikan pertanyaan Gyuvin. "Cepat mandi atau kau akan terlambat. Ayah dan Ibu menunggu di bawah untuk sarapan."

Tanpa memberi kesempatan pada Gyuvin untuk merespons lebih jauh, Ricky melemparkan handuk yang baru saja dipakainya ke wajah Gyuvin. Handuk itu jatuh menutupi wajah Gyuvin, dan Gyuvin memungutnya dengan tatapan malas, masih meraba-raba untuk sepenuhnya sadar dari tidur.

Ricky berdiri di samping ranjang dengan ekspresi yang tidak sabar, menunggu Gyuvin untuk beranjak dari tempat tidur dan siap untuk berangkat ke sekolah. "Jangan cuma berguling di tempat tidur. Kita benar-benar terlambat kalau terus begini," katanya dengan nada sedikit mengeluh.

Gyuvin akhirnya bangkit dengan malas, menggosok matanya dan memandang Ricky dengan tatapan campur aduk antara frustrasi dan keheranan.

Gyuvin menghela napas, akhirnya memahami maksud Ricky. "Oke, oke. Aku akan mandi sekarang. Berhentilah menatapku seperti itu."

Ricky tersenyum puas dan keluar dari kamar untuk menunggu Gyuvin di luar. Sementara itu, Gyuvin mengerang pelan, bersiap untuk memulai hari dengan secepat mungkin.

Di perjalanan menuju sekolah, suasana di dalam bis terasa tenang kecuali untuk Gyuvin yang tampak memikirkan sesuatu dengan serius. Ricky duduk di kursi samping, menatap pemandangan di luar jendela dengan tatapan malas. Gyuvin akhirnya memecah keheningan dengan mengalihkan perhatiannya pada Ricky.

"Ricky, aku perlu memberitahumu sesuatu," kata Gyuvin, suaranya serius. "Gunwook dan Junhyeon akan datang ke rumah kita nanti sore. Mereka berencana main di rumah sampai malam."

Ricky menoleh dengan sedikit bingung. "Oh? Dan apa yang aku harus lakukan dengan itu?"

Gyuvin menatap Ricky dengan intensitas yang membuat Ricky merasa tidak nyaman. "Aku minta tolong padamu untuk tidak pulang ke rumah setelah sekolah nanti, setidaknya sampai malam nanti."

Ricky mengerutkan dahinya. "Kenapa aku harus keluar dari rumah? Bukankah aku bisa saja bersembunyi di kamar?"

Gyuvin menggelengkan kepala dengan cepat. "Tidak, Ricky. Aku tahu kalau Gunwook dan Junhyeon pasti akan masuk ke kamar. Mereka sangat penasaran dan tidak akan berhenti sampai mereka memeriksa setiap sudut rumah."

Ricky menghela napas, merasa frustasi. "Tapi bagaimana dengan ranjang dan barang-barangku? Mereka pasti akan bertanya tentang itu."

Gyuvin mengangkat bahu. "Semua itu akan baik-baik saja asal kau tidak ada di rumah, jadi mereka tidak akan mencurigai apa pun."

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang