Gyuvin terbangun lebih awal dari biasanya pagi itu. Suasana rumah terasa hening, tidak ada suara apapun kecuali gemerisik angin dari luar jendela. Hanya mereka berdua saja di rumah pagi ini, dan meskipun Gyuvin menikmati keheningan itu, ada sesuatu yang terasa aneh. Biasanya, Ricky akan bangun lebih dulu, menyibukkan diri dengan aktivitas pagi harian mereka, namun pagi ini, Ricky masih terbaring diam di tempat tidur, membelakanginya.
Setelah bangkit dari tempat tidur, Gyuvin menuju kamar mandi, tidak menghiraukan Ricky yang masih tertidur. Pikirannya sudah tertuju pada rutinitas sekolah, dan setelah selesai mandi serta mengenakan seragamnya, ia kembali ke kamar, berharap Ricky sudah bangun. Namun, ketika ia kembali, Ricky masih dalam posisi yang sama, punggungnya tetap menghadap ke arah Gyuvin.
"Ricky, bangun," seru Gyuvin sembari memasang dasi seragamnya. Suaranya tidak terlalu keras, cukup untuk membangunkan Ricky jika ia hanya tertidur nyenyak. Tapi tidak ada jawaban.
Gyuvin berhenti sejenak, melirik ke arah tempat tidur. Ini tidak seperti Ricky, pikirnya. Ia memanggil sekali lagi, kali ini sedikit lebih keras, "Ricky, ayo bangun! Kau bisa terlambat."
Masih tidak ada respon. Kecemasan mulai merayap dalam hati Gyuvin. Ia melangkah mendekat, duduk di tepi tempat tidur dan menggoyangkan bahu Ricky. "Hei, bangun."
Saat itu, Gyuvin merasakan sesuatu yang aneh. Suhu tubuh Ricky terasa sangat panas, jauh lebih panas dari biasanya. Panik mulai menguasai dirinya. Ia membalik tubuh Ricky perlahan, memposisikannya telentang, dan saat itu juga ia melihat wajah Ricky yang merah padam, keringat mengalir di dahi dan lehernya. Mata Ricky tertutup rapat, nafasnya berat dan tidak beraturan.
"Ricky..." suara Gyuvin melemah, antara kaget dan khawatir. Ricky masih tidak sadarkan diri, dan itu membuat jantung Gyuvin berdegup semakin kencang. Sepertinya penyebab demamnya kali ini adalah karena cuaca dingin di pinggir Sungai Han tempat ia menghabiskan malam berdua bersama Jeonghyeon. Atau karena cipratan dari genangan air tadi malam.
Tanpa pikir panjang, Gyuvin meninggalkan tempat tidur dan berlari ke kamar mandi, mencari handuk dan baskom. Ia mengisi baskom dengan air hangat dan kembali ke kamar dengan cepat. Dalam kepanikan, ia menaruh baskom di atas meja kecil di samping tempat tidur, merendam handuk ke dalam air, lalu memerasnya hingga setengah kering.
Dengan hati-hati, Gyuvin mulai membuka kancing piyama Ricky, satu per satu, hingga tubuh Ricky yang panas itu terekspos. Tangan Gyuvin sedikit gemetar, namun ia mencoba tetap tenang. Ia menatap wajah Ricky yang masih tertidur, keringat mengalir di pelipisnya.
Gyuvin mulai mengompres tubuh Ricky, mengusap leher, dada, dan lengan dengan lembut menggunakan handuk hangat. Setiap sentuhan penuh perhatian, seolah-olah ia takut menyakiti Ricky yang terlihat sangat lemah. Ia terus mengusap dengan sabar, menggantikan handuk setiap kali suhunya turun. Ricky hanya bisa bernapas berat, tetapi perlahan matanya mulai terbuka. Pandangannya kabur, namun ia bisa merasakan kehadiran Gyuvin di sampingnya.
"Gyuvin...?" suara Ricky serak, hampir tidak terdengar.
"Shh... tidak apa-apa," Gyuvin menenangkan, tersenyum tipis meskipun rasa khawatir masih mencengkeram hatinya. "Kau demam tinggi, biarkan aku merawatmu."
Ricky tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya bisa mengangguk lemah, membiarkan Gyuvin terus membasuh tubuhnya dengan lembut. Meskipun tubuhnya terasa sangat lemah, ada sesuatu yang menenangkan dalam cara Gyuvin merawatnya. Sentuhan Gyuvin yang lembut membuatnya merasa aman, dan ia menyerah pada perasaan itu, membiarkan matanya kembali terpejam.
Setelah beberapa saat, Gyuvin menyelesaikan tugasnya. Ia menuntun Ricky untuk berbaring kembali, memastikan tubuhnya terlindungi dengan selimut yang cukup tebal. "Coba tidur lagi. Aku akan tetap di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡
FanfictionGyuvin tidak menyangka kalau orang sangat ia benci akan menjadi kakak tirinya. Kim Gyuvin ♡ Ricky ♡Gyuicky/Shimkongz♡ ZEROBASEONE ZB1 🪐 • Start : 24.07.2024 • Finish : ©itsmyhalluniverse2024