2.8

268 24 0
                                    

Ricky sedang merapikan buku-buku di meja belajarnya ketika tiba-tiba matanya tertuju pada tumpukan kertas ujian lama milik Gyuvin yang tergeletak di sana. Dengan rasa penasaran, ia mulai memeriksa satu per satu nilai ujian tersebut. Alisnya mengerut semakin dalam saat ia melihat angka-angka yang tertera di kertas-kertas itu. Nilai Gyuvin ternyata jauh di bawah ekspektasinya.

"Ini benar-benar di bawah ekspektasi," gumam Ricky, lebih kepada dirinya sendiri. Ia merasa bingung, bagaimana mungkin Gyuvin bisa bertahan dan naik kelas dengan nilai-nilai seperti ini?

Gyuvin yang duduk di ujung tempat tidur, menatap Ricky dengan senyum kikuk. "Eh, itu semua masa lalu," katanya dengan nada ringan, mencoba mengabaikan rasa malunya. Namun, senyumnya memudar saat Ricky menatapnya dengan tatapan penuh ketidakpercayaan.

"Kau tidak pernah belajar, ya?" tanya Ricky akhirnya, suara nadanya datar. Namun sebelum Gyuvin sempat membuka mulut untuk menjawab, Ricky melanjutkan, "Tanpa kau menjawab pun aku sudah tahu," Karena Ricky tidak pernah melihat Gyuvin membuka buku pelajaran selama ini.

Gyuvin hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa canggung di bawah tatapan tajam Ricky. Setelah beberapa detik hening, ia mencoba tersenyum lagi, kali ini lebih malu-malu. "Jadi... bagaimana kalau kau mengajariku belajar untuk ujian kenaikan kelas nanti?"

Ricky menatap Gyuvin, yang kini memasang wajah penuh harap, matanya membesar seperti anak anjing yang menginginkan perhatian. "Serius?" tanya Ricky, suaranya sedikit melembut. "Kau benar-benar ingin belajar?"

Gyuvin mengangguk dengan antusias. "Ya, sungguh. Aku tahu aku tidak pandai dalam hal ini, tapi aku akan berusaha jika kau mau membantuku."

Ricky menghela napas panjang, berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, aku akan membantumu. Tapi ada syaratnya," ujarnya tegas. "Selama kita belajar bersama, kau harus serius. Tidak ada main-main."

Mata Gyuvin berbinar mendengar persetujuan Ricky. "Aku janji akan serius!" jawabnya dengan penuh semangat. Ricky hanya bisa tersenyum tipis, merasa sedikit lega karena setidaknya Gyuvin mau mencoba.

Namun, harapan Ricky diuji pada hari pertama mereka belajar bersama. Baru beberapa menit setelah Ricky meninggalkan kamar untuk mengambil sesuatu, ia kembali menemukan Gyuvin sudah asyik bermain game di ponselnya. Ricky berdiri di depan pintu, menatap Gyuvin dengan ekspresi marah.

"Gyuvin, aku sudah bilang kita harus serius!" seru Ricky, suaranya mengandung nada kekecewaan. "Berhenti main game dan fokus!"

Namun, Gyuvin tampaknya tidak mendengarkan. Dia begitu tenggelam dalam dunianya sendiri, seolah tidak ada yang lebih penting dari game yang sedang dimainkannya. Ricky merasa kesal, tetapi mencoba menahan emosinya. Ia tahu ini baru hari pertama, dan mungkin Gyuvin perlu waktu untuk beradaptasi.

Hari kedua, Ricky memutuskan untuk mencoba suasana yang berbeda. Ia mengajak Gyuvin belajar di perpustakaan, berpikir bahwa suasana tenang di sana bisa membantu Gyuvin lebih fokus. Awalnya, semuanya tampak berjalan lancar. Gyuvin duduk di depan buku-buku, terlihat seperti benar-benar mencoba memahami materi yang diberikan Ricky.

Namun, ketika Ricky kembali dari mengambil buku tambahan, ia menemukan Gyuvin tertidur dengan kepala bersandar di meja. Ricky hanya bisa menghela napas, merasa frustasi. "Gyuvin, bangun," katanya sambil menepuk bahu Gyuvin dengan lembut namun tegas.

Gyuvin terbangun dengan wajah bingung, lalu tersenyum kikuk saat melihat tatapan tajam Ricky. "Maaf, Ricky. Suasana tenang di sini membuatku mengantuk," alasannya dengan suara pelan.

Ricky menatapnya tanpa kata, mencoba menahan rasa kecewanya. Ia tahu Gyuvin bukanlah orang yang malas, tetapi disiplin dalam belajar tampaknya bukan keahliannya. "Besok kita coba lagi," ujar Ricky akhirnya, suaranya terdengar lelah.

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang