1.5

458 48 0
                                    

Pagi berikutnya, Ricky bangun lebih awal seperti biasanya. Ia selalu berusaha untuk keluar rumah lebih dulu agar tidak terlihat berangkat bersama Gyuvin. Setelah bersiap-siap, Ricky keluar rumah dengan langkah cepat dan langsung menuju halte bus. Begitu bus tiba, ia segera naik dan mencari kursi kosong di bagian belakang, berharap bisa menikmati perjalanan ke sekolah dengan tenang.

Setelah beberapa menit, bus mulai bergerak. Ricky memandang keluar jendela, membiarkan pikirannya melayang. Namun, ketenangannya terganggu ketika seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Ricky menoleh, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat Gyuvin yang muncul entah dari mana, duduk dengan santai di sebelahnya tanpa sepatah kata.

Ricky memandang Gyuvin dengan bingung, alisnya berkerut. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan nada terkejut.

Gyuvin menoleh, menampilkan wajah sok polos sambil mengangkat alisnya. "Berangkat sekolah," jawabnya singkat, seolah-olah itu hal yang paling wajar di dunia.

Ricky berdecak kesal. "Maksudku, kenapa kau harus duduk di sebelahku? Bukankah kau sendiri yang bilang agar kita tidak dekat-dekat? Apa kau tidak takut jika nanti Gunwook dan Junhyeon melihat kita bersama? Mereka pasti akan mengejekmu, dan aku yang akan kena imbasnya. Kita sudah sepakat untuk tidak terlihat bersama, kan? Kau yang bilang begitu! Kenapa sekarang kau malah—"

Gyuvin menatap Ricky sejenak sebelum tiba-tiba mendorong tubuh Ricky hingga mendekat ke ujung kursi, mempersempit jarak mereka. Dengan cepat, jari telunjuk Gyuvin mengunci bibir Ricky, membuat pemuda berambut perak itu terdiam. "Shhh," bisiknya dengan suara rendah.

Ricky membeku, kaget dengan tindakan Gyuvin yang tiba-tiba. Gyuvin mendengus lalu menahan senyumnya sebelum melepaskan Ricky dan kembali ke posisi semula. Ricky yang tadinya mengoceh pun terdiam, merasa aneh dengan keakraban mendadak ini. Ia memandang keluar jendela sepanjang perjalanan, berusaha menghindari tatapan Gyuvin.

Namun, ketegangan antara mereka belum mereda. Gyuvin, dengan gerakan perlahan, kembali mempersempit jarak di antara mereka. Bahu mereka kini saling menempel, menambah kebingungan di hati Ricky. Ia tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Gyuvin. Sejak kapan Gyuvin begitu ingin dekat dengannya?

Perjalanan menuju sekolah terasa lebih panjang dari biasanya. Ricky bisa merasakan detak jantungnya yang semakin cepat setiap kali mereka bersentuhan. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Di sisi lain, Gyuvin merasa puas dengan kedekatan ini. Meski tidak mengerti sepenuhnya apa yang ia rasakan, ada kenyamanan tersendiri saat berada di dekat Ricky.

Saat mereka tiba di sekolah dan bus berhenti, Ricky segera bangkit dan turun dengan cepat, berharap bisa menghindari tatapan teman-teman mereka. Gyuvin mengikuti dari belakang, menjaga jarak yang cukup agar tidak terlalu mencolok. Namun, di dalam hati, ia merasa ada sesuatu yang mulai berubah.

Hari itu, mereka berdua memasuki gerbang sekolah dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, Ricky merasa bingung dan sedikit terganggu dengan perubahan sikap Gyuvin. Di sisi lain, Gyuvin merasa ada sesuatu yang berkembang di dalam hatinya, sesuatu yang mendorongnya untuk selalu berada di dekat Ricky.

•••

Di kantin sekolah yang penuh dengan keramaian, Ricky seperti biasa membawa nampan makanannya menuju meja kosong di pojok ruangan. Ia selalu memilih tempat yang sepi, menghindari kerumunan dan suara riuh yang mengisi udara. Namun, sebelum ia sempat sampai di meja, Jeonghyeon sudah muncul di sebelahnya, berjalan beriringan dan menyapa dengan ramah. "Hei, Ricky. Boleh duduk bareng?" tanyanya sambil tersenyum.

Ricky menjawab seadanya dan hanya tersenyum tipis. "Boleh, silakan," jawabnya sambil sedikit menundukkan kepala. Mereka berjalan bersama menuju meja kosong dan duduk berhadapan.

BE MY BROTHER | GYUICKY FT. JEONGRI ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang